Museum Perumusan Naskah Proklamasi

museum di Indonesia

Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau disingkat dengan Munasprok adalah gedung yang dibangun sebagai monument peristiwa proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Indonesia.[1] Gedung luas tanah 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138 meter persegi itu pertama kali didirikan pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur Eropa.[2] Di dalam gedung tersebut terdapat ruangan, mebel kuno, dan aksesoris yang menggambarkan suasana serupa peristiwa perumusan naskah proklamasi.[3]

Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Peta
Didirikan1992
LokasiJl. Imam Bonjol No.1, RT.9/RW.4, Menteng, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat,
JenisMuseum
Situs webhttps://museum.kemdikbud.go.id/museum/profile/museum+perumusan+naskah+proklamasi
Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Sejarah sunting

 
Laksamana Tadashi Maeda, seorang jenderal berkebangsaan Jepang yang merelakan tempat tinggalnya dijadikan markas perumusan naskah proklamasi.

Sebelum diaklamasi sebagai museum, gedung Munasprok pertama kali dikelola oleh perusahaan asuransi bernama PT Asuransi Jiwasraya.[1] Selanjutnya gedung itu diambil alih oleh British Consul General pada Perang Pasifik hingga masuk Jepang mengambil alih.[1] Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat.[2] Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945.[2] Setelah kekalahan Jepang gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris.[3] Setelah masa peperangan berakhir, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Inggris sampai dengan tahun 1981.[3] Selanjutnya gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Tahun 1982, gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran.[2] Karena makna historis yang dikandung museum tersebut, Menteri Penedidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto memerintahkan DIrektorat Permuseuman untuk menjadikan gedung tersebut menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamas dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0476/1992 tanggal 24 November 1992.[2]

Ruang-ruang dalam museum sunting

Ruang Pertama sunting

Ruang ini merupakan tempat peristiwa bersejarah yang pertama dalam persiapan Perumusan Naskah Proklamasi. Ruangan tersebut adalah ruang tamu yang juga digunakan sebagai kantor oleh Maeda.[4] Selain itu, di ruang ini juga digambarkan suasana menjelang proklamasi seperti pembentukan PPKI dan BPUPKI, bom Hiroshima-Nagasaki dan peristiwa lainnya.[3]

Ruang Kedua sunting

Dalam ruang ini Soekarno-Hatta mengadakan rapat bersama di meja bundar dengan pengurus lain seperti Soediro dan B.M Diah pada pukul 3 subuh.[4] Di ruang ini juga lah Soekarno membuat draft pertama naskah proklamasi dengan judul “Proklamasi” yang ditulis dengan tangannya sendiri.[4] Selain itu, dalam ruangan ini juga tergambarkan suasana saat Soekarno mengumandangkan proklamasi di Jl. Pegangsaan timur.[3]

Ruang Ketiga sunting

Di ruang ketiga terdapat piano di bawah tangga yang merupakan tempat di mana Soekarno-Hatta menandatangani naskah proklamasi.[4] Di ruangan ini pulalah Soekarno memutuskan untuk membaca naskah proklamasi di halaman depan rumahnya.[4] Selain itu, di ruangan yang ke-3 terdapat gambar dengan suasana pergolakan saat mempertahankan kemerdekaan.[3]

Ruang Keempat sunting

Ruang ke-4 adalah ruang pameran benda-benda yang dikenakan para tokoh yang hadir dalam perumusan naskah proklamasi.[4] Benda-benda tersebut meliputi jam tangan, pulpen hingga baju-baju.[3] Di samping itu, ruang keempat adalah ruangan di mana Sayuti Melik ditemani dengan B.M. Diah mengetikkan naskah proklamasi setelah melakukan proses pengeditan secara bermusyawarah.[4]

Fakta lainnya sunting

 
Napak tilas proklamasi. Suatu program yang rutin dilakukan tiap tahun yang partisipannya sebagian berasal dari komite pengurus Munasprok.
  • Di halaman belakang museum, bisa ditemukan sebuah bunker rahasia selebar 5 meter dengan panjang 3 meter dan tinggi sekitar 1,5 meter.[5] Bunker tersebut adalah tempat di mana dahulunya Laksamana Maeda menyimpan barang-barang berharganya seperti dokumen penting kenegaraan ketika Ia menjabat sebagai kepala penghubung Angkatan Laut dan Darat Jepang.[5]
  • Segala furnitur dan mebel yang berada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi bukan barang asli seperti pada saat masa kemerdekaan, melainkan replika.[5] Barang tersebut meliputi ruang rapat, piano, rak loker, dan seperangkat meja dan kursi tamu.[5] Hal ini disebabkan pada tahun 1945 isi rumah tersebut banyak yang dijarah termasuk bukti sejarahnya, tetapi tata letaknya tetap dipertahankan.[5]
  • Selain menyuguhkan koleksi benda bersejarah, Munasprok juga menggelar berbagai acara menyambut hari kemerdekaan Indonesia yaitu dengan mengadakan napak tilas dari Museum Joang ’45 diteruskan ke Munasprok, dan puncaknya di Tugu Proklamasi.[5]

Rujukan sunting

  1. ^ a b c (Inggris) Museum Indonesia.com. "Sejarah Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi". 
  2. ^ a b c d e (Inggris) Asosiasi Museum Indonesia. "Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta". 
  3. ^ a b c d e f g (Inggris) Travel Detik. "Ternyata, Naskah Proklamasi Diketik di Rumah Besar Ini". 
  4. ^ a b c d e f g (Inggris) Museum Naskah Proklamasi. "Sejarah Museum Perumusan Naskah Proklamasi". Archived from the original on 2015-09-18. Diakses tanggal 2014-05-02. 
  5. ^ a b c d e f (Inggris) Travel Kompas. "Menyusuri Sejarah Museum Perumusan Naskah Proklamasi".