Kemenyan

olahan resin (getah) pohon kemenyan

Kemenyan, sering juga disebut Olibanum,[1] adalah aroma wewangian berbentuk kristal yang digunakan dalam dupa dan parfum. Kristal ini diolah dan diperoleh dari pohon jenis Boswellia dalam keluarga tumbuh-tumbuhan Burseraceae, Boswellia sacra (Sinonim B. carteri, B. thurifera, B. bhaw-dajiana), B. frereana dan B. serrata (kemenyan India).

Kemenyan

Kemenyen memiliki bentuk getah kering diambil dari pohon kemenyan. Getah tersebut biasa dikenal sebagai benzoid di ambil dari bahasa arab benz berarti harum, boa berarti getah sehingga kata benzoid berarti getah berbau harum[2]

Kemenyan ini juga termasuk dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus Styrax. Selain itu terdapat 7 (tujuh) jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu Kemenyan Sumatra (Styrax benzoin), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus), Kemenyan Toba (Styrax sumatrana J.J.Sm)[3] dan Kemenyan Siam (Styrax tokinensis)

Tetapi jenis kemenyan yang paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara adalah jenis kemenyan toba dan kemenyan durame.[4] Styrax sumatrana J.Sm adalah jenis pohon kemenyan yang pada umumnya tumbuh di daerah kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah yang hasilnya dikenal dengan nama daerah “Haminjon” atau "kemenyan toba".[5] Kemenyan toba biasa dikenal juga dengan Styrax Paralleloneurum.

Ada empat spesies utama Boswellia yang menghasilkan kemenyan asli dan getahnya (Resin), masing-masing empat spesies tersedia dalam berbagai kelas. Kualitas tergantung pada waktu panen dan juga keterampilan tangan pengolahnya.

Pemaparan sunting

Pohon kemenyan memiliki ukuran sedang sampai besar dengan diameter antara 20–30 cm dengan tinggi mencapai 20 hingga 30 meter. Mempunyai batang yang lurus dengan percabangan yang sedikit dan kulit batang berwarna kemerahan. Kemenyan berdaun tunggal yang tersusun spiral dan berbentuk oval, bulat memanjang dengan ujung daun meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat dan lonjong dengan ukuran yang agak kecil. Biji berwarna cokelat terbungkus dalam daging buah yang tebal dan keras [6]). Tempat bertumbuhnya tanaman kemenyan ini bervariasi yaitu mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 60 hingga 2100 meter di atas permukaan laut. Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa terhadap jenis tanah. Dapat tumbuh pada tanah Podsolik, Andosol, Latosol, Regosol, dan berbagai asosiasi lainnya mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Jenis tanaman ini tumbuh pada tanah yang mempunyai Porositas tinggi sehingga mudah meresapkan air.[6]

Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa populasi pohon kemenyan telah menurun, sebagian karena eksploitasi yang berlebihan. Contohnya Penyadapan sangat tinggi pada Pohon kemenyan akan menghasilkan biji yang dapat tumbuh hanya 16% sedangkan biji pohon yang belum disadap mempunyai persentase berkecambah lebih dari 80%. Selain itu, pembakaran, penggembalaan, dan serangan oleh kumbang Longhorn telah mengurangi populasi pohon.[7] Perubahan (Pembukaan Hutan) dari hutan kemenyan untuk pertanian dapat juga merupakan ancaman besar.[8]

Morfologi sunting

Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 M dengan diameter 60–100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3–7 mm), kulit berwarna merah anggur,[4] kulit luar halus sampai retak-retak ke arah vertikal atau berlekuk halus, Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau merah keunguan, kayu gubalnya berwarna putih.[9]

Daun sunting

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat, bulat memanjang (elips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing.Panjang daun dapat mencapai 4–15 cm, lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5–13 cm, helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis kemenyan Toba lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame.

