Gerakan rumah kecil

Gerakan rumah mungil atau Gerakan rumah kecil (Inggris: Tiny house movement; Small house movement) merupakan gerakan sosial yang mempromosikan dan menganjurkan kepada masyarakat untuk mengecilkan ukuran rumah tinggal mereka dan hidup sederhana di rumah-rumah yang berukuran kecil. Masyarakat yang mengikuti gerakan ini memiliki berbagai alasan, di antara alasan yang populer adalah kepedulian terhadap lingkungan, pertimbangan finansial dan mencari lebih banyak waktu dan kebebasan.[1] Gerakan ini juga merupakan sebuah ekspresi dalam gaya arsitektur yang diwujudkan dalam sebuah rumah kecil yang berukuran hanya kurang lebih 55m².

Rumah mungil di Portland, AS.
Tampak bagian interior dari sebuah rumah mungil di Portland, AS.

Di Amerika Serikat, pada tahun 1997, seorang arsitek, penulis, dan pembicara publik, Sarah Susanka dianggap yang memulai dan memunculkan gagasan yang melawan arus pada masa itu dengan menerbitkan bukunya "The Not So Big House".[2]

Gerakan ini kembali dipopulerkan dan mendapat perhatian pasca bencana badai Katrina pada tahun 2005, dan krisis finansial sepanjang tahun 2007–2010 yang menimpa wilayah Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan gagasan tentang rumah kecil ini menawarkan hunian yang lebih terjangkau, mudah dalam pemeliharaan dan ramah lingkungan.[3]

Minat terhadap rumah berukuran kecil juga telah dibangkitkan di beberapa negara-negara lain: seperti di Jepang, di mana ruang sangat bernilai, Takaharu Tezuka telah membangun the House to Catch the Sky, sebuah rumah untuk empat orang penghuni seluas 925 kaki² (85,9 m²). Di Barcelona, Spanyol, Eva Prats dan Ricardo Flores membuat House in a Suitcase berukuran 300 kaki² (28 m²). Di Inggris, Abito menciptakan apartemen dengan ruang tinggal yang cerdas berukuran 353 kaki² (32,8 m²) di Manchester; juga Micro Compact House (MCH) adalah sebuah rumah kecil mutakhir yang dikembangkan oleh arsitek Inggris Richard Horton dan Technical University of Munich.[2] MCH adalah bangunan berbentuk kubus berukuran 76 kaki² (7,1 m²), yang dirancang untuk 1-2 penghuni, dan memiliki ruang untuk tidur, makan, beraktivitas, dapur, dan kamar mandi yang berfungsi sebagaimana mestinya.[4]

Karakteristik sunting

Ukuran dari rumah mungil umumnya jarang melebihi dari 500 kaki² (46 m²)[5] karena Rumah mungil mungkin lebih menekankan pada desain daripada ukuran,[6] mengaplikasikan fitur-fitur yang mampu bermanfaat ganda dan perabot yang multifungsi, dan memadukannya dengan kemajuan teknologi dalam perlengkapan dan peralatan yang hemat ruang.[2] Pengoptimalan ruang vertikal juga merupakan fitur yang umum diterapkan pada rumah-rumah kecil dan apartemen.

Dibandingkan dengan rumah berukuran besar yang pada umumnya lebih mahal dari sisi ongkos pembangunan, pajak, pemanasan ruangan, perawatan dan perbaikan maka rumah berukuran kecil, selain ongkosnya lebih murah, ia juga dapat menghindarkan kehidupan yang berantakan dan rumit yang dapat berdampak ekologis bagi penghuninya.[2]

Referensi sunting

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-21. Diakses tanggal 2014-01-03. 
  2. ^ a b c d Carmela Ferraro (February 21, 2009). "Small but perfectly formed". Financial Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-13. Diakses tanggal 2014-01-03. 
  3. ^ The Economist (February 19, 2009). "Very little house on the prairie". The Economist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-08. Diakses tanggal March 7, 2009. 
  4. ^ Lloyd Alter (July 10, 2008). "Home Delivery: The Micro Compact Home Comes To America". Treehugger. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-05. Diakses tanggal March 7, 2009. 
  5. ^ Bethany Lyttle (February 16, 2007). "Think Small". New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 2014-01-03. 
  6. ^ Al Heavens (June 14, 2007). "Smaller Could Be the Answer to a Lot of Issues". Realty Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-22. Diakses tanggal March 7, 2009.