Hikayat adalah salah satu bentuk karya Gloria sastra, terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehidupan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.[1] Istilah hikayat merupakan kata serapan dari Arab, yaitu haka yang berarti cerita.[2] Tapi, secara harfiah hikayat berarti kenang-kenangan yang merupakan sinonim dari riwayat atau tarikh.[3] Hikayat dapat dibedakan menjadi cerita rakyat, epos, dongeng, cerita Islam, sejarah, biografi dan cerita berbingkai.[2] Hikayat ditulis oleh pujangga untuk mengekspresikan buah pikirannya dalam bentuk prosa rekaan sebagai pelipur lara. Berbeda dengan Hikayat Aceh, karya sastra ini dikarang oleh pujangga ulama dengan menggunakan bahasa Aceh disusun dalam bentuk puisi sajak, isinya bukan fiksi dan legenda semata, tapi pendidikan moral dan ajaran agama.[4] Fungsinya sebagai pembangkit semangat juang, estetis, hiburan, pendidikan moral dan pemberantasan buta huruf.[3]

Ciri sunting

  • Dalam ceritanya menggunakan bahasa Melayu klasik.
  • Bercerita tentang kehidupan istana atau kerajaan, keluarga kerajaan, dan orang-orang yang memiliki kesaktian.
  • Ada kata-kata arkaik yang yang digunakan dalam penyampaian cerita. Seperti penggunaan syahdan, sebermula dan titah.
  • Berisi cerita rekaan yang tidak masuk akal (fantasi).
  • Tidak adanya keterangan siapa pujangga yang mengarang naskah (anonim), karena hikayat dituturkan secara lisan dan turun temurun.[5]

Nilai sunting

Nilai yang terkandung dalam hikayat sama dengan nilai yang terkandung dalam cerpen, diantaranya sosial, budaya, moral, pendidikan, agama, dan estetika. Sebagian nilai dalam hikayat juga masih sesuai dengan nilai kehidupan masa kini.[6]

Jenis sunting

Fase historis sunting

  • Hikayat berunsur Hindu berinduk pada dua hikayat utama yaitu Hikayat Sri Rama dan Mattabbhroto. Dari dua kisah ini, kemudian berkembang kisah atau hikayat lain seperti Hikayat Pandawa Lima.
  • Hikayat berunsur Hindu-Islam mengandung unsur Hindu dan Islam merupakan hikayat yang berasal dari tradisi Hindu, kemudian diubah dan disesuaikan dengan unsur-unsur Islam. Contohnya adalah Hikayat Jaya Lengkaro, Hikayat Si Miskin dan Hikayat Inderaputera.
  • Hikayat berunsur Islam adalah hikayat yang berasal dari tradisi sastra Arab-Persia. Contohnya adalah Hikayat 1001 Malam dan Hikayat Qomar Al-Zamon'.[7]

Berdasarkan isi sunting

  • Hikayat agama, yaitu hikayat yang berisi berbagai ajaran agama yang terkait dengan hukum, akhlak, tasawuf dan filsafat.
  • Hikayat sejarah, yaitu hikayat yang berisi sejarah, baik sejarah Islam maupun sejarah lainnya.
  • Hikayat peristiwa, yaitu hikayat yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian.
  • Hikayat jihad, yaitu hikayat yang kandungannya berisi semangat jihad untuk melawan musuh.
  • Hikayat cerita, yaitu hikayat yang berisi cerita percintaan atau roman, baik roman fiksi atau roman sejarah.[1]

Bentuk sunting

  • Cerita rakyat, bentuk hikayat cerita jenaka (hikayat Guda) yang berisi asal muasal. Contohnya Hikayat Rhang Manyang dan cerita binatang seperti cerita Peu Landok Keunce.
  • Roman adalah bentuk hikayat yang bercerita tentang kehidupan asmara dan rumah tangga. Contohnya adalah Hikayat Malem Diwa, Hikayat Putroe Gambak Meuh, Hikayat Nabi Meukreuet.
  • Epos merupakan bentuk hikayat yang menceritakan kepahlawanan. Contohnya adalah Hikayat Muhammad Napiah, Hikayat Meukuta Alam, Hikayat Prang Kompeuni.
  • Tambeh adalah hikayat yang berisi tuntunan atau pedoman hidup. Contohnya adalah Hikayat Tambek Tujoh Blah, Hikayat Ranto, Hikayat Prang Sabi.
  • Chara adalah bentuk hikayat yang menitikberatkan pada tokoh yang berkarakter terpuji dan penuh tuntunan. Contohnya adalah Hikayat Palilat Uroe Achura, Hikayat Hiyaken Tujoh.
  • Bentuk peralihan, menceritakan kisah pada masa sekarang. Contohnya Hikayat Nanggroe Gayo dan Hikayat Batak.[8]

Referensi sunting

  1. ^ a b Della Maretha R (2019). "Analisis Unsur Inrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerita Hikayat Karya Yulita Fitriana dan Aplikasinya sebagai Bahan Ajar Kelas X SMK Priority". Bahastra. 4 (1): 78-79. ISSN 2550-0848. 
  2. ^ a b Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. hlm. 20. ISBN 978-602-8219-57-0. 
  3. ^ a b Pramasto, Arafah (2018-09-20). Hikayat Mas Topra (Muslihat Bank Prodeo). Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher). hlm. 4. ISBN 978-602-474-411-3. 
  4. ^ Khadijah (Juli –Desember 2013). "Hikayat Indra Budiman Telaah Nilai-Nilai Religius(Kajian Hermeneutika)". Metamorfosa. 1 (2): 23. ISSN 2338-0306. 
  5. ^ Wening, Tyas (21 April 2019). "Pernah Mendengar Cerita Hikayat? Ini Dia Ciri-Ciri Hikayat". bobo.grid.id. Diakses tanggal 2020-12-22. 
  6. ^ Suherli, dkk (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 987-602-427-098-8 Periksa nilai: invalid prefix |isbn= (bantuan). 
  7. ^ Samsudin, Fitria Rosa, Neni Hermita, dan Achmad (2017-09-20). Karya Sastra Melayu Riau. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 5. ISBN 978-602-453-522-3. 
  8. ^ Itshifa, Kemal (Juli–Desember 2014). "Analisis Tokoh dan Penokohan dalam Hikayat Muda Baliakarya Teuku Abdullah dan M. Nasir". Genta Mulia. 5 (2): 7. ISSN 2301-6671. 

Lihat pula sunting