Kajon adalah alat musik pukul yang berbentuk kotak yang berasal dari Peru, dimainkan dengan hanya memukul permukaan depan atau belakang (pada umumnya menggunakan kayu lapis tipis) dengan tangan, jari, atau terkadang pemain menggunakan alat tambahan seperti stik drum sapu atau Mallet, atau tongkat stik drum. Pertama kali, kajon dimainkan dalam musik Afro-Peru (khususnya musik criolla ), dan telah berkembang menjadi musik flamenco . Istilah Kajon juga diterapkan pada instrumen perkusi berbentuk kotak lainnya yang digunakan pada musik Amerika Latin, seperti cajon de rumba Kuba dan Cajon de tapeo Meksiko.

Seorang perkunis memainkan cajon yang telah dimodifikasi; cajon tradisional memiliki lubang di belakang atau di sisi sebelah kiri/kanan tapa
sumber suara dari penggunaan dari kajon

Deskripsi sunting

Dibuat dari lembaran kayu yang memiliki tebal 13 hingga 19 milimeter (1/2 hingga 3/4 inci) digunakan untuk lima bagian sisi kotak. Dan selembar kayu lapis yang lebih tipis dengan nama lain triplek dipasang dengan dipaku sebagai sisi keenam, dan sekaligus sebagai bagian depan kajon. Bagian depan dari kajon biasanya disebut sebagai tapa. Pada bagian belakang kajon, diberi lubang agar mempunyai fungsi sebagai lubang suara. Kajon modern memiliki kaki karet, dan memiliki beberapa sekrup di bagian atas untuk menyesuaikan timbre perkusi .

Pada awalnya kajon berasal dari kotak kayu, dan kajon mengalami perkembangan yaitu memiliki kawat yang diletakkan atau ditempelkan di bagian atas untuk efek suara menyerupai suara snare drum yang ada seperti senar gitar, kerincingan atau snare drum. Lonceng kecil juga dapat digunakan dipergelangan kaki sebagai penambah asesoris

Asal mula dan perubahan sunting

 
Musisi jalanan Heidi Joubert memainkan kajon di London, Inggris

Kajon adalah alat perkusi dari Afro-Peru yang paling banyak digunakan sejak akhir abad ke-16.[1] Para budak asal Afrika barat dan tengah di Amerika dianggap sebagai penemu alat musik Kajon. Saat ini, instrumen ini biasa digunakan dalam pertunjukan musik di seluruh Amerika dan Spanyol. Kajon dikembangkan dan dikenalkan pada selama masa perbudakan di pesisir Peru. Kajon menjadi sangat populer pada tahun 1850, dan pada akhir abad ke 19 para pemain Kajon berkreasi dengan mendesain cajon mereka sendiri dengan cara menjungkitkan papan di tubuh cajon untuk mengubah pola instrumen dari getaran suara. Setelah masa perbudakan selesai, kajon disebarkan kepada penikmat musik yang jauh lebih banyak termasuk masyarakat Criollos .

Perlu diketahui bahwa kajon berasal dari musisi-musisi budak di Amerika kolonial Spanyol, ada dua teori asal yang mendasari instrumen kajon tersebut. Ada kemungkinan bahwa drum berasal mula dari beberapa alat musik kotak yang berasal dari Afrika barat dan tengah, terutama Angola, dan Antilles . Instrumen perkusi ini diciptakan oleh para budak dari peti-peti pengiriman barang di Spanyol. Di kota-kota pelabuhan seperti Matanza, Kuba, peti pengiriman ikan cod dan lemari kecil menjadi instrumen kotak yang serupa. Musisi dan etnomusikologi dari Peru Susana Baca , ibunya menceritakan bahwa bahwa kajon berasal dari "kotak/boks dari para pekerja yang membawa peti buah dan yang bekerja di pelabuhan," Mereka membawa kotak-kotak tersebut untuk dimainkan sebagai alat musik sebagai hiburan.[2] Teori yang lainnya adalah bahwa para budak menggunakan kotak-kotak atau box-box ini sebagai alat musik untuk melawan kolonialis Spanyol yang melarang memainkan musik di wilayah Afrika, yang seharusnya untuk digunakan sebagai instrumen musik mereka.[3]

Sementara itu pada awal abad ke-20, festejo telah lebih dulu menampilkan pertunjukkan musik tanpa kajon, terutama karena pengaruh dari negara Peru Negro, ensembel musik yang didirikan pada tahun 1969, kajon mulai dianggap penting daripada gitar dan mereka mencetuskan "simbol baru dari Peru ".[4]

