Pegayaman, Sukasada, Buleleng

desa di Kabupaten Buleleng, Bali

Koordinat: 8°10′26″S 115°08′08″E / 8.173906°S 115.135678°E / -8.173906; 115.135678


Pegayaman adalah desa di kecamatan Sukasada, Buleleng, Provinsi Bali, Indonesia. Desa ini terletak 475 meter dari permukaan laut.[3][4]

Pegayaman
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenBuleleng
KecamatanSukasada
Kode pos
81161
Kode Kemendagri51.08.05.2005
Luas15,84 km²[1]
Jumlah penduduk5.333 jiwa (2010)[2]
Kepadatan337 jiwa/km² (2010)
Jumlah RT5 Banjar[1]
Jumlah RW1 Desa Adat[1]

Pemerintahan sunting

Pembagian Dusun/Banjar sunting

Dalam sistem pengaturan desa, Pegayaman menerapkan sistem banjar dengan membagi desa menjadi lima banjar, yaitu;

  1. Dauh Margi (Barat Jalan)
  2. Dangin Margi (Timur Jalan)
  3. Kubu Lebah
  4. Kubu
  5. Amertasari

Demografi sunting

Penduduk desa Pegayaman berjumlah 5.333 jiwa terdiri dari 2.580 laki-laki dan 2.753 perempuan dengan rasio sex 93,7 dan 90% di antaranya beragama Muslim.[1] Hubungan kerjasama antara masyarakat Muslim di Pegayaman dan orang-orang Hindu di sekitarnya telah terjalin sejak abad ke-17 Masehi. Masyarakat Muslim di daerah tersebut menyerap banyak budaya Bali, contohnya dalam penggunaan bahasa Bali sehari-hari. Pertanian di daerah Pegayaman mengandalkan sistem subak yang bersumber dari satu bendungan bersama, yaitu Bendungan Yeh Buus.[5]

Seni dan Budaya sunting

Akulturasi budaya Bali, agama Hindu, dan agama Islam terlihat di desa ini pada beberapa hal, contohnya seni burde (burdah) dan sokok base (daun sirih). Seni burde adalah perpaduan lantunan sholawat, seni tabuh, dan gerak tari Pegayaman yang nada lagu dan tariannya mirip dengan seni tradisional Bali. Sementara sokok base adalah rangkaian daun sirih, kembang, buah, dan telur, pada batang pisang yang mirip dengan pejegan, sarana upacara di pura bagi masyarakat Hindu.[5]

Di desa Pegayaman, umat Hindu dan Muslim kerap bertukar makanan saat Lebaran, seperti buah-buahan dan roti. Tradisi pertukaran makanan seperti ini disebut sebagai ngejot. Dalam sistem penamaan di desa ini, nama warga kerap merupakan perpaduan unsur Bali, Arab, dan terkadang Jawa. Diawal nama biasanya memakai tradisi Bali dengan menambahkan urutan kelahiran, yaitu Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut (dari anak pertama hingga seterusnya) dan dilanjutkan dgn penggunaan nama2 Islam seperti Yunus, Muhammad, dll.[6]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d "Kecamatan Sukasada dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. Diakses tanggal 06-02-2019. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 132. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  3. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  5. ^ a b Ilham Khoiri (5 September 2010). "Semua Bersaudara di Pegayaman". Kompas. hlm. 1. 
  6. ^ Ilham Khoiri (5 September 2010). "Pegayaman Suatu Malam, oh Indahnya". Kompas. hlm. 31. 

Pranala luar sunting