Mikhal (Ibrani: מיכל; Inggris: Michal) adalah seorang anak perempuan Saul, raja Israel pertama, yang mencintai dan kemudian menjadi istri Daud, yang kemudian menggantikan Saul sebagai raja, menurut catatan Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Kisahnya dicatat dalam Kitab Samuel.

Dua peristiwa di jendela
Riwayat Mikhal dalam Kitab Samuel meliputi dua peristiwa yang berhubungan dengan jendela.[1] Dalam 1 Samuel 18, Mikhal membantu Daud melarikan diri dari Saul dengan menurunkannya dari jendela (atas), sedangkan di 2 Samuel 6, Mikhal melihat dari jendela Daud menari di depan tabut perjanjian (bawah).

Pernikahan dengan Daud sunting

Mikhal dicatat sebagai anak perempuan Saul yang kedua dan dikatakan "yang termuda".[2] Abang sulungnya, Yonatan, menjadi sahabat karib Daud, segera setelah Daud menjadi terkenal berkat kemenangannya atas Goliat, pahlawan orang Filistin itu.[3] Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia. Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; tetapi seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud, karena ia memimpin segala gerakan mereka. Berkatalah Saul kepada Daud: "Ini dia anakku perempuan yang tertua, Merab; dia akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN." Sebab pikir Saul: "Janganlah tanganku memukul dia, tetapi biarlah ia dipukul oleh tangan orang Filistin." Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Siapakah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?" Tetapi ketika tiba waktunya untuk memberikan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perempuan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya. Tetapi Mikhal, anak perempuan Saul yang kedua, jatuh cinta kepada Daud; ketika hal itu diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya; sebab pikir Saul: "Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!" Lalu berkatalah Saul kepada Daud untuk kedua kalinya: "Pada hari ini engkau boleh menjadi menantuku." Lagi Saul memerintahkan kepada para pegawainya: "Katakanlah kepada Daud dengan diam-diam, demikian: Sesungguhnya, raja suka kepadamu dan para pegawainya mengasihi engkau; maka sebab itu, jadilah engkau menantu raja." Lalu para pegawai Saul menyampaikan perkataan itu kepada Daud, tetapi Daud menjawab: "Perkara ringankah pada pemandanganmu menjadi menantu raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah?" Para pegawai Saul memberitahukan kepada raja, katanya: "Demikianlah jawab yang diberi Daud." Kemudian berkatalah Saul: "Beginilah kamu katakan kepada Daud: Raja tidak menghendaki maskawin selain dari 100 kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan kepada musuh raja." Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin. Ketika para pegawainya memberitahukan perkataan itu kepada Daud, maka setujulah Daud menjadi menantu raja. Waktunya belum genap, tetapi Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewaskan dari orang Filistin itu 200 orang serta membawa kulit khatan mereka; dan dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu kepada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya.[4]

Membantu Daud melarikan diri sunting

Karena iri hati yang meluap suatu ketika Saul berikhtiar membunuh Daud dengan melemparkan tombak, tetapi Daud mengelakkan tikaman Saul, sehingga Saul mengenai dinding dengan tombak itu. Sesudah itu Daud melarikan diri dan luputlah ia pada malam itu. Kemudian Saul mengirim orang-orang suruhan ke rumah Daud untuk mengamat-amatinya dan untuk membunuh dia pada waktu pagi. Tetapi Mikhal, isteri Daud, memberitahukan kepadanya, demikian: "Jika engkau tidak dapat meluputkan dirimu malam ini, maka besok engkau akan dibunuh." Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, sehingga Daud pergi melarikan diri dan luputlah ia. Sesudah itu Mikhal mengambil terafim (patung sembahan) dan menaruhnya di tempat tidur; ditaruhnya sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala dan ditutupinya dengan selimut. Lalu Saul mengirim orang-orang suruhan untuk mengambil Daud, tetapi perempuan itu berkata: "Ia sakit." Sesudah itu Saul mengirim orang-orang suruhan itu untuk melihat Daud, katanya: "Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia dibunuh." Lalu masuklah para suruhan itu ke dalam, dan tampaklah ada terafim di tempat tidur dengan sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala. Berkatalah Saul kepada Mikhal: "Mengapa engkau menipu aku demikian itu dan melepas musuhku pergi, sehingga ia luput?" Tetapi jawab Mikhal kepada Saul: "Ia berkata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku membunuh engkau?"[5]

