Louis Vuitton (perusahaan)

perusahaan asal Prancis

Louis Vuitton Malletier, biasa disebut sebagai Louis Vuitton (pengucapan bahasa Prancis: [lwi vɥitɔ̃]) atau disingkat LV, adalah sebuah perusahaan barang mewah dan rumah mode asal Prancis yang didirikan pada tahun 1854 oleh Louis Vuitton.[1] Monogram LV dipasang di hampir semua produknya, mulai dari koper mewah dan barang kulit hewan hingga pakaian siap pakai, sepatu, jam tangan, perhiasan, aksesoris, kacamata hitam, dan buku. Louis Vuitton merupakan salah satu rumah mode internasional terkemuka di dunia. LV menjual produknya melalui butik tersendiri, gerai di toserba, dan melalui situs webnya.[6][7]

Louis Vuitton Malletier SAS
Anak perusahaan (SAS)[1]
IndustriMode
Didirikan1854; 169 tahun lalu (1854)
PendiriLouis Vuitton
Kantor
pusat
,
Prancis[1]
Tokoh
kunci
Michael Burke
(Chairman & CEO)[2]
Nicolas Ghesquière
Virgil Abloh[3]
(Direktur kreatif)
ProdukBarang mewah
PendapatanKenaikan US$15 milyar (2020)[4]
Karyawan
121.289 (2014)[5]
IndukLVMH
Situs weblouisvuitton.com
Louis Vuitton di Champs-Elysées

Untuk enam tahun berturut-turut (2006–2012), Louis Vuitton disebut sebagai merek mewah paling berharga di dunia. Valuasinya pada tahun 2012 adalah US$25,9 milyar.[8] Sementara valuasinya pada tahun 2013 adalah US$28,4 milyar dengan pendapatan sebesar US$9,4 milyar.[9] Perusahaan ini beroperasi di 50 negara dengan lebih dari 460 gerai di seluruh dunia.[10]

Logo "LV" khas Louis Vuitton

Sejarah sunting

Awal mula hingga Perang Dunia II sunting

Label Louis Vuitton didirikan oleh Vuitton pada tahun 1854 di Rue Neuve des Capucines di Paris, Prancis. Louis Vuitton memulai dengan menjual produk seharga $10.567.[11] Louis Vuitton mengamati bahwa koper Osilite buatan HJ Cave[12] dapat dengan mudah ditumpuk. Pada tahun 1858, Vuitton memperkenalkan koper dengan bagian atas rata berbahan kanvas trianon, sehingga ringan dan ketat.[11] Sebelum koper Vuitton diperkenalkan, koper pada saat itu biasanya memiliki bagian atas berbentuk cembung, umumnya agar air tidak menggenang di atasnya, sehingga tidak dapat ditumpuk. Baru koper berbahan kanvas Trianon berwarna abu-abu buatan Vuitton lah yang bagian atasnya datar, sehingga dapat ditumpuk satu sama lain dengan mudah saat di perjalanan. Banyak produsen koper yang kemudian meniru gaya dan desain dari Vuitton tersebut.[7]

Perusahaan ini juga berpartisipasi pada Exposition Universelle tahun 1867 di Paris.[11] Pada tahun 1871, Ōyama Iwao menjadi klien Vuitton pertama yang berasal dari Jepang, dan memesan sejumlah bagasi saat tinggal di Paris sebagai atase militer di Perang Prancis-Prusia.[13] Untuk melindungi desainnya dari duplikasi, Vuitton mengubah desain Trianon menjadi desain garis-garis berwarna krem dan cokelat pada tahun 1876.[7] Pada tahun 1885, perusahaan ini membuka gerai pertamanya di London, tepatnya di Oxford Street.[11] Beberapa saat kemudian, karena imitasi terhadap desainnya masih banyak dijumpai, pada tahun 1888, Vuitton menciptakan pola Damier Canvas, yang dilengkapi dengan logo yang bertuliskan "marque L. Vuitton déposée", yang berarti "merek dagang terdaftar L. Vuitton". Pada tahun 1892, Louis Vuitton meninggal dunia dan pengelolaan perusahaan inipun diwariskan ke anaknya.[7][11]

