Kersen (Muntingia)

Spesies tumbuhan
(Dialihkan dari Kersen)

Kersen,[a] seri,[1] ceri,[2] talok atau kerukup siam (Muntingia calabura) secara lokal disebut kersen atau kersem adalah sejenis pohon sekaligus buahnya yang kecil dan manis berwarna merah cerah. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai ceri (untuk ceri dari Genus Prunus, lihat ceri).

Kersen
Muntingia calabura

Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
KladSuperrosidae
Kladrosids
Kladmalvids
OrdoMalvales
FamiliMuntingiaceae
GenusMuntingia
SpesiesMuntingia calabura
Linnaeus, 1753
Buah Kersen Matang

Dalam Bahasa Madura, buah ini disebut "kersen" baleci. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah datiles, aratiles, manzanitas (Filipina); mât sâm (Vietnam); khoom sômz, takhôb (Laos); takhop farang (Thailand); krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia).

Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); Jamaican cherry, Panama berry, dan Singapore cherry (Inggris). Orang Belanda dulu menyebutnya Japanse kers ("ceri jepang"), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia atau ada yang menyebutnya ceri.

Tumbuhan ini berasal dari suku Muntingiaceae yang hanya memiliki 1 (satu) spesies yang valid.[3]

Buah yang matang dan muda di pohonnya

Pemerian sunting

 
Pohon kersen.

Perdu atau pohon, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3–6 m saja. Hijau abadi dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun.

Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya.

Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah lagi rudimenter.

 
Bunga kersen, muncul di antara dedaunan

Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1 cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.

Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali.

Hasil, ekologi dan penyebaran sunting

 
Buahnya yang merah dan manis tersembunyi di bawah daun
 
Semai kersen tumbuh pada retakan lantai trotoar

Buah kersen disukai terutama oleh anak-anak, burung dan codot. Anak-anak sekolah sering memanjat pohonnya, meninggalkan bekas-bekas berupa ranting yang berpatahan dan kulit batang yang terkelupas. Buah ini juga dapat dijadikan selai. Di Meksiko, buah kersen dijual di pasar. Pohon kersen di Indonesia mudah dijumpai. Biasanya pohon ini dijadikan tempat teduh bagi tukang becak di Indonesia sambil minum dan makan camilan.

Kayu kersen lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar. Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat dijadikan semacam teh.

Burung-burung pemakan buah, seperti kelompok merbah dan burung cabe, sering mengunjungi pohon ini di waktu siang untuk memakan buah atau sari buahnya yang manis. Di waktu hari gelap, berganti aneka jenis kelelawar pemakan buah yang datang dengan tujuan yang sama. Biji kersen tidak tercerna oleh burung dan codot, karena itu kedua kelompok hewan ini sekaligus berfungsi sebagai pemencar bijinya.

Pohon kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan. Pohon kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat –biasanya dibiarkan saja– membesar sebagai pohon naungan. Sebab itulah pohon kersen acapkali ditemukan di wilayah perkotaan yang ramai dan padat, di tepi trotoar dan lahan parkir, di tepi sungai yang tidak terurus atau di tempat-tempat yang biasa kering berkepanjangan.

Karena sifat-sifat dan daya tahannya itu, kersen menjadi salah satu tumbuhan pionir yang paling banyak dijumpai di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Berasal dari Amerika tropis (Meksiko selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru dan Bolivia), seri dibawa masuk ke Filipina pada akhir abad-19, dan lalu dengan cepat menyebar di seluruh wilayah tropis Asia Tenggara.

Kandungan gizi sunting

Dalam setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan dari buah kersen terkandung:[4]

  • Air (77,8 g)
  • Protein (0,324 g)
  • Lemak (1,56 g)
  • Serat (4,6 g)
  • Kalsium (124,6 mg)
  • Fosfor (84,0 mg)
  • Zat besi (1,18 mg)
  • Karotin (0,019 mg)
  • Vitamin B1 (Tiamin) (0,065 mg)
  • Riboflavin (0,037 mg)
  • Niacin (0,554 mg)
  • Vitamin C (Ascorbic acid) (80,5 mg)

Khasiat untuk pengobatan sunting

Pelbagai bagian dari kersen (pepagan, daun, bunga, dan buah) mengandung aneka bahan aktif yang berkhasiat obat. Bunganya bersifat antispasmodik (meredakan kekejangan otot); rebusan bunganya dipakai untuk mengatasi kram perut. Bunga dan daunnya juga bersifat antiseptik atau antibakteri, dan digunakan untuk meringankan sakit kepala dan selesma.[5]

Khasiat yang lain adalah sebagai antioksidan, anti-radang, antipiretik, analgesik, antipruritik, antiulcer, antifungal, insektisidal, dan banyak lagi sifat lainnya.[5]

Galeri sunting

Referensi sunting

  1. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata seri pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-09-28. 
  2. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata ceri pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-09-28. 
  3. ^ Christenhusz, M. J. M.; Byng, J. W. (2016). "The number of known plants species in the world and its annual increase". Phytotaxa. 261 (3): 201–217. doi:10.11646/phytotaxa.261.3.1 . 
  4. ^ Morton, Julia F. (1987). "Jamaica Cherry, Muntingia calabura L". Fruits of warm climates (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 06-11-2019. 
  5. ^ a b Stuart, Godofredo U. (2018). "Aratiles, Muntingia calabura Linn". Philippine Medicinal Plants (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 06-11-2019. 

Catatan kaki sunting

  1. ^ Tumbuhan ini lebih umum disebut "kersen" oleh mayarakat umum, namun menurut KBBI nama kersen seharusnya merujuk pada tumbuhan dari genus Prunus (Prunus cerasus)

Bahan Bacaan sunting

  • Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta.
  • Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA–Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.

Pranala luar sunting