Menurut kepercayaan Hindu, Mohini (Dewanagari: मोहिनी; ,IASTMohinī, मोहिनी) adalah salah satu inkarnasi atau awatara Wisnu yang disebutkan dalam kitab Purana. Mohini berwujud gadis cantik. Dalam mitologi Hindu, Mohini muncul saat kisah pengadukan samudra susu. Dalam bahasa Sanskerta, kata Mohini secara harfiah bisa berarti "bunga melati".

Mohini
Dewa Hindu
Awatara Wisnu yang berwujud wanita cantik
Ejaan Dewanagariमोहिनी
Ejaan IASTMohinī
Golonganawatara
SenjataCakra Sudarsana
Patung Mohini dari zaman Dinasti Chalukya (sekitar abad ke-11), Karnataka, India.

Legenda sunting

Pengadukan samudra susu sunting

Menurut mitologi Hindu, terdapat dua ras yang sering bermusuhan, yaitu para Aditya (para keturunan Aditi, yaitu dewa-dewa, khususnya kelompok dewa matahari) dan para Detya (keturunan Diti, yaitu ras makhluk sejenis setan atau raksasa). Setiap ada raksasa yang gugur dalam peperangan melawan para dewa, Sukracarya selalu datang untuk menghidupkannya kembali. Para dewa juga ingin memperoleh keabadian. Atas nasihat Wisnu, para dewa berusaha mencari minuman suci yang disebut amerta. Wisnu juga menyarankan agar para dewa mengajak para raksasa untuk mencari amerta bersama-sama.

Para dewa dan raksasa mencari amerta di tengah samudra susu. Mereka mengaduk lautan tersebut dengan menggunakan sebuah gunung yang bernama gunung Mandara. Naga Basuki digunakan sebagai tali melilit gunung, sedangkan kura-kura raksasa bernama Kurma menahan gunung Mandara agar tidak tenggelam. Para dewa memegang ekor sang naga, sedangkan para raksasa memegang kepalanya. Secara serentak, mereka memutar gunung Mandara dengan menarik tubuh naga Basuki. Setelah mengaduk setelah sekian lama, munculah berbagai harta karun dari dalam lautan. Semua itu diambil oleh para dewa. Ketika tirta amerta sudah muncul, para raksasa meminta agar benda tersebut menjadi milik mereka oleh karena para dewa sudah mendapat harta karun terlalu banyak. Untuk menunjukkan rasa adil, para dewa memberikan tirta amerta kepada para raksasa.

Wisnu sebagai Mohini sunting

Ketika amerta menjadi milik para raksasa, para dewa meminta Wisnu untuk merebutnya kembali. Demi menolong para dewa, Wisnu menjelma menjadi gadis cantik yang bernama Mohini. Mohini berbaur dengan para raksasa untuk memikat mereka. Mohini meminta agar para raksasa mandi terlebih dahulu sebelum menikmati amerta. Karena terpikat dengan kecantikannya, para raksasa menuruti perintah Mohini. Sementara mereka semua mandi, Mohini segera mengambil amerta dan membawanya dengan cepat ke hadapan para dewa. Setelah para dewa mendapatkan amerta, mereka segera meminumnya secara bergantian.

Para raksasa yang sadar akan kecurangan para dewa segera mengambil senjata dan menyatakan perang melawan para dewa. Untuk mengakhiri peperangan dengan cepat, Wisnu mengambil Cakra Sudarsana dan melepaskannnya ke pasukan para raksasa. Senjata itu menyambar-nyambar para raksasa sehingga mereka lari berhamburan. Peperangan dimenangkan oleh pihak dewa.

Saat para dewa membagi amerta, seorang raksasa bernama Rahu datang menyamar sebagai dewa dengan tujuan dapat menikmati amerta. Sang Surya dan Candra menyadari hal tersebut sehingga mereka segera melaporkannya ke hadapan Wisnu yang berwujud Mohini. Wisnu segera melepaskan Cakra Sudarsana. Senjata itu memotong leher Rahu hingga putus. Karena Rahu sudah meminum amerta maka kepalanya tidak mati, hanya badannya saja yang diam tak bergerak. Kepalanya disebut "Rahu" sedangkan badannya disebut "Ketu". Kini kedua nama tersebut menjadi bagian dari Nawagraha (sembilan planet) dalam astrologi Hindu.

Kisah Bhasmasura sunting

 
Bhasmasura (kiri) akan meletakkan telapak tangannya di atas kepala mengikuti tarian Mohini (tengah), sementara Siwa (kanan) mengintip dari belakang pohon.

Dalam kitab Wisnupurana, terdapat kisah yang menceritakan bagaimana Mohini membunuh Bhasmasura. Bhasmasura adalah seorang Asura yang melakukan tapa berat dalam waktu yang lama, dimana tapa tersebut ditujukan pada Dewa Siwa. Batara Siwa yang puas dan takjub terhadap tapa yang dilakukan oleh Bhasmasura lalu datang untuk menanyakan anugerah apa yang diinginkannya. Bhasmasura menginginkan keabadian, tetapi Siwa memberitahukan bahwa ia tidak memiliki kekuatan untuk memberikan keabadian pada makhluk hidup. Bhasmasura pun lalu menginginkan kekuatan sentuhan maut dimana jika ia meletakkan tangan di atas kepala seseorang maka yang orang tersebut akan seketika berubah menjadi abu. Tanpa menyadari akibat yang bisa ditimbulkan darinya, Siwa pun menganugerahi Bhasmasura dengan kekuatan tersebut. Segera setelah itu, Bhasmasura ingin mencoba kekuatan tersebut terhadap Siwa sendiri. Siwa pun lari terbirit-birit, tetapi kemanapun Siwa lari ia tetap dikejar terus-menerus oleh Bhasmasura.

Siwa pun lalu meminta bantuan pada Wisnu. Menyadari bahaya yang dapat menimpa alam semesta karena kekuatan baru Bhasmasura, Batara Wisnu pun berubah wujud menjadi Mohini, lalu mendatangi Bhasmasura yang seketika langsung terpana melihatnya. Bhasmasura mengajak Mohini untuk menikah, tetapi Mohini memberitahukannya kalau ia adalah orang yang gemar menari, dan hanya akan menikahinya jika Bhasmasura dapat menirukan persis setiap gerakan yang Mohini peragakan. Bhasmasura menyetujui persyaratannya dan mereka pun lalu mulai menari. Setelah berhari-hari lamanya mereka berdua menari, Bhasmasura makin persis menirukan gerakan demi gerakan dari Mohini, yang menyebabkan dirinya lengah. Di pertengahan tarian, Mohini menempatkan postur telapak tangannya di atas kepalanya sendiri. Bhasmasura yang menirukan gerakan itu begitu saja lalu dengan seketika berubah menjadi abu.

Lihat pula sunting