Bunga sunting

Bunga kemenyan berkelamin dua di mana bunganya bertangkai panjang antara 6–11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm.Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap tahun. Waktu berbunga dimulai pada bulan Nopember, Desember dan Januari. Bunga majemuk, berbentuk tandan atau malai pada ujung atau ketiak daun. Buah masak berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm.

Buah dan Biji sunting

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5–3 cm. Biji kemenyan berukuran 15–19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras, hal ini dibuktikan buah kemenyan yang masih normal dan buah tidak rusak walaupun sudah beberapa bulan jatuh dari pohonnya. Bentuk buah dan biji kemenyan bervariasi sesuai dengan jenisnya. Biji kemenyan Toba berwarna coklat tua dan lebih gelap dibandingkan jenis Durame maupun Bulu. Bentuk buah dan biji dapat digunakan untuk membedakan jenis kemenyan dibandingkan bagian tanaman kemenyan lainnya (daun, batang dan sebagainya).Tanaman kemenyan diperbanyak dengan biji. Musim berbunga dan berbuah jenis Styrax Benzoin pada bulan Desember – Januari. Buah yang masak disukai oleh tupai, rusa dan babi hutan. Biji kemenyan berjumlah 366 butir/Kg atau 245 butir/Liter. Daya kecambah biji relatif kecil, yakni ± 35%. Kulit biji keras yang menghambat perkecambahan oleh karena itu perlakuan yang biasa diberikan waktu mengecambahkan biji adalah menyiram dengan air panas dan merendam sebelum disemaikan.[10]

Asal-Usul Sejarah sunting

Kemenyan telah diperdagangkan di Semenanjung Arab dan Afrika Utara selama lebih dari 5.000 tahun.[11] Sebuah mural yang menggambarkan karung kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM [7].[12]

Barus yang sejak abad abad dini (sejak kira-kira abad 5) sudah disinggahi oleh perahu-perahu layar antar benua sebagai pelabuhan pengekspor kemenyan dan Kamper (Kapur barus).[13] Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem. Di berbagai daerah penyebutannya berbeda yaitu Kemenjen dalam bahasa Pakpak Dairi, Keminjen dalam bahasa Karo dan Menyan dalam bahasa Jawa. Menurut catatan sejarah, salah satu pusat perdagangan Kemenyan di wilayah ini pada masa lampau adalah pantai Barus (Fansyur), sebuah pelabuhan penting ketika itu di pantai Barat pulau Sumatra. Secara sporadis dalam beberapa buku yang ditulis oleh Heyne disebutkan bahwa pelaut-pelaut Timur Tengah melihat dan mengatakan tanaman Kemenyan tumbuh baik pada ketinggian 900 - 1200 meter di atas permukaan laut, sementara Pinyopusarerk menyebut Kemenyan Laos tumbuh baik pada 800 - 1600 meter dpl. Cina dan India sejak abad pertama telah membawa Kapur Barus dan Kemenyan dari Tapanuli. Kegunaannya adalah untuk bahan pengawet Mummi para raja di Romawi dan Fira'un di Mesir. Disebutkan pada masa itu hingga beberapa abad kemudian, Kemenyan dan Kapur Barus asal Tapanuli ini tergolong barang mahal yang nilainya lebih tinggi daripada emas.[14]

Sebuah legenda yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa pada suatu hari seorang gadis miskin, yang akan dikawinkan dengan seorang laki-laki kaya melarikan diri ke dalam hutan untuk menghindar. Ketika menengadahkan tangannya kearah langit sambil berdoa, dia disambar petir dan menjadi sebuah pohon kemenyan. Getah ini yang dipercayai sebagai susu gadis tersebut, katanya diperuntukkan bagi orang miskin. Sebelum ke kebun juga biasanya petani mempersiapkan nditak, yaitu beras yang ditumbuk bersama gula aren dan kelapa. Mereka berdoa sebelum memakannya supaya pohon kemenyan dapat menghasilkan banyak getah. Jenis upacaranya adalah mekotas (makan bersama) dan meminta izin penguasa kebun / hutan yaitu persintabien. Kemenyan juga dipercayai oleh masyarakat sebagai pohon suci karena pohon-pohon kemenyan tidak akan mengeluarkan getah jika lelaki bersikap buruk terhadap orang tua, isterinya atau jika, sewaktu dikebun mereka bicara kasar, berbohong, menipu atau mencuri. Ada juga para perkemenjen yang masih melakukan tradisi lain yaitu, menyanyikan odong-odong merkemenjen yaitu nyanyian para pencari getah kemenyan.