 
Iklan koper Louis Vuitton, 1898

Setelah Louis meninggal, Georges Vuitton memulai kampanye untuk membangun perusahaan ini menjadi sebuah perusahaan global, dengan memamerkan produk perusahaan ini di Chicago World's Fair pada tahun 1893. Pada tahun 1896, perusahaan ini meluncurkan Monogram Canvas dan mematenkannya di seluruh dunia.[7][11] Simbol grafisnya, termasuk quatrefoil dan bunga (serta monogram LV), didasarkan pada tren penggunaan desain Mon Jepang pada akhir era Victoria.[14] Paten tersebut pun sukses menghentikan pemalsuan. Pada tahun yang sama, Georges mengunjungi sejumlah kota di Amerika Serikat, seperti New York, Philadelphia, dan Chicago, untuk menjual produk Vuitton. Pada tahun 1901, Louis Vuitton Company memperkenalkan Steamer Bag, tas kecil yang dirancang untuk disimpan di dalam koper buatan Vuitton.

Pada tahun 1913, Louis Vuitton Building dibuka di Champs-Elysees. Gedung tersebut pun menjadi toko perlengkapan bepergian terbesar di dunia pada saat itu. Toko lain kemudian juga dibuka di New York, Mumbai, Washington, London, Alexandria, dan Buenos Aires sebelum Perang Dunia I pecah. Pada tahun 1930, tas Keepall resmi diperkenalkan. Selama tahun 1932, LV memperkenalkan tas Noé. Tas tersebut awalnya dibuat untuk para penjual sampanye guna membawa botol. Beberapa saat kemudian, tas Louis Vuitton Speedy juga diperkenalkan. Tas Noé dan Speedy masih diproduksi hingga saat ini.[11] Pada tahun 1936, Georges Vuitton meninggal, dan anaknya, Gaston-Louis Vuitton, pun melanjutkan kepemimpinan perusahaan ini.[11]

Kolaborasi sunting

Selama Perang Dunia II, Louis Vuitton berkolaborasi dengan Nazi selama pendudukan Jerman atas Prancis. Buku Louis Vuitton, A French Saga, yang ditulis oleh jurnalis asal Prancis, Stephanie Bonvicini dan diterbitkan oleh Editions Fayard asal Paris[15] menceritakan bagaimana anggota keluarga Vuitton aktif membantu pemerintah boneka yang dipimpin oleh Marsekal Philippe Pétain dan memperkaya diri mereka melalui hubungan bisnis dengan Jerman. Keluarga Vuitton pun membangun sebuah pabrik khusus untuk memproduksi artefak untuk mengagungkan Pétain, termasuk lebih dari 2.500 patung.

Caroline Babulle, juru bicara Editions Fayard menyatakan bahwa "Mereka tidak membantah apapun yang ada di buku tersebut, namun mereka mencoba menguburnya dengan berpura-pura buku tersebut tidak ada."[16] Menanggapi penerbitan buku tersebut pada tahun 2004, seorang juru bicara LVMH menyatakan bahwa "Hal ini adalah sejarah kuno. Buku tersebut memuat sejarah saat Louis Vuitton masih dijalankan oleh keluarga Vuitton, jauh sebelum dijalankan oleh LVMH. Kami beragam, toleran, dan semua hal yang seharusnya dimiliki oleh sebuah perusahaan modern."[16] Seorang juru bicara LVMH juga mengatakan pada majalah satir Le Canard Enchaîné bahwa "Kami tidak menyangkal fakta, namun kecewa karena penulisnya telah melebih-lebihkan episode Vichy. Kami tidak menekan siapapun. Jika jurnalis ingin menyensornya sendiri, maka hal tersebut tidak menjadi masalah bagi kami." Terbitan tersebut merupakan satu-satunya terbitan rutin yang menyebut buku tersebut. Sebagaimana diketahui, LVMH merupakan pengiklan terbesar di dunia pers Prancis.[16]

1945 - 2000 sunting

 
Gerai Louis Vuitton di Nicosia, Siprus
 
Gerai Louis Vuitton di Lugano, Swiss.
 
Gerai Louis Vuitton di Toronto, Ontario, Kanada.

