Nata de coco

Makanan dari hasil fermentasi air kelapa

Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa,[1] dan mulanya dibuat di Filipina.[2]

Infotaula de menjarNata de coco
Asal
Negara asalFilipina
Rincian
Jenismakanan manis, hidangan penutup dan fermentasi
Bahan utamaAir kelapa

"Nata de coco" dalam bahasa Spanyol berarti "krim kelapa".[3] Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol.

Pembuatan sunting

Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya tampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.

Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, tetapi akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°– 31 °C. Bakteri ini sangat memerlukan oksigen.

Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, tetapi untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.

Referensi sunting

  1. ^ Sanchez, Priscilla C. (2008). Philippine Fermented Foods: Principles and Technology (dalam bahasa Inggris). UP Press. hlm. 378. ISBN 978-971-542-554-4. 
  2. ^ Sharangi, Amit Baran; Datta, Suchand (2015-02-27). Value Addition of Horticultural Crops: Recent Trends and Future Directions (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 151. ISBN 978-81-322-2262-0. 
  3. ^ Tietze, Harald; Echano, Arthur (2006). Coconut: Rediscovered as Medicinal Food (dalam bahasa Inggris). Harald Tietze Publishing P/. hlm. 37. ISBN 978-1-876173-57-9. 

Pranala luar sunting