Kemenyan adalah salah satu ukupan yang disucikan (HaKetoret) dijelaskan dalam Alkitab Ibrani dan Talmud digunakan dalam upacara Ketoret.[15] Kemenyan bagi orang Yahudi, serta orang-orang Yunani dan Romawi, juga disebut Olibanum (dari Arab Al-Lubbān). Referensi lihat Dalam Alkitab. Kemenyan diberikan pada dupa altar khusus di saat Kemah Suci terletak di kuil Pertama dan Kedua di Yerusalem. Ketoret adalah komponen penting dari layanan Bait Allah di Yerusalem. Hal ini disebutkan dalam buku Alkitab Ibrani Keluaran 30:34, di mana ia bernama Levonah (Lebona dalam Alkitab bahasa Ibrani), yang berarti "putih" dalam bahasa Ibrani.[15] ada jenis kemenyan khusus yang "murni" yaitu lebhonah zakkah, disajikan dengan roti sajian. Membakar dupa diterima sebagai praktik dalam gereja Katolik Roma kemudian sementara gereja awal selama zaman Romawi melarang penggunaan dupa sehingga jasa di bidang perdagangan dupa mengakibatkan penurunan sangat cepat." [16]

Kemenyan diperkenalkan kembali ke Eropa oleh Tentara Salib yang dinamakan Frankish, meskipun nama Frankish mengacu pada kualitas, tetapi bukan dengan para Frank itu sendiri.[17] Meskipun lebih dikenal sebagai "kemenyan" bagi orang Barat, getah ini juga dikenal sebagai olibanum, dalam bahasa Arab al-Luban (kira-kira diterjemahkan: "yang dihasilkan dari pemerahan"),acuannya adalah getah susu yang disadap dari pohon Boswellia. Beberapa orang juga mendalilkan bahwa nama ini berasal dari istilah bahasa Arab yaitu "Minyak Lebanon". Kota yang hilang dari kota Ubar, kadang-kadang dikenali dengan Irem di tempat yang sekarang kota Shisr di Oman berada, diyakini telah menjadi pusat perdagangan kemenyan karena kurang lebih baru-baru ini ditemukan kembali "Jalan Kemenyan". Ubar ditemukan kembali pada awal 1990-an dan sekarang di bawah penggalian arkeologi.

Sejarawan Yunani bernama Herodotus yang akrab dengan kemenyan dan mengetahui bahwa kemenyan dipanen dari pohonnya di Arab Saudi bagian selatan. Dia juga melaporkan bahwa getah berbahaya untuk di panen karena ular berbisa juga hidup di pohon-pohon tersebut. Dia juga menjelaskan metode yang digunakan oleh orang-orang Arab untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan membakar getah dari pohon kemenyan sehingga asap akan mengusir ular tersebut pergi.[18] Getah ini juga disebutkan oleh Theophrastus dan Pliny the Elder dalam bukunya Naturalis Historia. Arab Saudi bagian Selatan adalah eksportir utama kemenyan pada zaman kuno, dengan beberapa hal yang diperdagangkan sampai ke Cina.Penulis dan adat orang Cina yang bernama Inspektur Zhao Rugua juga menulis tentang asal usul kemenyan, dan eksistensinya diperdagangkan ke China:

