Matthew Henry (18 Oktober 1662 – 22 Juni 1714) adalah seorang pendeta Gereja Presbiterian asal Inggris. Ia terkenal karena karyanya berupa komentari Alkitab.

Infobox orangThe Reverend
Matthew Henry

Biografi
Kelahiran18 Oktober 1662
Isycoed (en)
Kematian22 Juni 1714 (51 tahun)
Nantwich (en)
Data pribadi
AgamaGereja Presbiterian dan Calvinisme
PendidikanGray's Inn (en)
Kegiatan
Pekerjaanteolog, penulis, pendeta
Keluarga
AnakKatherine Henry (en)
Orang tuaPhilip Henry (en) Katherine Henry (en)
SaudaraSarah Savage (en)

Riwayat hidup sunting

Riwayat Hidup Matthew Henry

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. Ketika itu gereja Ang­likan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang memerintah pada masa itu adalah Raja Karel II, yang secara resmi diangkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan ke­kuasa­an gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari gereja resmi.

Puncak penganiayaan itu terjadi ketika pada 24 Agustus 1662 le­bih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah. Peristiwa ini disebut "Great Ejection" menurut "Act of Uniformity 1662".

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, Philip Henry, adalah seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang­kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. Karena Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya Philip Hen­ry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men­cari naf­kah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati meng­abdi­kan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. Matthew ada­­lah anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 tahun ka­rena penyakit campak. Ketika masih balita, Matthew sendiri juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-macam bakat, sangat cerdas, dan pintar. Tetapi yang lebih penting lagi, sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga ta­hun ketika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu mem­berikan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas­nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, Ya­hudi, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.

Pada tahun 1685, ketika berusia 23 tahun, Matthew pindah ke Lon­don, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon­don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me­nu­­ruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa stu­di itu akan memberikan manfaat besar baginya karena keadaan di Ing­gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum Puritan.

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala­man­nya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu­di­an, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti­dak lama setelah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete­lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 ta­hun.

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard­ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa­ngat harmonis dan baik karena didasarkan atas cinta dan iman ke­pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu sete­ngah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. Segera setelah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, ayah Matthew.

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. Setelah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya untuk me­ni­kah lagi. Pada Juli 1690, Mathew menikah dengan Mary Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se­tengah tahun, ia meninggal karena demam tinggi dan penyakit batuk rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam hi­dup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru­sa­lem yang di sorga.”

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe­rem­­puan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber­ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari per­ni­kahan per­tama.

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk me­la­yani di sana, tetapi berulang kali ia menolak panggilan tersebut ka­­rena merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun akhir­­­nya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk men­­jadi hamba Tuhan di London, dan karena itu ia menyerah kepada kehendak Allah.

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja dari pagi buta sampai larut malam, tetapi menjelang akhir hayatnya ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh karena kesehatannya yang se­­ma­kin menurun.

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, tem­pat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, “Jadi ma­sih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan hari Ming­gu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene­kan­kan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me­nik­mati ke­ber­sama­an dengan Tuhan.

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang meng­abdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa­ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari kemu­­dian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali per­buat­anmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung ja­wab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba­ha­gia­an tuanmu.”?

Karya sunting

Karya Matthew Henry yang paling terkenal adalah Exposition of the Old and New Testaments (1708–1710) atau Complete Commentary, sebanyak enam jilid, yang memberikan penjabaran mendetail ayat demi ayat dalam Alkitab.[1] Ia menyelesaikan seluruh Perjanjian Lama, serta kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru. Setelah kematiannya, karyanya dilengkapkan (Surat Roma sampai Kitab Wahyu) oleh 13 pendeta nonconformist lainnya, sebagian didasarkan atas catatan dari para pendengar kotbah-kotbah Henry, lalu disunting oleh George Burder dan John Hughes pada tahun 1811.[2]

Rangkaian komentari Henry umumnya bersifat eksegesis, membahas teks kitab suci sebagaimana adanya, dengan maksud utamanya untuk menjelaskan, bagi tujuan praktis maupun ibadah (devotional). Meskipun bukan karya riset tekstual, di mana Henry sendiri merekomendasi karya Matthew Poole "Synopsis Criticorum", Exposition tulisan Henry ini menyampaikan hasil suatu penelitian kritis asli pada zamannya, dengan aplikasi praktis.[3][4] Karyanya itu dianggap berdasarkan akal sehat dan luwes, dan merupakan suatu tafsiran perenungan.

