Hubungan Amerika Serikat dengan Uni Eropa

Hubungan Amerika Serikat dengan Uni Eropa telah terjalin secara diplomatik sejak tahun 1953. Diawali dengan kunjungan pemerintah ke Amerika Serikat ke Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa (European Coal and Steel Community) untuk kegiatan observasi. Misi pemerintah Amerika Serikat terhadap Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa (ECSC) secara resmi dibuka di Luxemburg pada 1956. Sementara itu, pada tahun 1961, kantor resmi perwakilan Amerika Serikat untuk Uni Eropa didirikan di Brussels sebagai bentuk diresmikannya kerjasama di antara keduanya.

Hubungan United States–European Union
Peta memperlihatkan lokasiEuropean Union and United States

Uni Eropa

Amerika Serikat

Untuk tetap mengembangkan kerjasama, Uni Eropa dan Amerika Serikat kemudian bersepakat untuk menggelar pertemuan tingkat presidensial secara berkala. Hal tersebutlah yang kemudian menghasilkan kesepakatan untuk membentuk Deklarasi Transatlantik (Translantic Declaration) pada November 1990 dan Agenda Baru Translantik (New Translantic Agenda) pada tahun 1995. Hal ini pula yang menandakan resminya hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa yang saat itu masih bernama Masyarakat Eropa.

Multilateralisme vs unilateralisme sunting

Uni Eropa dan Amerika Serikat adalah dua kekuatan ekonomi dan militer terbesar di dunia. Keduanya mendominasi perdagangan internasional dan memainkan peran utama dalam hubungan politik internasional. Namun, keduanya tidak selalu sepakat mengenai berbagai isu internasional dan sering memiliki agenda politik, ekonomi, dan sosial yang berseberangan. Masalah semakin rumit karena Uni Eropa sendiri belum memiliki kebijakan luar negeri dan pertahanan yang terintegrasi. Hubungan rumit tersebut terlihat saat Uni Eropa mengecam Invasi Irak yang secara resmi dilakukan oleh Amerika Serikat sejak tanggal 19 Maret 2003.[1][2]

 
Invasi Irak.

Menurut Muhammad, ada kecenderungan yang menyebabkan ketegangan hubungan transatlantik. Sebagai aktor internasional, Uni Eropa di satu sisi merupakan aktor yang memiliki visi melampaui sistem kedaulatan negara dalam hubungan internasional. Uni Eropa lebih menekankan prinsip multilateralisme, peran lembaga-lembaga internasional, prinsip-prinsip hukum internasional, hak asasi manusia, dan nilai-nilai. Namun, di sisi lain Amerika Serikat sebagai negara adikuasa menolak mengkompromikan kedaulatan dalam segala aspeknya, baik dalam bidang ekonomi, lingkungan, hukum internasional, dan sebagainya.[3] Amerika Serikat menekankan perannya sebagai negara besar, bahkan melakukan intervensi unilateral jika diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya.[a] Intinya, terdapat hubungan asimetris dalam hubungan transatlantik, yaitu Uni Eropa cenderung menekankan multilateralisme, sedangkan Amerika Serikat cenderung menekankan unilateralisme.

Lihat pula sunting

Keterangan sunting

  1. ^ Bentuk pengaruh Amerika Serikat di penjuru dunia tak hanya terlihat dari hegemoni ekonomi, tetapi juga di bidang militer (Muhammad 2017, hlm. 169).

Rujukan sunting

  1. ^ Fadliansyah, Muhammad Egi (27 Jun 2019). "Amerika Serikat Akan Kesulitan Menyerang Iran, Tanpa Bantuan Uni Eropa". Gatra Media Group. Diakses tanggal 3 November 2019. 
  2. ^ Manan, Abdul (20 Maret 2013). "Satu Dekade Invasi Amerika Serikat ke Irak". Tempo. Diakses tanggal 3 November 2019. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Matanasi, Petrik (13 Juli 2016). "Militer Amerika Mencengkeram Dunia". Tirto.id. Diakses tanggal 3 November 2019. 

Daftar pustaka sunting

Buku

  • Muhammad, Ali (2017). Supranasionalisme Uni Eropa (Institusi, Kebijakan, dan Hubungan Internasional. Bantul: LP3M UMY (Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). ISBN 978-602-5450-11-2. 

Jurnal ilmiah