Hestia

Dewi perapian dan keluarga

Dalam mitologi Yunani, Hestia (Yunani: Ἑστία) adalah dewi perapian, dan keluarga. Hestia adalah anak tertua dari Kronos dan Rhea. Hestia menerima persembahan pertama dalam setiap ritual dalam rumah tangga. Tungku perapian merupakan tempat suci untuknya. Dia digambarkan sebagai perempuan sederhana yang berkerudung. Dia duduk di singgasana kayu polos dengan bantal wol putih.[1] Orakel Delfi awalnya merupakan tempat suci Hestia sebelum diambil alih oleh Apollo.

Hestia
Ilustrasi yang menggambarkan Hestia
Dewi perapian
SimbolPerapian, babi, keledai, ceret, dan bangau
Orang tuaKronos dan Rhea
SaudaraPoseidon, Hades, Demeter, Hera, dan Zeus
Padanan dalam mitologi RomawiVesta

Dalam Mitologi Romawi, dia dikenal sebagai Vesta, dewi yang juga melambangkan perapian. Tidak banyak informasi mengenai Hestia dalam mitologi dan satra kuno tetapi Hestia (dan Vesta) merupakan dewi yang penting dalam kebudayaan Yunani dan Romawi kuno.

Pemujaan sunting

Hestia dihormati oleh dewa maupun manusia. Dia disembah di mana-mana, dikarenakan perapian ada di setiap rumah dan kuil. Tiap kota memiliki perapian umum yang apinya dijaga terus menyala. Api dari perapian tersebut ikut dibawa jika penduduk kota akan mendirikan kota baru.

Orang-orang pada masa kuno, jika mengadakan jamuan makan, akan mempersembahkan dua penuangan anggur untuk Hestia. Penuangan pertama adalah untuk memulai jamuan dan yang satu lagi untuk menutup acara. Ketika akan melakukan makan bersama, keluarga akan melemparkan sedikit persembahkan ke perapian dan menyanyikan lagu untuk Hestia. Ketika seorang bayi telah diberi nama, bayi tersebut dibawa ke dekat perapian dan didoakan supaya mendapat berkah dari dewi Hestia.[2]

Dalam mitologi sunting

Hestia adalah salah seorang anak yang ditelan oleh ayahnya, Kronos. Ketika Kronos memuntahkan kembali semua anaknya akibat ramuan Zeus, Hestia adalah yang terakhir dikeluarkan. Dengan demikian dia adalah anak pertama (dari Rhea) sekaligus anak terakhir (dari Kronos). Setelah perang Titanomakhia, Hestia menyatakan pada saudara-saudaranya bahwa dia ingin selalu menjadi perawan. Menolak permintaan jodoh Poseidon dan Apollo, Hestia lalu bersumpah di atas kepala Zeus bahwa dia tidak akan terikat pernikahan dan tidak akan tersentuh hasrat cinta dan seksual; karena ini, Hestia menjadi antitesis Aphrodite setelah menolak nilai cinta.

Hestia dikenal karena kebaikan dan kerendahan hatinya. Dia jarang ikut campur dengan prosesi pembicaraan dengan para dewa Olimpus lainnya, apalagi dengan urusan-urusan mereka; ini diinterpretasikan oleh Walter Burkert karena sebagai "perapian", Hestia tidak dapat dipindahkan. Saat terjadi krisis pengangkatan anak Zeus dengan seorang manusia bernama Semele, Dionysus, menjadi dewa Olimpia sementara jumlah singgasananya sudah penuh, Hestia dengan ikhlas merelekan takhtanya untuk Dionysus. Karena ini, Hestia secara teknis bukanlah bagian dari Dewa-Dewi Olimpus, namun dia masih memegang posisi yang sama dengan mereka.

Menurut kaum Fasti, penyair Ovid menulis bahwa Hestia pernah hampir diperkosa oleh Priapos, putra Dionisos dan Afrodit. Suatu hari Hestia dan para dewa tertidur setelah makan bersama. Priapos mengendap-endap mendekati Hestia. Hestia terbangun dan melihat bahwa Priapos hampir menindihnya. Hestia menjerit sangat keras dan Priapos pun ketakutan.[2]

Dalam mitologi Romawi sunting

Bangsa Romawi mengenali Hestia sebagai dewi Vesta. Untuk orang Romawi, dia adalah dewi rumah tangga yang paling penting. Kuilnya terletak di Palatine di Roma, tempat para perawan Vesta melakukan pembakaran api suci untuknya.

Catatan kaki sunting

  1. ^ Graves, Robert (1960). "The Palace of Olympus". Greek Gods and Heroes. 
  2. ^ a b Joe, Jimmy. "Olympians". Timeless Myths. Diakses tanggal 15 April 2010. 

Referensi sunting

  • Burkert, Walter, 1985. Greek Religion (Harvard University Press)
  • Kerenyi, Karl, 1951. The Gods of the Greeks
  • Stephenson, Hamish, 1985. "The Gods of the Romans and Greeks" (NYT Writer)

Pranala luar sunting