Konsonan decak dwibibir

(Dialihkan dari Decak dwibibir)

Konsonan decak dwibibir adalah keluarga konsonan decak yang diartikulasikan dengan mengepakan kedua bibir. Konsonan ini dapat ditemui di beberapa fonemik di sebagian kecil bahasa Tuu , bahasa ǂ’Amkoe dari negara Botswana, dan di jargon ritual Damin dari Australia. Namun, decak dwibibir dapat digunakan sebagai paralinguis dari ciuman dalam beberapa bahasa, seperti "muah" dalam bahasa Indonesia, juga dapat ditemui sebagai sapaan dalam bahasa Hadza di Tanzania, dan sebagai alofoni dari konsonan bibir langit-langit belakang dalam beberapa bahasa di Afrika bagian barat (Ladefoged 1968), dam ditranskripsikan sebagai /mw/ di bahasa Ndau dan bahasa Tonga (Zambia).

Decak dwibibir
(langit-langit belakang)
k͡ʘ
ᵏʘ
ʘ
Nomor IPA176
Pengkodean karakter
Entitas (desimal)ʘ
Unikode (heks)U+0298
X-SAMPAO\
Kirshenbaump!
Braille⠯ (braille pattern dots-12346)⠏ (braille pattern dots-1234)
Sampel suara
noicon
Decak dwibibir bersuara
ʘ̬
g͡ʘ
ᶢʘ
Pengkodean karakter
X-SAMPAO\_t
Kirshenbaumb!
Decak dwibibir sengau
ʘ̃
ŋ͡ʘ
ᵑʘ ᵐʘ
Pengkodean karakter
X-SAMPAO\_~
Kirshenbaumm!

Transkripsi sunting

Simbol dalam Alfabet Fonetis Internasional yang melambangkan tempat artikulasi dari suara ini adalah ʘ. Simbol ini mungkin digabung dengan huruf kedua untuk melambangkan cara artikulasi, walaupun simbol ini dipakai untuk melambangkan decakan konsonan halus.

Dalam transkripsi resmi IPA, konsonan decak digabung dengan k ɡ ŋ q ɢ ɴ via tie bar (tanda kurung atas), meskipun k lebih sering digunakan. Banyak sumber menggunakan superskrip k ɡ ŋ q ɢ ɴ tanpa tie bar, dan tidak menggunakan k. Entah huruf yang menjadi baseline atau superskirp diletakan sebelum huruf decak, atau setelah huruf decak. Kemudian terdapat transkripsi ketiga yang merupakan konsonan decak dengan diakritik, entah sengauan, penyuaraan, nirsuaraan. Berikut merupakan transkripsi konsonan decak dwibibir yang sering dijumpai.

Trans. I Trans. II Trans. III Deskripsi
(langit-langit belakang)
k͜ʘ ᵏʘ ʘ konsonan decak dwibibir halus
k͜ʘʰ ᵏʘʰ ʘʰ konsonan decak dwibibir teraspirasikan
ɡ͜ʘ ᶢʘ ʘ̬ konsonan decak dwibibir bersuara
ŋ͜ʘ ᵑʘ ʘ̃ konsonan decak dwibibir sengau
ŋ͜ʘ̥ʰʰ ᵑʘ̥ʰʰ ʘ̥̃ʰʰ konsonan decak dwibibir sengau teraspirasikan
ŋ͜ʘˀ ᵑʘˀ ʘ̃ˀ konsonan decak dwibibir sengau tekanan kerongkongan
(tekak)
q͜ʘ 𐞥ʘ konsonan decak dwibibir halus
q͜ʘʰ 𐞥ʘʰ konsonan decak dwibibir teraspirasikan
ɢ͜ʘ 𐞒ʘ konsonan decak dwibibir sengau bersuara
ɴ͜ʘ ᶰʘ konsonan decak dwibibir sengau
ɴ͜ʘ̥ʰʰ ᶰʘ̥ʰʰ konsonan decak dwibibir sengau teraspirasikan
ɴ͜ʘˀ ᶰʘˀ konsonan decak dwibibir sengau tekanan kerongkongan

Transkripsi terakhir di sampel suara di kanan, merupakan transkripsi bagi para bukan penutur ibu bahada yang menekankan tekanan kerongkongan untuk menghindari sengauan

Bahasa Damin juga mempunyai dwibibir egresif [ʘ↑], yang mungkin saja diucapkan sebagai decakan egresif (kalau itu bukan aliran udara buccal).

