Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting, karena merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Untuk membuat kopra yang baik diperlukan kelapa yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3–4 kg. Setelah kopra selesai diekstrak minyaknya, yang tersisa adalah produk samping yang mengandung protein tinggi (18-25%) namun memiliki serat yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dimakan oleh manusia. Produk samping ini umumnya diberikan pada hewan ternak sebagai pakan.[1]

Kelapa yang akan diolah menjadi kopra
daging kelapa mentah (kopra murni)
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi354 kcal (1.480 kJ)
24.23
Gula6.23
Serat pangan9
33.49
3.33 g
VitaminKuantitas
%DV
Tiamina (B1)
6%
0.066 mg
Riboflavin (B2)
2%
0.02 mg
Niasin (B3)
4%
0.54 mg
Asam pantotenat (B5)
20%
1.014 mg
Vitamin B6
4%
0.05 mg
Vitamin C
4%
3.3 mg
MineralKuantitas
%DV
Kalsium
1%
14 mg
Zat besi
19%
2.43 mg
Magnesium
9%
32 mg
Fosfor
16%
113 mg
Potasium
8%
356 mg
Seng
12%
1.1 mg
Komponen lainnyaKuantitas
Air47
Persen DV berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Teknik pengolahan kopra ada empat macam, yaitu pengeringan dengan sinar matahari (sun drying), pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api (smoke curing or drying), dan pengeringan dengan pemanasan tidak langsung (indirect drying).[1]

Kopra yang baik sebaiknya hanya memiliki kandungan air 6% – 7% agar tidak mudah terserang organisme pengganggu. Kerusakan yang terjadi pada kopra pada umumnya disebabkan oleh serangan bakteri dan serangan cendawan. Serangan tersebut mudah terjadi jika kadar air dalam kopra tinggi, kelembapan udara mencapai 80% atau lebih dan suhu atmosfer mencapai 30 °C. Cendawan yang sering menyerang kopra adalah cendawan Rhizopus sp, Aspergillus niger, dan Penicillium glaucum. Terdapat 4 kualitas kopra, yang diantaranya adalah highgrade copra dan mixed copra.

Produksi sunting

 
Penumbukan kopra di La Digue (Seychelles).

Kopra secara tradisional diparut dan digiling kemudian direbus dalam air untuk mengekstrak minyak kelapa yang terkandung di dalamnya. Produknya digunakan dalam budaya pulau-pulau di Samudra Pasifik dan menjadi salah satu produk komersial berharga di Laut Selatan dan Asia Selatan pada 1860s. Saat ini, proses ektraksi minyak kelapa dilakukan dengan menumbuk kopra untuk diambil minyaknya (70%) dengan produk samping yang dikenal sebagai copra meal (30%). Setelah minyak diekstrak, kelapa yang tersisa terdiri atas 18–25% protein dan sangat banyak serat pangan yang tidak dapat dimakan oleh manusia dalam jumlan yang besar. Produk samping ini biasanya digunakan sebagai pakan hewan pemamah biak.[2]

 
Kelapa yang dikeringkan menggunakan sinar Matahari di Kozhikode, Kerala, India untuk produksi kopra

Produksi kopra – memecahkan cangkang dan mengeringkannya – biasanya dilakukan ketika pohon kelapa tumbuh besar. Kopra dapat dibuat dengan mengeringkan kelapa menggunakan matahari, asap, maupun tempat pembakaran khusus. Pengeringan menggunakan panas Matahari membutuhkan area dengan luas yang lebih besar dan cahaya Matahari yang cukup. Metode ini biasa dilakukan dengan memotong kelapa menjadi dua, kemudian merendam kulit kelapa dan menghadapkan daging kelapa ke arah Matahari. Setelah dua hari, daging kelapa dapat dilepaskan dari kulitnya dan proses pengeringan dapat selesai hingga tiga atau lima hari berikutnya.

 
Pengeringan kopra menggunakan pemanas di La Digue (Seychelles).