Para pengkotbah Protestan evangelikal terkenal, seperti George Whitefield dan Charles Spurgeon, menggunakan serta dengan tulus memuji karya ini. Whitefield mengaku membacanya lengkap empat kali - yang terakhir kalinya sambil berlutut.[5] Spurgeon menyatakan, "Setiap pendeta seharusnya membaca tulisan ini seluruhnya dan dengan cermat paling sedikit satu kali." [6]

Tulisan-tulisan Henry yang lain meliputi Life of Mr. Philip Henry, The Communicant's Companion, Directions for Daily Communion with God, A Method for Prayer, A Scriptural Catechism, dan sejumlah besar kotbah, kehidupan ayahnya, traktat, dan biografi tokoh-tokoh Kristen, bersama dengan kotbah yang disampaikan oleh pendeta William Tong pada peringatan kematian pengarang ini yang disunting pada tahun 1809; serta pada tahun 1830 diterbitkan edisi baru yang mencakup kotbah-kotbah yang sebelumnya tidak termasuk, ditambah dengan tulisan Philip Henry "What Christ is made to believers". Koleksi ini diterbitkan beberapa kali oleh penerbit-penerbit yang berbeda.[7]

Beberapa edisi singkatan dari "Commentary" telah diterbitkan pada abad ke-20; yang lebih baru antara lain suntingan ahli bahasa dan pengarang buku-buku referensi Kristen, Martin H. Manser, dalam bahasa Inggris: The New Matthew Henry Commentary: The Classic Work with Updated Language (Zondervan 2010).

Kutipan sunting

Salah satu kutipannya yang paling terkenal adalah mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan, dari kisah penciptaan Hawa, pada Kitab Kejadian pasal 2:

"... the woman was made of a rib out of the side of Adam; not made out of his head to rule over him, nor out of his feet to be trampled upon by him, but out of his side to be equal with him, under his arm to be protected, and near his heart to be beloved."[8]

Terjemahan harfiah:

"... perempuan itu dibuat dari sepotong tulang rusuk di bagian samping Adam; bukan dibuat dari bagian kepala untuk memerintah atasnya, ataupun dari bagian kaki untuk diinjak-injak, melainkan dari bagian samping supaya setara dengannya, di bawah lengannya supaya dilindungi, dan dekat dengan jantungnya supaya disayangi."

Pengenangan sunting

Pada tahun 1860 sebuah tanda kenangan berupa "Cenotaph to Matthew Henry" didirikan di Chester. Terdiri dari sebuah obelisk yang dirancang oleh arsitek Thomas Harrison dan menyertakan sebuah medallion perunggu buatan Matthew Noble. Obelisk ini asalnya berdiri pada halaman gereja (churchyard) St Bridget's Church, kemudian dipindahkan pada tahun 1960-an di tengah bundaran yang berseberangan dengan pintu masuk kastil Chester ("Chester Castle").[9]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Matthew Henry Commentary on the Whole Bible, 6 volumes". Diakses tanggal 2007-10-11. 
  2. ^ Matthew Henry: Minister and Bible Commentator
  3. ^ Henry, Matthew. "General Information." Blue Letter Bible. 1 Mar 1996. 2010. 19 Sep 2010
  4. ^ "Matthew Henry Nonconformist minister and Bible commentator - Christian Biography Resources". Wholesomewords.org. Diakses tanggal 2011-09-19. 
  5. ^ The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, Philip Schaff Vol. V: Diarsipkan 2013-12-09 di Wayback Machine., Matthew Henry
  6. ^ Commenting and Commentaries, p. 3
  7. ^ "Matthew Henry's Miscellaneous Writings". Copac. Diakses tanggal 5 December 2009. 
  8. ^ Matthew Henry Commentary on the Whole Bible (Complete)
  9. ^ Morris, Edward; Roberts, Emma (2012), Public Sculpture of Cheshire and Merseyside (excluding Liverpool), Public Sculpture of Britain, 15, Liverpool: Liverpool University Press, hlm. 66–67, ISBN 978-1-84631-492-6 

  Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publikChisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press. 

Pranala luar sunting