Ngadirejo, Temanggung

kecamatan di Temanggung, Jawa Tengah

Ngadirejo (Jawa: ꦔꦢꦶꦉꦗꦺꦴ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 22 Km arah utara dari ibu kota kabupaten Temanggung. Pusat pemerintahannya berada di desa Ngadirejo. Sebagian kecamatan Ngadirejo berada di lereng timur Gunung Sindoro.

Ngadirejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenTemanggung
Pemerintahan
 • CamatAgus Munadi
Populasi
 • Total52,080 (2.008) jiwa
Kode Kemendagri33.23.09
Kode BPS3323100
Luas5.331 ha
Desa/kelurahan19 desa
1 kelurahan

Batas wilayah sunting

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kecamatan Candiroto
Timur Kecamatan Jumo, Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan
Selatan Kecamatan Bansari
Barat Kecamatan Candiroto

Desa/ kelurahan sunting

Penduduk sunting

Mata pencaharian utama penduduk adalah dari pertanian. Padi, sayur mayur dan tembakau merupakan hasil utama pertanian kecamatan Ngadirejo. Pertanian padi ditanam sepanjang tahun, sesekali diselingi dengan tanaman palawija atau sayur mayur. Sedangkan pertanian tembakau mulai penanaman sekitar bulan Januari untuk tanah tegalan dan sekitar April-Mei untuk tanah sawahan. Panen tembakau bersamaan antara tanah tegalan dan sawahan yaitu mulai pada awal agustus sampai dengan awal Oktober.

Walau kota Ngadirejo berada di lereng gunung namun kegiatan otomotif di Ngadirejo tergolong maju, dari urusan drag race, free style, motor cross, off road, modif motor sampai car extreme modification ada di kota kecil ini, dan sekarang mulai berkembang olahraga sepeda downhill dan MTB (mountain bike).

Sosial dan budaya sunting

Kesenian sunting

Kesenian Ngadirejo cukup semarak, hal itu ditunjukkan dengan banyaknya komunitas kesenian yang bermunculan. Beberapa kelompok kesenian di Ngadirejo adalah jaran kepang, topeng loreng, wayang kulit dan ketoprak.

Potensi sunting

Pertanian dan peternakan sunting

Tanaman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Ngadirejo antara lain: Padi, Jagung, Ketela Pohon. Untuk Tanaman sayuran antara lain: Kobis, Lombok, Sawi. Untuk Buah-buahan antara lain: Jambu Biji, Pepaya, Pisang. Tanaman Perkebunan antara lain: Kopi Arabika, Kopi Robusta, Cengkih, Kelapa, Kakao, Tembakau. Peternakan antara lain: Sapi Potong, Kerbau, Kuda, Kambing, Domba, Kelinci, Ayam Buras, Ayam Ras, Iitik, Entok, Burung Puyuh, Angsa. Perikanan antara lain: Karper, Lele, Nila, Tawes, Gabus, Udang, Kodok.

Pariwisata sunting

1. Umbul Jumprit
Merupakan suatu kawasan mata air yang terletak di lereng Gunung Sindara, desa Tegalrejo, dengan ketinggian 2.100 meter dpl. Situs ini terletak sekitar 26 kilometer di sebelah barat laut Kota Temanggung. Mata air Umbul Jumprit ini tidak pernah kering meskipun pada saat musim kemarau dan menjadi sumber air bagi Sungai Progo. Mata air ini berada di bawah sebuah gua dan dinaungi pohon besar yang teduh.[1] Umbul Jumprit memiliki panorama alam pegunungan dan bumi perkemahan berhawa sejuk. Tempat ini erat hubungannya dengan legenda Kyai Nujum Majapahit yang tertulis dalam serat Chentini. Didekat mata air Jumprit terdapat makam Ki Jumprit. Air dari Umbul Jumprit juga digunakan sebagai air Berkah untuk upacara Tri Suci Waisak setiap tahunnya.

2. Candi Pringapus
Merupakan candi di desa Pringapus. Arca-arca berartistik Hindu yang erat kaitanya dengan Dewa Siwa menandakan bahwa Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis. Candi Pringapus dibangun pada tahun tahun 772 C atau 850 Masehi menurut prasasti yang ditemukan di sekitar candi ketika diadakan restorasi pada tahun 1932. Candi ini merupakan replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat tinggal para dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan antefiks dan relief Hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa.

3. Situs Purbakala Liyangan

Situs Liyangan adalah kawasan pemukiman yang mencakup sisa-sisa bangunan (candi, rumah), jalan, sawah/ladang, serta berbagai artefak yang berlokasi di Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Tapak ini hingga tahun 2020 memiliki luas l.k. 4 hektare dan mungkin akan meluas, terletak di lereng timur Gunung Sindoro

Meskipun laporan penemuan artefak di sini telah ada sebelumnya, secara resmi penemuan situs ini diumumkan pada tahun 2008. Penggalian arkeologi dilakukan setelah kegiatan penambangan pasir di tapak tersebut melaporkan penemuan struktur bangunan. Penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik (memiliki tiga lubang). Candi ini dinamakan candi Liyangan.

Penelitian dan penggalian lebih lanjut dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2010 dan 2011 menyimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan candi besar tetapi sebuah perdusunan dari masa Mataram Kuno. Berdasar gambaran hasil survei penjajakan, Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks; indikasi sebagai situs permukiman, situs ritual, sekaligus situs pertanian. Situs Liyangan memiliki kekhasan yang tidak ditemukan pada situs temuan lainnya dari masa Hindu di Jawa: di situs ini ditemukan sisa-sisa kayu dan bijian serealia (gabah) yang hangus.

Penggalian lanjutan menemukan struktur saluran kuno yang diduga telah dibangun pada masa pra-Hindu.

Referensi sunting

  1. ^ anonim (21 September 2008). "Umbul Jumprit, Memasuki Masa Lalu". Kompas. Diakses tanggal 24 Juli 2016. 

Pranala luar sunting