Konsonan decak dwibibir sunting

Decak
(atas: Langbel.
bawah: tekak)
Halus


k‼
q‼

Bersuara ɡʘ
ɢʘ
ɡǀ
ɢǀ
ɡǃ
ɢǃ
ɡ‼
ɢ‼
ɡǂ
ɢǂ
Sengau ŋʘ
ɴʘ
ŋǀ
ɴǀ
ŋǃ
ɴǃ
ŋ‼
ɴ‼
ŋǂ
ɴǂ
ʞ
 
Sisian halus
Sisian bersuara ɡǁ
ɢǁ
Sisian sengau ŋǁ
ɴǁ

Konsonan yang ditebalkan merupakan bagian dari konsonan decak dwibibir

Karakteristik konsonan sunting

  • Konsonan ini memiliki cara artikulasi yang umum, seperti sengauan, bersuara, konsonan halus, teraspirasikan, dan tekanan kerongkongan
  • Daerah artikulasinya adalah dwibibir sehingga diartikulasikan dengan kedua bibir. Decakan dari dwibibir ini menyebabkan suara mirip konsonan gesek (afrikat). Artikulasi dwibibir secara tipikal menggunakan kedua bibir. Terkadang dapat melewati labiodental untuk membuat decak yang dihasilkan lebih nyaring.[1] Dalam kasus lain, bibir bawah mungkin menyentuh gigi atas dan bibir atas secara bersamaan.[2]
  • Konsonan ini dapat ditemui dalam bentuk konsonan lisan dan konsonan sengau, yang berarti udara diperbolehkan keluar melalui mulut atau hidung.
  • Karena konsonan ini bukan konsonan yang menggunakan aliran udara diatas lidah, maka diktonomi pusat-sisi tidak berlaku
  • Aliran udara dalam konsonan ini termasuk dalam konsonan decak, yang berarti kantong udara yang terperangkap di antara dua tekanan yang menutup aliran udara oleh tindakan "menghisap" lidah, bukannya digerakkan oleh glotis atau paru-paru/diafragma. Pelepasan hentakan maju menghasilkan suara "Decak". Decak bersuara dan decak hidung memiliki aliran udara paru-paru egresif secara simultan. (Salah satu dari dua decak bibir di bahasa Damin adalah decak egresif, yang berarti bahwa kantong udara yang terperangkap dikompres oleh lidah sampai dibiarkan menyembur keluar melalui bibir.)

Decak bibir terkadang keliru digambarkan sebagai ciuman. Namun, konsonan ini tidak memiliki posisi bibir yang sedang mencium yang memiliki posisi mengerucut. Sebaliknya, bibir dikompresi, lebih seperti [p] daripada [w], dan mereka terdengar lebih seperti "ciuman" bibir yang berisik daripada ciuman.

Penggunaan sunting

Bahasa Indonesia tidak memiliki konsonan decak dwibibir (atau konsonan decak manapun) sebagai fonem, namun konsonan dwibibir dapat ditemui sebagai fonem.

Decakan dwibibir sengau hanya dapat dijumpai di bahasa Tuu dan Kx'a di Afrika bagian selatan, juga terdapat di bahasa ritual Damin di Australia. Konsonan ini dapat ditemui di beberapa bahasa di Afrika, suara ini mirip seperti anak-anak yang mencoba menirukan suara ikan

Bahasa Kata IPA Arti
ǂ’Amkoe (ǂHoan) ʘoa 'dua'
Damin m!i ʘ̃i 'sayur'
Taa (!Xoo) ʘàa 'anak'
N‖ng (N|uu) ʘũu 'anak (laki-laki)'
  1. ^ Ladefoged & Maddieson 1996:251)
  2. ^ Miller, 2007, The Sounds of Nǀuu, pp 121ff