"Ruxiang atau xunluxiang berasal dari tiga negara Dashi dari Murbat (Maloba), Shihr (Shihe), dan Dhofar (Nufa), dari kedalaman gunung terpencil.[19] Pohon yang menghasilkan obat ini secara umum dapat dibandingkan dengan pohon Pinus. Batangnya yang berlekuk seperti kapak, di mana getahnya mengalir keluar, dan ketika mengeras berubah menjadi kemanyan yang dikumpulkan dan dibuat menjadi gumpalan. Kemenyan ini diangkut oleh gajah ke Dashi (melalui pantai), yang kemudian dimuat di atas kapal mereka dan menukarnya dengan komoditas lainnya di Sanfoqi. ini adalah alasan mengapa umumnya dikumpulkan dan dikenal sebagai produk Sanfoqi.[20]"

Pembibitan sunting

Dalam pembibitan, benih kemenyan yang dipilih dikumpulkan dari pohon induk yang diseleksi dan telah diketahui kualitasnya. Pohon induk yang dipilih adalah pohon yang memiliki getah kemenyan yang banyak dan baik, bebas hama dan penyakit, berbatang lurus dan silindris, tajuk harus normal dan bagus, cabangnya harus sedikit dan memiliki tinggi yang optimal.[21] Buah yang dipilih sebagai sumber benih adalah buah yang sudah masak dengan warna coklat tua. Sebaiknya buah yang dipilih adalah buah yang sudah jatuh dengan kondisi tentunya masih baik dan tidak diserang serangga misalnya ulat sehingga menjadi rusak.[6] Pengadaan bibit dapat dilakukan melalui persemaian, pencabutan dan anakan alam, stump, stek serta kultur jaringan. Persemaian merupakan cara yang mudah dan umum dilakukan yaitu dengan menabur benih / biji yang sudah dibersihkan di bedeng tabur. Jika sudah tumbuh dapat dipindahkan ke dalam polybag sebelum ditanam.[6] Bibit yang diperoleh dari anakan, biasanya didapatkan dari buah yang jatuh di sekitar pohon induk yang kemudian tumbuh secara alami. Anakan ini dapat menjadi sumber bibit dengan memilih tanaman yang tumbuh sehat dan normal. Sedangkan pembibitan dengan stump, stek dan kultur jaringan belum umum dilakukan oleh masyarakat. Saat ini sistem itu (stump, stek dan kultur jaringan) masih dalam penelitian untuk dikembangkan.[6]

Penanaman dan Pemeliharaan sunting

Melakukan penanaman, hal yang harus diperhatikan adalah tanaman kemenyan harus ditanam menggunakan naungan, karena tanaman kemenyan mempunyai sifat toleran yaitu tumbuh di bawah tegakan pohon.[21] Penanaman dilakukan pada musim hujan dengan sistem campuran dengan tanaman lain seperti Pinus, Durian atau Kaliandra. Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan persiapan lapangan seperti pembersihan jalur tanam dan membuat lubang tanam dengan jarak tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan kemiringan lokasi tumbuh.[6] Setelah dilakukan penanaman perlu dilakukan upaya pemeliharaan yang biasa dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal adalah penyiangan, pendangiran, penyulaman, pemupukan, penjarangan dan perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. Pemeliharaan ini dilakukan pada tahun pertama, kedua dan ketiga. Penjarangan perlu dilakukan khususnya untuk tanaman pelindung dengan tujuan memberi ruang tumbuh kepada tanaman kemenyan karena pada saat tanaman kemenyan sudah tumbuh membesar tanaman ini membutuhkan banyak sinar matahari.[6]