Ekonomi sunting

Produksi kopra dimulai dari perkebunan kelapa. Pohon kelapa biasanya diberi jarak 9 meter satu sama lain, dengan kerapatan 100–160 pohon kelapa per hektar. Sebuah pohon kelapa umumnya menghasilkan sekitar 50–80 kelapa per tahun dan pada 1999 di Vanuatu, satu kilogram kopra dapat menghasilkan uang senilai US$0,20. Dengan demikian, seorang petani kelapa saat itu dapat menghasilkan pemasukan sebesar US$120 hingga US$320 per tahun untuk tiap hektar kebun kelapa yang dimilikinya. Pada November 2012, menurut data Bank Dunia, harga rata-rata kopra telah naik dua kali lipat, menjadi sekitar US$577 per ton.[3]

Pada 2017 nilai ekspor global kopra berkisar antara $145 hingga 146 juta. Eksportir kopra terbesar di dunia adalah Papua Nugini dengan 35% total ekspor kopra dunia, disusul oleh Indonesia (20%), Kepulauan Solomon (13%), dan Vanuatu (12%). Importir terbesar kopra adalah Filipina, mengimport kopra senilai $93,4 juta atau sekitar 64% total impor kopra dunia.[4]

Pakan hewan sunting

Produk samping (copra meal) dapat digunakan sebagai pakan kuda dan hewan ternak lainnya. Kandungan minyak dan protein yang tinggi dapat membuat hewan ternah menjadi lebih gemuk. Protein dalam kopra yang dipanaskan memiliki kualitas yang tinggi dan baik untuk domba dan rusa karena tidak pecah dalam rumen.[5]

Minyak kelapa dapat diekstrak secara mekanis maupun menggunakan pelarut (seperti heksana). Kopra yang diekstrak secara mekanis mampu menghasilkan 8–12% minyak, sementara kopra yang diekstrak menggunakan pelarut mengandung hanya 2–4% minyak. Copra meal kualitas premium daoat mengandung 20–22% protein curah dan kurang dari 20ppb aflatoksin.[6] Kopra berkualitas tinggi juga mengandung <12% karbohidrat nonstruktural (NSC)[7] sehingga baik digunakan untuk pakan kuda yang rentan terhadap gangguan pencernaan, tidak tahan insulin, kolik, dan asidosis.[8]

Dalam budaya populer sunting

Perdagangan kopra pada abad ke-19 menginspirasi novela yang dikearang oleh Robert Louis Stevenson pada 1893 berjudul The Beach of Falesá. Novela ini mengangkat pengalamannya selama berada di Samoa.[9]

Referensi sunting

  1. ^ a b Grimwood, BE; Ashman, F; Dendy, DAV; Jarman, CG; Little, ECS; Timmins, WH (1975). Coconut Palm Products – Their processing in developing countries. Rome: FAO. hlm. 193. ISBN 978-92-5-100853-9. 
  2. ^ Grimwood, BE; Ashman, F; Dendy, DAV; Jarman, CG; Little, ECS; Timmins, WH (1975). Coconut Palm Products – Their processing in developing countries. Rome: FAO. hlm. 193. ISBN 978-92-5-100853-9. 
  3. ^ Global Economic Prospects Commodity Market Outlook (PDF). Washington DC: The World Bank’s Development Prospects Group. Januari 2013. hlm. 20. Diakses tanggal 2 Januari 2022. 
  4. ^ Simoes, AJG; Hidalgo, CA. "OEC: The Observatory of Economic Complexity". oec.world (dalam bahasa Inggris). The Observatory of Economic Complexity. Diakses tanggal 2019-12-17. 
  5. ^ Hennessy, D. W.; Kempton, T. J.; Williamson, P. J. (1989-06-01). "Copra meal as a supplement to cattle offered a low quality native pasture hay". Asian-Australasian Journal of Animal Sciences (dalam bahasa English). 2 (2): 77–84. doi:10.5713/ajas.1989.77. ISSN 2765-0189. 
  6. ^ "Nutrient Specs – Stance Equine". Stanceglobal.com.au. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-06. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  7. ^ Richards, Nerida. "The Non-Structural Carbohydrate Content of some Commercially Available Horse Feeds in Australia". Stance Equine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-26. 
  8. ^ "CoolStance Benefits – Stance Equine" (PDF). Stanceglobal.com.au. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-06. Diakses tanggal 2022-01-02. 
  9. ^ Holmes, LD (2001). Treasured Islands: Cruising the South Seas With Robert Louis Stevenson . Sheridan House. ISBN 1-57409-130-1. 

Pranala luar sunting