Kucha atau Kuche (juga: Kuçar, Kuchar; Uighur: كۇچار, Hanzi sederhana: 龟兹; Hanzi tradisional: 龜茲; Pinyin: Qiūcí; juga diromanisasikan sebagai Qiuzi, Qiuci, Chiu-tzu, Kiu-che, Kuei-tzu dari Hanzi: 屈支 屈茨; 龜玆; 龟兹, 丘玆; Sanskerta: Kucina[1]) adalah sebuah kerajaan Buddha kuno yang terletak di cabang Jalur Sutra yang berada di sepanjang bagian utara Gurun Taklamakan di Cekungan Tarim dan selatan Sungai Muzat.

Letak Kucha di Xinjiang dengan kabupaten Kucha diwarnai merah muda, dan prefektur Aksu diwarnai kuning.

Wilayahnya sekarang berada di Prefektur Aksu, Xinjiang, China; Kota Kuqa sendiri menjadi kursi kabupaten dari Kabupaten Kuqa yang berada di prefektur tersebut. Penduduknya berjumlah 74,632 orang pada 1990.

Sejarah sunting

 
Cakungan Tarim pada abad ke-3

Menurut Kitab Han, Kucha adalah kerajaan terbesar dari 'Tiga Puluh Emas Kerajaan di Wilayah Barat', dengan penduduk sejumlah 81,317 orang, termasuk 21,076 orang yang ditandai lengannya.[2]

Penyelidikan arkeologi sunting

Terdapat beberapa situs arkeologi signifikan di wilayah tersebut yang diselidiki oleh ekspedisi German Turfan Ketiga (1905–1907 – yang dipimpin oleh Albert Grünwedel) dan Keempat (1913–1914 – yang dipimpin oleh Albert von Le Coq).[3][4]

Kucha dan Agama Buddha sunting

 
Patung dada dari seorang bodhisatwa dari Kucha, abad ke 6-7. Museum Guimet.

Tempat tersebut adalah sebuah pusat agama Buddha berpengaruh dari Zaman Kuno sampai Abad Pertengahan. Agama Buddha diperkenalkan di Kucha sebelum akhir abad ke-1, dan pada abad ke-3 kerajaan tersebut menjadi pusat utama agama Buddha, utamanya adalah aliran Sarwastiwada dari cabang Sthawira atau Śrāwakayāna, namun kemudian juga Mahayana pada zaman Uighur. (Dalam hal ini, tempat tersebut berbeda dengan Khotan, sebuah kerajaan yang didominasi Mahāyāna di sisi selatan gurun tersebut.)

Menurut Kitab Jin, pada abad ketiga terdapat sekitar seribu stupa dan kuil Buddha di Kucha. Pada waktu itu, para biksu Kucha mulai berkunjung ke China. Pada abad keempat, perkembangan agama Buddha berlanjut di kerajaan tersebut. Istananya dikatakan menyediakan sebuah biara Buddha, menyimpan patung-patung Buddha yang terbuat dari batu yang diukirm, dan sejumlah biara di sekitar kota tersebut.

Kucha dikenal sebagai tempat tinggal dari biksu penerjemah abad kelima Kumārajīwa (344-413).

Biara sunting

  • Ta-mu yang memiliki 170 biksu
  • Che-hu-li di Po-shan (Tionghoa 白山?; pinyin: bai shan?), sebuah bukit di utara kota tersebut, memiliki 50 atau 60 biksu.
  • Biara lainnya, yang didirikan oleh raja Wen-Su (Uch-Turpan) memiliki 70 biksu.

Kesusteran sunting

Terdapat dua kesusteran di A-li (Avanyaka):

  • Liun-jo-kan: 50 biksuni
  • A-li-po: 30 biksuni

Kesusteran lainnya, Tsio-li, yang berukuran 40 li yang berada di bagian utara Kucha dan dikenal sebagai tempat dimana ibu Kumārajīwa, Jīwa, pensiun.

Biksu sunting

Po-Yen sunting

Seorang biksu dari keluarga kerajaan yang dikenal dengan sebutan Po-Yen yang berkunjung ke ibu kota Tiongkok, Luoyang, dari 256-260 Masehi. Ia menerjemahkan enam teks Buddha ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 258 di Kuil Kuda Putih yang terkenal di China, termasuk Sutra Kehidupan Tanpa Batas, sebuah sutra berpengaruh dalam Buddha Tanah Murni.

Po-Śrīmitra sunting

Po-Śrīmitra adalah biksu Kucha lainnya yang berkunjung ke China dari 307-312 dan menerjemahkan tiga teks Buddha.

Po-Yen sunting

Seorang biksu Buddha Kucha kedua yang juga dikenal dengan sebutan Po-Yen yang juga datang ke Liangzhou (sekarang Wuwei, Gansu, China) dan dikatakan sangat berpengaruh, meskipun tidak diketahui apakah ia pernah menerjemahkan suatu teks.

Wilayah tetangga sunting

Kerajaan tersebut bertetangga dengan Aksu yang kemudian berganti nama menjadi Kashgar di bagian barat, dan Karasahr yang kemudian berganti nama menjadi Turpan di bagian timur. Di sepanjang gurun Taklamakan bagian selatan adalah Khotan.

Garis waktu sunting

  • 630: Xuanzang mengunjungi kerajaan tersebut.

Sumber sunting

Lihat pula sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ "中印佛教交通史". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2015-07-23. 
  2. ^ Hulsewé and Loewe (1979), p. 163, and note 506.
  3. ^ Le Coq, Albert (1922–1933). Die Buddhistische Spätantike in Mittelasien. Ergebnisse der Kgl. Preussischen Turfan-Expeditionen. Berlin. 
  4. ^ "German Collections". International Dunhuang Project. Diakses tanggal 23 Oktober 2012. 

Referensi sunting

  • Beckwith, Christopher I. The Tibetan Empire in Central Asia. Princeton University Press, Princeton 1987; revised edition 1993.
  • Beckwith, Christopher I. Empires of the Silk Road: A History of Central Eurasia from the Bronze Age to the Present. Princeton University Press, Princeton 2009.
  • Grousset, Rene. The Empires of the Steppes a History of Central Asia. Rutgers University Press, New Brunswick 1970.
  • Hulsewé, A. F. P. and M. A. N. Loewe, China in Central Asia: The Early Stage: 125 B.C.-A.D. 23. Leiden E. J. Brill (1979) ISBN 90-04-05884-2.
  • Mallory, J. P. and Victor H. Mair. (2000). The Tarim Mummies: Ancient China and the Mystery of the Earliest Peoples from the West. Thames & Hudson, London. ISBN 0-500-05101-1.
  • Younghusband, Francis E. (1896). The Heart of a Continent. John Murray, London. Facsimile reprint: (2005) Elbiron Classics. ISBN 1-4212-6551-6 (pbk); ISBN 1-4212-6550-8 (hardcover).

Pranala luar sunting

Koordinat: 41°42′56″N 82°55′56″E / 41.71556°N 82.93222°E / 41.71556; 82.93222