Ḥanīf (Arab: حنيف, bentuk jamak ḥunafā' حنفاء) adalah istilah Arab yang merujuk kepada agama tauhid pra-Islam yang bukan Yahudi ataupun Kristen.[1] Secara lebih khusus, istilah ini merujuk kepada bangsa Arab pra-Islam pada zaman Jahiliyah (الجهل) yang mengikuti ajaran tauhid. Kaum Hanif adalah golongan yang menolak perbuatan syirik; mereka menolak menyembah kepada banyak tuhan selain Allah. Dalam pandangan Islam, Hanif merupakan suatu bentuk kesinambungan ajaran tauhid yang ada sejak zaman Nabi Ibrahim, mempertahankan sebagian atau seluruh ajaran Nabi Ibrahim, yaitu berserah diri kepada Allah.[2] Akan tetapi hingga kini, kebanyakan teolog Yahudi dan Kristen masih belum sepakat mengenai status agama tauhid Nabi Ibrahim.[3]

Etimologi dan sejarah sunting

Berdasarkan istilah atau frasa Arab, akar kata "hanif" berasal dari huruf -n-f yang bermakna "meningkat" atau "menolak" (Lane 1893). Sementara dari akar kata bahasa Suriah kuno, istilah ini juga bermakna sama. Hanīfiyyah merupakan hukum Nabi Ibrahim yang dipercaya datang dari Allah; kata kerja taḥannafa bermakna "berpaling dari berhala". Surah 3:27 《=ayat ini salah tidak sesuai dlm Al-Quran pula juga menerjemahkannya sebagai "orang yang jujur". Dan di luar pemahaman Al-Quran, istilah taḥannafa juga berarti "cenderung ke arah kebenaran".[4] Sepertinya istilah ini digunakan oleh kaum Yahudi dan Kristen awal untuk merujuk kepada kaum pagan Arab. Istilah ini juga digunakan untuk menyebut para penganut agama Suriah-Arab yang dipengaruhi Helenisasi, serta digunakan sebagai ejekan kepada kaum Muslim awal.[5]

Sementara, pihak lainnya berkukuh bahwa mereka mengikuti "...agama Ibrahim, kaum hanif, Muslim..."[5]

Sebagai nama sunting

Ḥanīf (maskulin) atau Ḥanīfah (feminin), juga merupakan nama diri Arab yang lazim, yang bermakna "mukmin sejati" atau "yang benar". Nama ini juga secara luas lazim digunakan di seluruh Dunia Muslim, termasuk di wilayah yang tidak berbahasa Arab.

Referensi sunting

  1. ^ Hans, m/s. 29
  2. ^ Köchler 1982, hlm. 29.
  3. ^ Peters, m/s. 122-124
  4. ^ Peters 1994, hlm. 122-124.
  5. ^ a b Watt 1974, hlm. 117-119.