Ganggangsullae atau Ganggangsuwollae adalah sebuah tarian tradisional dari Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan.[1] Ganggangsullae yang disebut juga tarian melingkar adalah tarian yang khusus dipentaskan oleh kaum wanita dengan saling berpegangan tangan membentuk lingkaran dan menyanyi.[2] Tarian ini biasanya dipentaskan pada saat perayaan-perayaan hari raya seperti Jeongwol Daeboreum dan Chuseok di bawah sinar bulan purnama untuk memohon keberkatan dan panen yang melimpah.[3][4] Tarian ini merupakan Warisan Budaya Nonbendawi Korea Selatan Nomor 8 tahun 1966 dan juga diakui UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada tahun 2009.[1][2][5]

Ganggangsullae
Nama Korea
Hangul
강강술래 atau 강강수월래
Hanja
姜降戌來 atau 强羌水越來
Alih AksaraGanggangsullae atau Ganggangsuwollae
McCune–ReischauerKanggangsullae atau Kanggangsuwŏllae

Sejarah sunting

Tradisi menarikan tarian Ganggangsullae sudah ada sejak lama.[3] Pada masa lalu orang Korea menampilkannya sebagai bagian dari ritual untuk memohon panen yang baik dan berlimpah dari dewa.[3]

Tarian ini pernah digunakan oleh Laksamana Yi Sun-sin sebagai taktik untuk mengalahkan tentara Jepang yang menyerbu Korea pada masa Perang Imjin.[1][3] Karena jumlah pasukan Joseon sangat kecil dibanding jumlah musuh, Laksamana Yi menyuruh kaum wanita untuk mengenakan seragam militer dan menarikan Ganggangsullae di atas pegunungan selama bermalam-malam.[3] Saat tentara Jepang menyaksikan mereka dari kejauhan, mereka terkejut karena mengira Joseon memiliki jumlah tentara yang sangat banyak, dan mereka pun mundur.[1] Keberanian para wanita dan taktik militer Laksamana Yi tertuang dalam gerakan tari Ganggangsullae.[3]

Gerakan sunting

Biasanya ditarikan pada saat hari-hari besar seperti hari Chuseok, kaum wanita tua dan muda berkumpul dan membentuk lingkaran, saling berpegangan tangan dan menyanyi di bawah sinar bulan purnama.[1] Wanita dengan suara yang paling merdu menyanyi pertama kali dan diikuti oleh penari lain.[1] Mereka menyanyikan lirik lagu Ganggangsullae yang menceritakan tentang kehidupan rakyat di desa dalam mengerjakan aktivitasnya sehari-hari, seperti mengerjakan sawah, mencari ikan, menganyam, memasang genting dan sebagainya.[2] Nama Ganggangsullae itu sendiri berasal dari lirik yang dinyanyikan berulang-ulang dari lagunya walaupun arti itu sebenarnya tidak diketahui.[2] Tarian ini menggambarkan harmoni, persamaan dan persahabatan antar kaum wanita serta sebagai ekspresi kebebasan dan kegembiraan mereka.[2] Pada awalnya gerakan tari mulai secara perlahan dan lama kelamaan menjadi semakin cepat sehingga tampak terlihat berlari dalam lingkaran.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g (Inggris)Ganggangsullae Dance Diarsipkan 2010-12-19 di Wayback Machine., visitkorea. Diakses pada 24 April 2010.
  2. ^ a b c d e (Inggris)Intangible Cultural Heritage - ICH, Ganggangsullae Diarsipkan 2023-07-28 di Wayback Machine., unesco. Diakses pada 24 April 2010.
  3. ^ a b c d e f (Inggris)Ganggang Sullae, Thanksgiving Day Festival Diarsipkan 2015-05-21 di Wayback Machine., arirang. Diakses pada 24 April 2010.
  4. ^ (Indonesia)Ganggangsullae Diarsipkan 2010-11-23 di Wayback Machine., kbs. Diakses pada 14 Mei 2010.
  5. ^ (Indonesia)Pengakuan UNESCO untuk asset budaya tradisional milik Korea sebagai warisan budaya yang tak berwujud dari kemanusiaan[pranala nonaktif permanen], kbs. Diakses pada 14 Mei 2010.

Pranala luar sunting