Pengolahan Hasil sunting

Kemenyan diolah dengan cara disadap atau dipotong kulitnya secara tidak rata tetapi kuat dari pohonnya, cara ini memungkinkan getahnya keluar dan mengeras. Getahnya ini jika sudah mengeras akan berbentuk seperti air mata. Pembudidayaan tanaman kemenyan tidaklah sulit. Ada beberapa spesies dan varietas pohon kemenyan, masing-masing memproduksi jenis dari getahnya sedikit berbeda. Perbedaan tanah dan iklim menciptakan getahnya beraneka ragam dari sedikit, banyak dan bahkan lebihwalaupun dalam spesies yang sama. Pohon Boswellia sacra dianggap biasa karena kemampuan mereka untuk tumbuh dalam lingkungan yang sangat mustahil sekalipun bahkan kadang-kadang tumbuh dari batuan padat. Awal tumbuhnya kemenyan ini pada batu tidak diketahui, tetapi kemungkinan dilakukan dengan pembengkakan akar dan menonjol dari batang pohon tersebut. Pertumbuhan ini mencegah tercabiknya dari batu selama musim badai. Keistimewaan pohon ini ialah sangat sedikit atau tidak ada sama sekali yang dapat ditanam di tanah yang berbatu atau kerikil. Pohon kemenyan ini mulai memproduksi getahnya ketika mereka berusia sekitar 8-10 tahun.[22] Penyadapan getahnya dilakukan dua sampai tiga kali setahun dengan penyadapan akhir dapat menghasilkan "getah air mata" terbaik karena terpene aromatik yang lebih bagus kualitasnya, Sesquiterpen dan kadar dari Diterpen. Secara umum, getah yang lebih pekat adalah kualitas terbaik.

Daerah Penghasil sunting

  1. Getah terbaik diproduksi di Somalia, di mana Gereja Katolik Roma membeli sebagian sahamnya.[23]
  2. Sumatera Utara yaitu di 7 Kabupaten, terutama di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, dan Toba Samosir. Tanaman ini Menurut Thomson Silaban, staf bidang rehabilitasi hutan Dinas Pertambangan dan Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan, jika sebelum tahun 1980 kemenyan mampu menyumbang 60 persen ekonomi rumah tangga, kini turun menjadi sekitar 20 persen. Kemenyan (Stryrax sp) yang termasuk famili Styracaceae dari ordo Ebeneles diusahakan oleh rakyat Sumatera Utara di tujuh kabupaten, terutama juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.[21]

Kualitas sunting

Kualitas kemenyan diamati melalui penelitian kemenyan yang ada di pasaran. Kemenyan tersebut dikumpulkan dari pedagang besar (antara lain, di kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan secara visual dan analisis sifat fisiko-kimia kemenyan serta identifikasi asam balsamat.[24] Tetapi dilihat dari penjual kemenyan mereka membagi tiga kualitasnya yaitu: Pertama, kemenyan super yang dijual dengan harga Rp 160.000-Rp 170.000 per kilogram (kg). Kedua, kemenyan kualitas di bawah super dengan harga Rp 130.000 per kg. Terakhir adalah abu kemenyan dengan harga Rp 50.000 per kg.[25] Dalam Batak Toba juga ada 4 kualitas dengan pembagian sebagai berikut yaitu kualitas tingkat tinggi disebut Sidungkapi, kualitas tingkat menengah ada 2 yaitu Barbar dan Barbar kedua dan terkahir kualitas rendah yaitu disebut Tahir (Kikisan).[26]

Kegunaan sunting

Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia terutama sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisional maupun industri rokok, batik dan upacara ritual. Lebih dari itu tanaman kemenyan sebagai golongan styrax mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan obat-obatan.[27] Tanaman kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, rehabilitasi, sekat baker, penghara industri pulp, maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida.[28]

Kemenyan digunakan dalam aroma parfum dan aroma terapi, selain itu juga merupakan bahan yang kadang-kadang digunakan dalam perawatan kulit. Minyak esensial ini diperoleh dengan destilasi (penyulingan) uap dari getah kering. Beberapa bau asap kemenyan adalah produk dari pirolisis. Kemenyan juga digunakan di banyak gereja Kristen termasuk Ortodoks Timur, Oriental Ortodoks dan Katolik. Kristen dan Islam memiliki kemenyan untuk digunakan dengan cara dicampur dengan minyak untuk mengurapi bayi baru lahir, inisiasi, dan anggota memasuki fase baru kehidupan spiritual mereka.