Setelah kunjungan singkat pada tahun 1980 dan presentasi Televisi di kota Lima bersama dengan perkunis asal Peru Caitro Soto, pemain gitar flamenco dari Spanyol Paco de Lucía membawa sebuah kajon ke Spanyol untuk dimasukkan ke dalam musiknya sendiri, dan ia terkesan oleh bunyi dari instrumen tersebut.[2][5] Pada tahun 2001, kajon dinyatakan sebagai Warisan Budaya Nasional oleh Institut Kebudayaan Nasional Peru.[6] Dan pada tahun 2014, Organisasi Negara-negara Amerika menyatakan kajon sebagai "Instrumen Musik Peru untuk Amerika".[7]

Musik Kontemporer sunting

 
Contoh peralatan perkusi, dengan kajon menggantikan drum bass

Pada tahun 2000-an (dekade), kajon tersebar lebih luas dalam gaya musik Pesisir Peru [8][9] seperti Tondero, Zamacueca dan Peru Waltz, Flamenco modern Spanyol dan gaya tertentu dari Rumba Kuba modern. Kajon lebih sering digunakan untuk mengiringi gitar akustik atau piano . Kajon sangat cepat terkenal unutk musik bergenre blues, pop, rock, funk, musik dunia, jazz, dll. Kajon sering digunakan sebagai bass drum oleh band, hanya untuk menggantikan posisi drum yang penuh ketika akan tampil dalam penampilan minimalis, karena kajon secara bersamaan dapat berfungsi baik sebagai drum bass dan kursi drum untuk seorang drummer. Meskipun sesekali dimainkan oleh beberapa band sebagai pengganti bodhrán, kajon belum menjadi instrumen populer dalam musik rakyat Irlandia, di mana drum bingkai tradisional bodhrán yang lebih tenang dan bernada tinggi memiliki tujuan yang sama, dan memiliki gaya bermain yang unik. Kajon juga ditampilkan dalam beberapa musik Breton.

Gaya Bermain sunting

Para pemain Kajon duduk mengangkang pada kotak, kadang memiringkannya sambil menundukkan kepala di antara lutut mereka. Perkunis dapat memainkan sisi bagian atas telapak tangan dan jari untuk menambah suara. Beberapa pemain perkusi memasang pedal drum bass pada kajon,dan mereka memainkan kajon dengan satu kaki.

Instrumen ini dimainkan tidak hanya dengan tangan, tetapi juga dengan brushstick plastik dan logam, seperti yang digunakan untuk drumset . Cara lain memainkan kajon adalah dengan menggunakan pedal drum bass biasa, sehingga mengubah kajon menjadi instrumen perkusi secara tidak langsung yang dapat dimainkan dengan kaki. Hal ini memungkinkan pemain untuk bisa bermain drum pedal bass, sehingga meletakan tangan (dan satu kaki lainnya) bebas untuk memainkan instrumen lainnya. Di sisi lain, posisi dan ruang gerak mereka jadi terbatas untuk memainkan kajon pada umumnya, ketika kajon diletakkan di bawah, posisi menyerupai drum bass, sulit bagi pemain kajon untuk memukul dengan tangannya.

Lihat juga sunting

  • Musik Afro-Peru
  • Tulang rahang (instrumen)
  • Festejo
  1. ^ Tompkins, William David: "Afro-Peruvian Traditions" in "Music of the African Diaspora in the Americas," p. 493. Springer US Press, 2005
  2. ^ a b Jenkins, Dilwyn (2003). The Rough Guide to Peru. Rough Guides. hlm. 566. ISBN 9781843530749. 
  3. ^ Feldman, Heidi Carolyn (2006). Black Rhythms of Peru. Wesleyan University Press. hlm. 21–22. 
  4. ^ Feldman p. 160.
  5. ^ Chuse, Loren (2003). Cantaoras: Music, Gender and Identity in Flamenco Song. New York, NY: Routledge. hlm. 50. 
  6. ^ "National Directoral Resolution 798 August 2 2001". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-03. Diakses tanggal 2014-03-02. 
  7. ^ "Secretary General Insulza Welcomed Musician that OAS will Pay Tribute to in a Ceremony to Declare the Peruvian Cajón as "Instrument of Perú for the Americas"". Organization of American States. 30 October 2014. Diakses tanggal 16 December 2015. 
  8. ^ "Festejo Latino". 
  9. ^ Feldman, Heidi: "Black Rhythms of Peru". Wesleyan University Press, 2006