Jas hujan adalah jubah tahan air yang dipakai untuk melindungi tubuh dari hujan. Fungsi utama jas hujan untuk meminimalkan masuknya air yang mengenai bagian tubuh dan pakaian. Kebanyakan jas hujan dibuat dengan warna terang untuk memudahkan pemakainya terlihat saat hujan lebat ketika jarak penglihatan berkurang.

Jas hujan elektrik yang dilengkapi lampu dan bisa menyala

Meskipun disebut jas hujan, pakaian ini sama sekali berbeda dengan jas yang berbahan kain dan digunakan dalam berbusana.

Sejarah sunting

 
Seorang gembala penduduk asli Amerika mengenakan capote

Salah satu contoh jas hujan tertua yang tercatat kemungkinan adalah jubah/tikar anyaman rumput Ötzi, sekitar 3230 SM.

Penduduk asli Olmec Amerika pertama kali menemukan karet sekitar tahun 1600 SM. Mereka mengembangkan metode untuk mengekstrak resin lateks alami dari pohon karet (Hevea brasiliensis), dan mengawetkan resin lateks menjadi karet yang distabilkan menggunakan senyawa belerang dari morning glory untuk menciptakan beberapa kain tekstil tahan air pertama di dunia menggunakan kapas dan tanaman serat lainnya. Kain karet ini dibuat menjadi jubah tahan air, prekursor langsung ke jas hujan modern, serta pakaian tahan air lainnya seperti sepatu.

Penduduk asli Pantai Pasifik Barat Laut mengenakan jas hujan dan pakaian lain yang terbuat dari anyaman serat cedar, yang bergantung pada kekencangan tenunannya, bisa padat dan kedap air, atau lembut dan nyaman.

Di sebagian besar wilayah Timur dan Barat Tengah Amerika Utara, banyak negara Penduduk Asli Amerika menggunakan kulit olahan dari berbagai hewan untuk membuat pakaian tahan air, terkadang tertutup pinggiran, agar tetap hangat dan kering. Selain fungsi dekoratif, fringe akan menarik air dari bagian utama pakaian mereka sehingga pakaian lebih cepat kering.[1]

Kekhasan iklim Arktik memunculkan budaya pakaian tahan air yang khas. Orang Inuit, Aleut, dan banyak orang lain di wilayah Kutub Utara secara tradisional mengenakan kemeja, mantel, dan parka yang terbuat dari kulit anjing laut, berang-berang laut, ikan, dan burung. Kemeja kulit burung, dengan bulu di bagian luar, memberikan perlindungan yang sangat baik dari hujan karena menolak kelembapan. Dalam budaya Aleut, kamleika dikenakan sebagai pakaian terluar di atas jaket jika diperlukan.[2]

 
Gambar periode Edo, ashigaru mengenakan mino

Jenis sunting

jenis-jenis jas hujan berdasarkan bentuk yaitu:

  • Jas Hujan Ponco.

Jas hujan sering dibilang jas hujan klebet. Bentuknya sederhana, seperti jubah yang memiliki belahan samping padahal memang sampinya tidak tertutup. Ukurannya bermacam-macam, bila milik TNI bisa panjang kebawah jadi bila digunakan lebih aman karena terduduki maka tidak akan mengibas ke mana-mana. Selain sebagai alat pelindung dari hujan,jas hujan ini juga dapat berfungsi sebagai bivak karena ponco ini terbuat dari bahan tyahan air.

  • Jas Hujan Overcoat.

Jas hujan ini seperti jaket atau mantel. Bila di Indonesia yang bisa digunakan oleh pekerja tambang dan Kepolisian. Bila hujan Polantas memakai Jaket berwarna Putih seperti jaket panjang ke bawah.

  • Jas Hujan Training / Setelan Bawah dan Atas/ Jaket hujan .

Jas hujan ini ada bagian yang digunakan seperti namanya. Dua bagian dimaksud adalah setelan atas berupa jaket dan setelan bawah berupa celana. Biasanya sangat cocok untuk mengendarai sepeda motor Sport.

Sebuah jaket hujan biasanya dikombinasikan dengan sepasang celana hujan. Jas hujan yang pertama dibuat pada tahun 1823 oleh Charles Macintosh. Pada waktu itu jas hujan buatannya adalah berupa dua lembar kain katun yang di tengahnya disekat dengan lapisan karet.

  • Jas Hujan Rok atau Gamis.

Adalah jas hujan model baru yang bentuknya seperti gamis. Jas hujan ini lebih cocok buat perempuan yang lebih banyak beraktivitas menggunakan Gamis atau Rok Panjang.

Galeri sunting

Referensi sunting

  1. ^ Muscato, Christopher. "Native American Clothing: History & Facts". Diakses tanggal 10 May 2022. 
  2. ^ Fedorova, Inna. "All-weather fashion from the Aleuts". Russia Beyond. Diakses tanggal 10 May 2022.