Selama periode ini, Louis Vuitton mulai memakai kulit hewan pada sebagian besar produknya, mulai dari tas dan dompet hingga koper. Untuk memperluas produknya, perusahaan inipun mengubah desain Monogram Canvas khasnya pada tahun 1959[11] untuk membuatnya lebih luwes, sehingga dapat digunakan di tas dan dompet. Dipercaya bahwa pada dekade 1920-an, pemalsuan kembali marak dan berlanjut hingga abad ke-21.[7] Pada tahun 1966, Papillon, sebuah tas silinder yang masih populer hingga saat ini, resmi diluncurkan. Pada tahun 1977, perusahaan ini mencatatkan pendapatan tahunan mencapai 70 juta Franc (US$14,27 juta).[17] Setahun kemudian, label ini membuka gerai pertamanya di Jepang, yakni di Tokyo dan Osaka. Pada tahun 1983, perusahaan ini bermitra dengan America's Cup untuk membentuk Louis Vuitton Cup, sebuah kompetisi pendahuluan (dikenal sebagai lomba layar eliminasi) untuk lomba yacht. Louis Vuitton kemudian mengembangkan eksistensinya di Asia dengan membuka gerai di Taipei, Taiwan pada tahun 1983 dan di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1984. Setahun kemudian, produk berbahan kulit hewan, Epi resmi diperkenalkan.[11]

Pada tahun 1987, LVMH resmi dibentuk[11] melalui penggabungan Louis Vuitton dengan Moët et Chandon dan Hennessy, produsen sampanye dan konyak terkemuka. Laba pada tahun 1988 dilaporkan naik 49% daripada laba pada tahun 1987. Pada tahun 1989, Louis Vuitton telah mengoperasikan 130 gerai di seluruh dunia.[11] Pada dekade 1990-an, Yves Carcelle ditunjuk sebagai presiden LV, dan pada tahun 1992, LV membuka gerai pertamanya di Tiongkok, tepatnya di Palace Hotel, Beijing. Pada tahun 1993, produk berbahan kulit hewan, Taiga resmi diperkenalkan, dan setahun kemudian, koleksi literatur Voyager Avec... juga diluncurkan. Pada tahun 1996, perayaan hari jadi Monogram Canvas yang ke-100 tahun digelar di tujuh kota di seluruh dunia.[11]

Pada tahun 1997, Louis Vuitton menunjuk Marc Jacobs sebagai Direktur Artistik.[18] Pada bulan Maret 1998, ia merancang dan memperkenalkan produk pakaian pria dan wanita "prêt-à-porter" pertama LV. Pada tahun yang sama, produk yang diperkenalkan oleh LV antara lain Monogram Vernis, buku memo LV, dan Louis Vuitton City Guide.[11]

Pada tahun 1999, LV meluncurkan produk mini monogram. Setahun kemudian, perusahaan ini membuka gerai pertamanya di Afrika, tepatnya di Marrakesh, Maroko. Pada tahun yang sama, LV juga mengadakan lelang di International Film Festival di Venesia, Italia, di mana produk "amfAR" yang dirancang oleh Sharon Stone dapat terjual, dan hasilnya disumbangkan ke Foundation for AIDS Research.[11]

2001 - 2011 sunting

 
Gerai di Fifth Avenue, Manhattan
 
Sebuah butik Louis Vuitton di Galleria Vittorio Emanuele II, Milan, Italia
 
Fifth Avenue, NYC, 2013
 
Sebuah gerai Louis Vuitton di Central, Hong Kong
 
Gerai Louis Vuitton di Singapura
 
Sebuah gerai Louis Vuitton di Las Vegas
 
Ruang VIP Louis Vuitton di Wina untuk memesan barang dengan desain khusus

Pada tahun 2001, Stephen Sprouse, melalui kolaborasi dengan Marc Jacobs, merancang sejumlah tas Vuitton edisi terbatas[11] yang dilengkapi dengan graffiti dilukis di atas pola monogram. Graffiti tersebut bertuliskan Louis Vuitton, dan pada tas tertentu, juga ada tulisan nama tasnya (seperti Keepall dan Speedy). Tas tertentu, yang dilengkapi graffiti tanpa latar belakang Monogram Canvas, hanya dapat dibeli oleh klien V.I.P. Louis Vuitton. Pada tahun yang sama, Jacobs juga membuat gelang mewah, yang sekaligus menjadi perhiasan pertama yang dibuat oleh LV.[11]

Pada tahun 2002, koleksi jam tangan Tambour resmi diperkenalkan.[11] Pada tahun yang sama, gedung LV di Ginza, Tokyo resmi dibuka. LV juga berkolaborasi dengan Bob Wilson untuk menata jendela natalnya. Pada tahun 2003, Takashi Murakami,[11] melalui kolaborasi dengan Marc Jacobs, membuat serangkaian produk tas tangan dan aksesoris berbahan kanvas Monogram Multicolore. Bahan tersebut berupa monogram standar Monogram Canvas, namun dalam 33 warna berbeda dengan latar belakang hitam atau putih. (Kanvas klasik dilengkapi dengan monogram berwarna emas pada latar belakang berwarna coklat.) Murakami juga membuat pola Cherry Blossom, di mana wajah kartun yang tersenyum yang diletakkan di tengah-tengah bunga berwarna merah muda dan kuning ditempatkan secara acak di atas Monogram Canvas. Pola tersebut hanya dipakai di beberapa produk. Produksi edisi terbatas tersebut dihentikan pada bulan Juni 2003. Pada tahun 2003, gerai di Moscow, Rusia dan di New Delhi, India resmi dibuka. LV juga meluncurkan koleksi produk berbahan kulit hewan, Utah dan Suhali, serta mengadakan perayaan hari jadi LV Cup yang ke-20.[11]

