Dikasteri untuk Dialog Antar Agama

Dikasteri untuk Dialog Antar Agama, sebelumnya bernama Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (PCID), adalah sebuah dikasteri dari Kuria Roma, didirikan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 19 Mei 1964 sebagai Sekretariat untuk Non-Kristen, dan diganti namanya oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 28 Juni 1988.

Terlepas dari namanya, Dikasteri ini tidak bertanggung jawab atas hubungan dengan agama Kristen lain, yang merupakan tanggung jawab Dikasteri untuk Pengupayaan Kesatuan Umat Kristen, yang juga mengawasi Komisi bagi Hubungan Religius dengan Yahudi.

Presiden Dikasteri untuk Dialog Antar Agama saat ini ialah Miguel Ángel Ayuso Guixot sejak 25 Mei 2019.

Memajukan dialog sunting

DKDA adalah kantor pusat Gereja Katolik untuk urusan memajukan dialog antaragama sesuai dengan semangat Konsili Vatikan II, terutama deklarasi Nostra Aetate. Dewan ini memiliki tanggung-jawab sebagai berikut:

  1. untuk memajukan sikap saling pengertian, saling menghormati dan kerjasama antara umat Katolik dan umat beragama lainnya;
  2. untuk mendorong pembelajaran mengenai berbagai agama;
  3. untuk memajukan pembentukan manusia-manusia yang berdedikasi pada dialog.

Komisi Hubungan Agama dengan Kaum Yahudi adalah institusi tersendiri yang berada di bawah Dewan Kepausan untuk Memajukan Persatuan Umat Kristiani. Walau demikian, kedua dewan ini selalu bekerja sama dengan sangat erat.

Program Dasar Arinze sunting

Institusi ini secara luas dianggap sebagai hal yang membentuk karier Kardinal Francis Arinze. Arinze diangkat sebagai kardinal tepat sebelum menduduki posisinya di dewan ini. Ia kemudian berkarya di berbagai kapasitas yang berhubungan termasuk menjadi Presiden Majelis Khusus bagi Afrika dari Sinode Para Uskup.

Ia juge menerima berbagai penghargaan dalam kapasitasnya ini. Pada tanggal 24 Oktober 1999 ia menerima sebuah medali emas dari Dewan Umat Kristiani dan Umat Yahudi Internasional atas pencapaian luar biasanya dalam bidang hubungan antaragama. Ia sering melakukan perjalanan dan menjadi seorang pembicara terkenal di Amerika Serikat.

Statusnya juga tumbuh di dalam Gereja. Sebagai seorang anggota Komite Yubileum Agung tahun 2000 ia bekerja secara erat dengan tiap-tiap uskup dan imam di seluruh dunia, dan semakin mempesona Paus Yohanes Paulus II, yang pada tanggal 1 Oktober 2002 mengangkatnya menjadi kepala Kongregasi Ibadah Ilahi dan Tata-tertib Sakramen. Posisi ini dianggap sebagai posisi tertinggi keempat dalam hierarki Gereja Katolik Roma.

Sejalan dengan itu kepemimpinan dewan ini dipandang bagi sebagian orang sebagai sebuah langkah untuk memajukan karier di dalam gereja dunia.

Kegiatan-kegiatan saat ini sunting

Kegiatan-kegiatan dewan hari ini terlihat berfokus pada mengomunikasikan nilai-nilai dan kepentingan yang sama dengan umat beragama dan pemimpin-pemimpin agama lainnya. Dewan ini menerima berbagai kunjungan ke Roma sementara dirinya juga mengunjungi pihak-pihak lain, mengadakan pertemuan-pertemuan dan menerbitkan "sebuah buletin bernama Pro Dialogo tiga kali setahun berisikan "naskah-naskah Gereja penting mengenai dialog, tulisan, dan berita tentang kegiatan dialog di seluruh dunia" serta menerbitkan sebuah Petunjuk Dialog Antaragama.

Kontroversi sunting

Pada tanggal 11 Maret 2006, Paus Benediktus XVI menempatkan DKDA di bawah kepemimpinan Presiden Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, yang saat ini adalah Yang Mulia Paul Cardinal Poupard. Namun, karena hal ini dipandang sebagai sesuatu yang merendahkan nilai masalah-masalah antaragama,[1] Paus Benediktus XVI memberikan kembali DKDA presidennya sendiri.

Struktur sunting

Institusi ini terdiri atas sebuah badan pengambil keputusan, sebuah badan penasehat dan sebuah badan eksekutif.

President Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama sunting

Referensi sunting

Pranala luar sunting