Kansas Berdarah (Bleeding Kansas) dalam sejarah biasanya disebut sebagai Perang Perbatasan. Kansas Berdarah merujuk pada serangkaian peristiwa kekerasan di Kansas yang melibatkan pemukim anti perbudakan ("Free-Staters") dengan pendukung perbudakan (Ruffian). Kansar Berdarah berlangsung di teritori Kansas dan daerah di barat Missouri antara 1854 dan 1858. Konflik tersebut terjadi karena adanya pilihan yang harus ditentukan, yaitu Kansas bergabung dengan Uni sebagai negara bebas (anti-perbudakan) atau negeri budak (pro-perbudakan).

Kansas Berdarah dapat dikatakan sebagai perang tidak langsung antara penduduk Wilayah Utara dan Selatan AS, terkait isu perbudakan di Amerika Serikat. Istilah Kansas Berdarah diperkenalkan Horace Greeley dari New York Tribune. Kansas Berdarah memicu terjadinya Perang Saudara di Amerika Serikat.

Amerika Serikat sudah lama bertarung untuk mengimbangi tuntutan pemilik budak dan menentang perbudakan (dikenal sebagai abolisionis). Kansas Berdarah terjadi sebagai rentetan peristiwa dan setelah lahirnya UU Kansas-Nebraska 1854 yang membatalkan Kompromi Missouri hingga lahir konsep kedaulatan populer. Dalam kedaulatan populer atau ide demokrasi dinyatakan bahwa penduduk setiap negara berhak memutuskan mereka ingin menjadi negeri bagian bebas atau negeri bagian budak.

Konsep Kedaulatan populer tersebut menyebabkan migrasi massal aktivis dari kedua belah pihak ke Kansas. Pada saat itu, Kansas memiliki dua pemerintahan terpisah dengan konstitusi tersendiri, tetapi hanya satu yang diakui pemerintah federal. Pada 29 Januari 1861, Kansas diterima masuk ke dalam Uni sebagai negara bagian bebas, kurang dari tiga bulan sebelum Pertempuran Fort Sumter yang memulai Perang Saudara.