 
Louis Vuitton di Champs-Élysées
 
Gerai di Yekaterinburg, Russia
 
Louis Vuitton di Briggate, Leeds

Pada tahun 2004, Louis Vuitton merayakan hari jadinya yang ke-150. LV juga meresmikan gerai barunya di New York City (tepatnya di Fifth Avenue), São Paulo, Mexico City, Cancún, dan Johannesburg. Perusahaan ini juga membuka gerai global pertamanya di Shanghai. Pada tahun 2005, Louis Vuitton membuka kembali gerainya di Champs-Élysées, Paris, hasil rancangan arsitek asal Amerika, Eric Carlson dan meluncurkan koleksi jam tangan Speedy. Pada tahun 2006, LV mengadakan inagurasi Espace Louis Vuitton di lantai 7.[11] Pada tahun 2008, Louis Vuitton meluncurkan kanvas Damier Graphite. Kanvas tersebut dilengkapi dengan pola Damier klasik, namun dalam warna hitam dan abu-abu, menjadikannya terlihat maskulin dan terasa urban. Pada tahun 2008 juga, Pharrell Williams ikut merancang serangkaian perhiasan ("Blason") dan kacamata untuk Louis Vuitton.[19]

Referensi sunting

  1. ^ "lvmh moet hennessy louis vui (MC:EN Paris): Executive profile: Michael Burke". Bloomberg Business. Diakses tanggal 15 February 2015. 
  2. ^ "Virgil Abloh appointed Louis Vuitton Creative Director". 
  3. ^ "Louis Vuitton on the Forbes World's Most Valuable Brands List". forbes.com. 
  4. ^ "Louis Vuitton Annual Report 2014" (PDF). lvmh-static.com. 
  5. ^ a b c d e f Martin, Richard (1995). Contemporary fashion. Guatemala: St. James Press. hlm. 750. ISBN 1-55862-173-3. 
  6. ^ Roberts, Andrew. "Louis Vuitton Tops Hermes As World's Most Valuable Luxury Brand". Bloomberg L.P. Diakses tanggal 28 May 2012. 
  7. ^ forbes.com Louis Vuitton
  8. ^ Globe and Mail Louis Vuitton
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u "Timeline". Louis Vuitton. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 December 2008. Diakses tanggal 3 March 2008. 
  10. ^ "A large suitcase of coffee color leather, with leather straps and with black and claret paited owner's stripes, monogrammed R.F., the interior fitted with a tray and labelled H.J. Cave and Sons 'Osilite' trademark-31.5 x 18 x 11in. (80 x 46 x 26 cm.); another matching smaller case-29 x 17 x 10in. (74 x 43 x 25.5 cm.); and a smaller lightweight case, the interior labelled as above-24 x 13.75 x 6in. (61 x 35 x 15 cm.), 1930s (3)". Christies.com. 2000-01-25. Diakses tanggal 2012-11-07. 
  11. ^ Horne, Alistair (2015). Hubris: The Tragedy of War in the Twentieth. W&N. hlm. 30. ISBN 978-0297867623. 
  12. ^ Vuitton, Louis. "News By Louis Vuitton: EXHIBITION IN TOKYO: INSPIRATIONAL JAPAN". eu.louisvuitton.com. 
  13. ^ "Fayard". 
  14. ^ a b c Willsher, Kim (3 June 2004). "Louis Vuitton's links with Vichy regime exposed, The Guardian, June 3, 2004". London. Diakses tanggal 11 May 2010. 
  15. ^ "1977 Exchange Rates" (PDF). Diakses tanggal 16 May 2010. 
  16. ^ "Marc Jacobs". Louis Vuitton. Diakses tanggal 26 May 2012. 
  17. ^ "Hip-hop's glittering touchstone". The Australian. Diakses tanggal 27 February 2009. 

Pranala luar sunting