Menjadi istri orang lain dan diminta kembali sunting

Daud hidup beberapa waktu dalam pelarian dan kemudian menikah lagi dengan beberapa perempuan lain, sebab Saul telah memberikan Mikhal, anaknya perempuan, isteri Daud, kepada Palti bin Lais, orang dari Galim.[6] Setelah Saul mati terbunuh dalam peperangan dengan orang Filistin, Daud diangkat menjadi raja atas kaum Yehuda, tetapi tahta Kerajaan Israel oleh Abner, panglima Saul, diberikan kepada Isyboset, putra Saul yang tersisa, adik Mikhal. Setelah dua tahun memerintah, Isyboset bertengkar dengan Abner, sehingga Abner memutuskan untuk berpihak kepada Daud. Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: "Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu." Jawab Daud: "Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta daripadamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku." Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: "Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin." Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu daripada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: "Ayo, pulanglah." Maka pulanglah ia. Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel dan dengan orang Benyamin; kemudian Abner pergi beserta Mikhal dan membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. Maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya.[7]

Pertengkaran dengan Daud sunting

Ketika Daud akhirnya berhasil membawa tabut perjanjian TUHAN masuk ke Yerusalem (kota Daud), maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN, hanya dengan berbaju efod yang terbuat dari kain lenan. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya.[8] Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, dan memberkati bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam, lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya. Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: "Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!" Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: "Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, --di hadapan TUHAN aku menari-nari, bahkan aku akan menghinakan diriku lebih daripada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati." Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya.[9]

Perdebatan mengenai Mikhal sunting

Menjadi istri Daud kembali setelah menikah dengan orang lain sunting

Mengingat adanya larangan dalam Ulangan 24:1–4 maka hal kembalinya Mikhal menjadi istri Daud lagi setelah menikah dengan orang lain menjadi topik perdebatan. Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa dilarang menikah kembali dengan pasangan sebelumnya jika sudah menikah lagi dengan orang lain. Di sisi lain, ada para komentator yang menjelaskan bahwa Daud tidak pernah menceraikan Mikhal, melainkan Saul, ayah Mikhal, yang memutuskan pernikahan mereka dengan menikahkan Mikhal kepada pria lain tanpa persetujuan Daud. Jadi dalam pandangan ini, mereka tidak pernah bercerai sehingga tidak melanggar hukum yang dimaksudkan di atas.

Tidak mendapat anak sampai matinya sunting

Steven McKenzie, pengarang King David: A Biography (Raja Daud: sebuah biografi), berpendapat bahwa Daud mencegah Mikhal dan kerabatnya yang masih hidup, seperti Mefiboset (atau Meribaal), mempunyai anak supaya garis keturunan Saul terhenti dan tidak ada yang mengancam tahta Daud.[10] Ada dugaan kontradiksi bahwa Mikhal tidak pernah mempunyai anak, karena terdapat catatan dalam salah satu versi 2 Samuel 21:8 "kelima anak laki-laki Mikhal binti Saul, yang dilahirkannya bagi Adriel bin Barzilai, orang Mehola itu". Versi lain (yang diterima oleh Alkitab bahasa Indonesia Terjemahan Baru) menulis "Merab" bukan "Mikhal", dan di bagian Alkitab sebelumnya sudah tertulis bahwa Merab, kakak perempuan Mikhal, adalah istri Adriel (1 Samuel 18:19). Alkitab bahasa Indonesia versi Firman Allah Yang Hidup (FAYH) menulis: "kelima anak angkat Mikhal, yang sebenarnya adalah anak-anak Merab putri Saul dengan Adriel putra Barzilai orang Mehola." Menurut Gill, kelima anak laki-laki Merab itu dibesarkan oleh Mikhal setelah Merab mungkin mati terlebih dahulu.[11]

Tradisi Yahudi sunting

Tidak seperti Abigail atau Batsyeba, Mikhal tidak digambarkan sebagai wanita cantik, meskipun menurut Louis Ginzberg, tradisi Rabbinik mencatat bahwa "kecantikannya mengagumkan."[12]

Penggunaan nama sunting

"Mikhal" atau "Michal" adalah salah satu nama-nama Alkitab yang diterima oleh Zionisme, sangat jarang dipakai dalam komunitas pra-Zionisme. Sekarang menjadi nama depan wanita banyak digunakan dalam masa Israel modern. Arti namanya adalah "sungai kecil" atau "aliran".

Referensi sunting

  1. ^ Ellen White, "Michal the Misinterpreted," JSOT 31.4 [2007] 451 – 464.
  2. ^ 1 Samuel 14:49
  3. ^ 1 Samuel 17
  4. ^ 1 Samuel 18:14–27
  5. ^ 1 Samuel 19:10–17
  6. ^ 1 Samuel 25:44
  7. ^ 2 Samuel 3:12–20
  8. ^ 2 Samuel 6:15–16
  9. ^ 2 Samuel 6:18–23
  10. ^ "Steven McKenzie, Associate Professor, Rhodes College, Memphis, Tennessee". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-18. Diakses tanggal 2012-11-15. 
  11. ^ See John Gill commentary on 2 Samuel 21 Diarsipkan 2011-08-07 di Wayback Machine.
  12. ^ Louis Ginzberg, The Family of David Diarsipkan 2012-03-12 di Wayback Machine. in The Legends of the Jews, Vol. 4.

Lihat pula sunting