Jambu semarang atau jambu air semarang (Syzygium samarangense) adalah tumbuhan endemik dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari pulau Jawa. Pohon dan buah jambu semarang tidak banyak berbeda dengan jambu air (S. aqueum), beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga kedua-duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.

Jambu semarang
Syzygium samarangense

Status konservasi
Risiko rendah
IUCN136144075
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
KladSuperrosidae
Kladrosids
Kladmalvids
OrdoMyrtales
FamiliMyrtaceae
GenusSyzygium
SpesiesSyzygium samarangense
L.M.Perry dan Merr., 1938
Tata nama
BasionimMyrtus samarangensis

Etimologi sunting

Secara etimologi, nama spesies Syzygium samarangense ini diserap dari istilah nama suatu wilayah di pulau Jawa yaitu Semarang, yang merupakan tempat tumbuhan ini berasal. Dalam bahasa Indonesia, tumbuhan ini kerap dikenali sebagai jambu air ataupun jambu air mawar.

Sebutan dalam bahasa lain sunting

Tumbuhan ini juga dikenali dengan istilah lain dalam berbagai bahasa, diantaranya yakni:[1][2]

bahasa Inggris
  • Java apple (terj. har. 'jambu jawa', merujuk kepada tempat asal-usul buah ini yaitu pulau Jawa (lebih tepatnya di wilayah Semarang)
  • Rose-apple (terj. har. 'jambu mawar', merujuk kepada bentuk buahnya yang menyerupai kuncup bunga mawar)
  • Wax apple (terj. har. 'jambu lilin', merujuk kepada kandungan lapisan lilin yang umumnya ditemui pada buah jambu ini, dan juga buah-buahan dalam rumpun yang serupa, meliputi apel, dsb.)
  • Water apple (terj. har. 'jambu air', merupakan hasil terjemahan langsung dari penduduk lokal di Jawa yang kerap menyebut buah ini sebagai jambu air)

bahasa Jawa
  • ꦗꦩ꧀ꦧꦸ​ꦏ꧀ꦭꦩ꧀ꦥꦺꦴꦏ꧀, Jambu klampok
  • ꦗꦩ꧀ꦧꦸ​ꦕꦩ꧀ꦥ꧀ꦭꦺꦴꦁ, Jambu camplong
  • ꦗꦩ꧀ꦧꦸ​ꦕꦶꦤ꧀ꦕꦭꦺꦴ, Jambu cincalo (kultivar khas Semarang)
    • ꦕꦶꦤ꧀ꦕꦭꦺꦴ​ꦲꦧꦁ, Cincalo abang (terj. har. 'cincalo merah')
    • ꦕꦶꦤ꧀ꦕꦭꦺꦴ​ꦲꦶꦗꦺꦴ, Cincalo ijo (terj. har. 'cincalo hijau')
  • ꦗꦩ꧀ꦧꦸ​ꦕꦶꦠꦿ, Jambu citra (kultivar khas Demak)
  • ꦗꦩ꧀ꦧꦸ​ꦭꦶꦭꦶꦤ꧀, Jambu lilin
    • ꦭꦶꦭꦶꦤꦧꦁ, Lilin abang (terj. har. 'lilin merah')
    • ꦭꦶꦭꦶꦤ꧀ꦲꦶꦗꦺꦴ, Lilin ijo (terj. har. 'lilin hijau')

bahasa Thai
  • ชมพู่แก้มแหม่ม, Chmphū̀ kæ̂mh̄æm̀m

bahasa Filipino
  • Makopa

dan lain-lain.

Pemerian botanis sunting

Dibandingkan dengan jambu air, pada umumnya bagian-bagian tumbuhan jambu semarang berukuran sedikit lebih besar. Perhatikan pula uraian bagian-bagian yang ditulis miring.

Jambu semarang umumnya berperawakan perdu atau pohon, setinggi 5-15 m. Berbatang bengkak-bengkok dan bercabang rendah, kadang-kadang gemangnya mencapai 50 cm.

Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai pendek dan menebal, 3-5 mm panjangnya. Helaian daun berbentuk jorong atau jorong lonjong, 10-25 x 5–12 cm, sedikit menjangat bertepi tipis, berbintik tembus cahaya, berbau aromatis apabila diremas.

Karangan bunga dalam malai di ujung ranting (terminal) atau muncul di ketiak daun yang telah gugur (aksial), berisi 3-30 kuntum. Bunga kuning keputihan, dengan banyak benang sari yang mudah berguguran. Tabung kelopak panjang 1,5 cm, menggelendut di ujungnya; daun mahkota kuning-putih, bundar sampai bentuk sudip, 1-1,5 cm; panjang benang sari dan tangkai putik mencapai 3 cm.[1]

Buah bertipe buah buni, seperti lonceng seperti buah pir yang melebar, dengan lekuk atau alur-alur dangkal membujur di sisinya; bermahkota kelopak yang melengkung berdaging; besarnya sekitar 3,5-4,5 x 3,5-5,5 cm; di bagian luar mengkilap seperti lilin; merah, kehijauan atau merah-hijau kecoklatan. Daging buah putih, banyak berair, dengan bagian dalam seperti spons, aromatik, manis atau asam manis.

Keanekaragaman sunting

Jambu semarang telah banyak dimuliakan dan lomba pohon induk terbaik rutin dilakukan tiap tahun di wilayah pantai utara Jawa Tengah. Beberapa kultivarnya antara lain 'Cincalo Merah' (asal Semarang), 'Cincalo Hijau', 'Camplong' (asal Sampang), 'Lilin Merah', 'Lilin Hijau', 'Citra' (asal Demak), 'Bangkok', 'Black Diamond', 'Black Pearl', dan 'King Rose'.

Kegunaan sunting

 
Jambu air semarang sebagai buah meja

Jambu semarang, seperti juga jambu air dan jambu bol biasa disajikan sebagai buah meja. Ketiga jenis jambu ini memiliki pemanfaatan yang kurang lebih serupa dan dapat saling menggantikan. Buah-buah ini umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak. Aneka jenis jambu ini juga dapat disetup atau dijadikan asinan.[1]

Kayunya yang keras dan kemerahan cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan, asalkan tidak kena tanah.

Karena manis, buah jambu semarang sering diserang oleh ulat (larva) lalat buah. Telur lalat dan ulatnya ini biasa ditemukan pada buah yang tidak ditutup rapat semasa di pohon.

Asal usul dan penyebaran sunting

Spesies tumbuhan ini merupakan spesies endemik yang berasal dari pulau Jawa, lebih tepatnya dari wilayah Semarang di Jawa Tengah. Banyak kultivar dari spesies tumbuhan ini yang kemudian dikembangkan di daerah lain seperti Jawa Barat, maupun Jawa Timur.[3] Pada masa modern, berbagai kultivar jambu semarang ini juga telah menyebar ke berbagai wilayah di dunia, meliputi kawasan di Subbenua India, Asia Tenggara, Asia Timur (khususnya Republik Tiongkok alias Taiwan), dan pulau-pulau di Samudra Pasifik; serta Amerika Tengah dan Selatan.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA–Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 376-380.
  2. ^ Rahardi, F. 2003. Apel Jawa yang Dipopulerkan Taiwan Diarsipkan 2007-12-21 di Wayback Machine.. Harian Kompas online, Sabtu 27 September 2003.
  3. ^ Rahardi, F. Apel Jawa yang Dipopulerkan Taiwan Diarsipkan 2007-12-21 di Wayback Machine.. Harian Kompas online, Sabtu 27 September 2003.

Pranala luar sunting