Dalam Alkitab sunting

Di Alkitab Kristen kata "kemenyan" dipergunakan sebanyak 17 kali dalam Alkitab versi King James Version tercatat dengan kata kunci "Frankincense" sebanyak 17 kali sedangkan Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia / LAI ada sebanyak 23 kali disebabkan penambahan penerjemahan kata "Incense" sebanyak 6 kali, yaitu:

Perjanjian Lama sebanyak 15 kali (versi KJV):

  1. Mengenai ukupan yang kudus: Keluaran 30:34,
  2. Korban sajian: Imamat 2:1, Imamat 2:2, Imamat 2:15, Imamat 2:16,
  3. Korban Penghapusan Dosa: Imamat 5:11,
  4. Korban Bakaran: Imamat 6:15,
  5. Roti Sajian: Imamat 24:7,
  6. Hukum mengenai perkara cemburuan Bilangan 5:15,
  7. Daftar Penduduk Yerusalem: 1 Tawarikh 9:29,
  8. Kesetiaan Nehemia kepada hukum: Nehemia 13:5, Nehemia 13:9,
  9. Impian mempelai perempuan: Kidung_Agung 3:6,
  10. Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan: Kidung_Agung 4:6, Kidung_Agung 4:14.

Perjanjian Lama ada tambahan versi LAI sebanyak 6 kali:

  1. Dosa Israel diampuni: Yesaya 43:23.
  2. Kemuliaan Sion yang akan datang: Yesaya 60:6.
  3. Keselamatan sesudah hukuman: Yesaya 66:3.
  4. Malapetaka yang akan menimpa Yerusalem dan Yehuda: Yeremia 6:20.
  5. Hari Sabat harus dikuduskan: Yeremia 17:26.
  6. Masa Gedalya menjadi gubernur dan pembunuhannya: Yeremia 41:5.

Perjanjian Baru sebanyak 2 kali yaitu:

  1. Salah satu dari tiga jenis hadiah "orang-orang Majus dari Timur" yang diberikan kepada anak bayi Yesus pada Matius 2:11
  2. Jatuhnya Babel: Wahyu 18:3.

Perjanjian Baru versi LAI ada tambahan 3 yaitu:

  1. Kitab yang dimeterai dan Anak Domba: Wahyu 5:8.
  2. Meterai yang ketujuh: Wahyu 8:3, Wahyu 8:4.

Dalam Al Quran sunting

Kemenyan pada zaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam. Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan, sebagaimana disebutkan di dalam berbagai hadits.[butuh rujukan] Kemenyan termasuk benda mubah karena tidak ada dalil yg mengharamkan. Ketika dikatakan bahwa membakar kemenyan untuk memanggil jin hukumnya haram, maka yang haram bukan Kemenyan itu sendiri tetapi aktifitas syiriknya.[29]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Olibanum
  2. ^ "Manfaat dan Tujuan Ekspor Kemenyan" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-01. 
  3. ^ Sifat Anatomi, Sifat Fisis dan Mekanis pada Kayu Kemenyan Toba dan Kemenyan Bulu
  4. ^ a b Jayusman, dkk., 1999
  5. ^ Lubis, dkk., 1984
  6. ^ a b c d e f g (Majalah Kehutanan Indonesia, 2007)
  7. ^ Remy Melina (December 21, 2011). "Christmas Staple Frankincense 'Doomed,' Ecologists Warn". LiveScience. 
  8. ^ Dejenea, T.; M. Lemenih; F. Bongers (February 2013). "Manage or convert Boswellia woodlands? Can frankincense production payoff?". Journal of Arid Environments. 89: 77–83. doi:10.1016/j.jaridenv.2012.09.010. 
  9. ^ Departemen Kehutanan danPerkebunan, 1999
  10. ^ Hadinata, Sofian (Januari 2011). "Sifat Anatomi Saluran Getah Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)". 
  11. ^ "Paper on Chemical Composition of Frankincense" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-12-09. Diakses tanggal 2015-01-06. 
  12. ^ "Queen Hatshepsut's expedition to the Land of Punt: The first oceanographic cruise?". Dept. of Oceanography, Texas A&M University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-14. Diakses tanggal 2010-05-08. 
  13. ^ Situmorang, Sitor (Oktober 2009). "Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX": 4. 
  14. ^ Zuska, Fikarwin (2005). "Kebun Agroforest Kemenyan di Tapanuli Utara ?": 40. 
  15. ^ a b Klein, Ernest, A Comprehensive Etymological Dictionary of the Hebrew Language for Readers of English, The University of Haifa, Carta, Jerusalem, p.292
  16. ^ Gibson (2011), p. 160.
  17. ^ >Oxford English Dictionary. 
  18. ^ Herodotus 3,107
  19. ^ Ralph Kauz (2010). Ralph Kauz, ed. Aspects of the Maritime Silk Road: From the Persian Gulf to the East China Sea. Volume 10 of East Asian Economic and Socio-cultural Studies - East Asian Maritime History. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 130. ISBN 3-447-06103-0. Diakses tanggal December 26, 2011. The frankincense was first collected in the Hadhramaut ports of Mirbat, Shihr, and Zufar whence Arab merchant vessels shipped it to Srivijaya, before it was then reexported to China. The term "xunluxiang" is derived from the Arab word "kundur". . . According to Li Xun, frankincense originally came from Persia.92 Laufer refers to the Xiangpu fftff by Hong Chu %Ws (? . . . Zhao Rugua notes: Ruxiang or xunluxiang comes from the three Dashi countries of Murbat (Maloba), Shihr (Shihe), and Dhofar (Nufa), from the depths of the remotest mountains. The tree which yields this drug may generally be compared to the pine tree. Its trunk is notched with a hatchet, upon which the 
  20. ^ Ralph Kauz (2010). Ralph Kauz, ed. Aspects of the Maritime Silk Road: From the Persian Gulf to the East China Sea. Volume 10 of East Asian Economic and Socio-cultural Studies - East Asian Maritime History. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 131. ISBN 3-447-06103-0. Diakses tanggal December 26, 2011. resin flows out, and, when hardened, turns into incense, which is gathered and made into lumps. It is transported on elephants to the Dashi (on the coast), who then load it upon their ships to exchange it for other commodities in Sanfoqi. This is the reason why it is commonly collected at and known as a product of Sanfoqi.94 
  21. ^ a b c "Evi Lina Y. Sinaga: Kajian Pengambilan Keputusan Dalam Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax Spp) Di Desa Sibaganding, 2010"
  22. ^ "Omani World Heritage Sites". www.omanwhs.gov.om. Diakses tanggal 2009-01-14. 
  23. ^ BBC.co.uk
  24. ^ Waluyo, Totok K.; Poedji Hastoeti; T. Prihatiningsih. "Karakteristik Dan Sifat Fisiko-Kimia Berbagai Kualitas Kemenyan Di Sumatera Utara (Characteristics and physico-chemical properties of benzoin gum qualities in North Sumatra )" (PDF). [pranala nonaktif permanen]
  25. ^ [1]
  26. ^ Jacob Cornelis, Vergouwen; Syaeful Badar (April 2004). "Masyarakat dan hukum adat Batak Toba": 623. 
  27. ^ Elimasni. 2005. Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana (Styrax benzoin Dryander) Secara Kultur Jaringan. USU Repository 2006: 7-8 [2][pranala nonaktif permanen] (13 September 2009)
  28. ^ Pinyopusarerk. 1994. Styrax tonkinensis. Taxonomi, Ecology, Silvicultur and Uses. The Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR). ACIAR Technical Report No. 31. Canberra
  29. ^ "Hukum Membakar Kemenyan". SUARAISLAM.ID. 12 September 2020. Diakses tanggal 7 Januari 2022.