Dara Puspita adalah grup musik rock and roll Indonesia yang dibentuk di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1964.[1] Grup musik ini beranggotakan Titiek Adji Rachman (gitar melodi), Lies Soetisnowati Adji Rachman (gitar pengiring), Titiek Hamzah (bass), dan Susy Nander (drum).

Dara Puspita
Informasi latar belakang
Nama lain
  • Irama Puspita (1959–1965)
  • Tikki Takki Suzy Leeze (selama tur di Eropa)
  • Delima Puspita (1972)
  • Dara Puspita Min Plus (1972)
AsalSurabaya, Indonesia
Genre
Tahun aktif
  • 1964–1974


Label
  • Remaco
  • Mesra
  • Dimita
  • El Shinta
  • Disco
  • London Litle King & Hubbard
  • Wilhelm Butz Production
Artis terkait
Mantan anggota

Sejarah sunting

Awal mula sunting

Awal terbentuknya grup ini adalah grup besar bernama Irama Puspita yang beranggotakan tiga belas gadis. Grup ini terbentuk di Surabaya dan diasuh oleh Mus Mulyadi. Namun seiring berjalannya waktu, para personel mulai hengkang, sehingga Mus Mulyadi membubarkan grup asuhannya tersebut. Beberapa anggota Irama Puspita, yakni Ani Kusuma, Susy Nander, serta kakak beradik Titiek dan Lies Adji Rachman, memutuskan hijrah ke Jakarta dan membentuk grup sendiri . Popularitas dan sensasionalitas grup ini baru terjadi setelah Titiek Hamzah sebagai pemetik bas menggantikan Lies pada 3 April 1965. Lies meninggalkan Irama Puspita selama sebulan untuk menyelesaikan sekolahnya. Ketika dia kembali, Lies justru menggantikan Ani, sementara Titiek Hamzah tetap dipertahankan. Dengan formasi Titiek AR, Lies, Titiek Hamzah, dan Susy, mereka tampil pertama kali di Bandung bersama Yanti Bersaudara, Noor Bersaudara, Nenny Triana dan Ernie Djohan. Mulai saat itu, keempat dara Kota Buaya itu mendapat sambutan yang luar biasa dari penonton.

Pada suatu kesempatan, atas usul promotor, mereka mengganti nama grup menjadi Dara Puspita. Alasannya nama Dara Puspita lebih enak didengar dan lebih tepat dengan para personilnya yang masih gadis.

Keunikan mereka diatas panggung adalah dengan melakukan hal-hal yang tak dilakukan grup-grup pria. Mereka berjingkrak dan menjerit sambil meraung-raungkan alat musiknya sehingga sering lirik lagu menjadi tidak terdengar. Tetapi, banyak yang naik ke atas pentas ikut berjoget. Sambutan penonton tidak hanya di Tanah Air. Dalam pertunjukan mencari dana di Kuala Lumpur (Malaysia) awal November 1967, mereka dielu-elukan ribuan penonton yang juga berebut bersalaman dan minta tanda tangan. Pada kesempatan itu, Dara Puspita tampil bersama pelawak dan penyanyi Alwi serta Oslan Husein.

Personel sunting

Dalam kehidupan sehari-hari, keempat gadis itu termasuk Lies, misalnya, patuh kepada orangtuanya sehingga dia baru giat bermain gitar ketika duduk di bangku SMA. Titiek AR yang lahir 19 Januari 1946 dan Lies 30 Januari 1948 adalah dua dari 10 anak Adjie Rachman, yang pada masa mudanya dikenal sebagai pemusik keroncong. Meskipun orangtuanya mula-mula tidak setuju kedua putrinya bermusik, mereka akhirnya bangga ketika tahu Titiek AR bersama grup sekolahnya menjadi juara. Sukses Titiek AR ini memacu Lies menekuni gitar dan bahkan juga organ. Hampir sama dengan Titiek dan Lies, Susy juga tidak didukung orang tua ketika menyatakan niatnya bermusik. Namun, ketekunan dan kekerasan hatinya membuat orangtuanya menyerah juga. Susy, kelahiran 5 Juli 1947 dengan nama Sioe Tjuan, adalah salah satu dari tujuh anak pasangan Tjan Tjun Han dan Hanna Elizabeth Nander. Keterampilan Susy sebagai drummer perempuan dijadikan barometer oleh para penabuh drum cewek lainnya. Titiek Hamzah, yang lahir di Bukittinggi 16 Januari 1949, merupakan anggota termuda. Sudah suka musik sejak usia enam tahun dan bergabung dengan band bocah bersama Jopie Item yang bernama Xaverius.[2] Titiek Hamzah, satu-satunya anggota Dara Puspita yang masih aktif dalam musik sampai sekarang.

Konsep musik sunting

Album pertama berjudul Jang Pertama direkam secara langsung dan dirilis dalam bentuk piringan hitam berisi lagu lagu antara lain Pantai Pattaya, Tanah Airku, Mari Mari, Ali Baba, Kenangan Yang Indah, Burung Kakaktua, Lagu Gembira, dan Surabaya. Salah satu lagu dalam album perdana ini bertajuk Tinggalkan Aku Sendiri, gubahan Yok Koeswoyo dari Koes Bersaudara.

Penggarapan musik Titiek Hamzah dan kawan-kawan biasa-biasa saja, bahkan sangat kentara pengaruhnya dari musik Barat, seperti Beatles, Everly Brothers, Elvis Presley atau Rolling Stones. Dengan keterbatasan itu, ternyata mereka berani membawakan Burung Kakaktua dengan gaya sendiri dalam album Jang Pertama. Burung Kakatua yang menjadi salah satu hits Dara Puspita itu dinyanyikan oleh Lies A.R. Lagu lain, Surabaya, menjadi sedemikian populer sehingga banyak orang beranggapan lagu itu adalah karya Dara Puspita dan tidak mengira bahwa nomor tersebut merupakan ciptaan kelompok sandiwara Bintang Surabaya pada tahun 1928, yang liriknya dimodifikasi oleh A. Rachman, ayah Lies dan Titiek.

Sedangkan lagu "Mari Mari" ciptaan Titiek Puspa bisa dikatakan hadir dengan ciri khas mereka yang saat itu termasuk meledak-ledak dan ceria, dimana mereka menyelipkan intro musik mirip "Satisfaction" milik Rolling Stones. Lagu "Pantai Pattaya" yang tidak kalah populer dibandingkan Surabaya, ternyata menurut Titiek Hamzah, terinspirasi oleh sebuah lagu yang dibawakan grup musik di Bangkok (Thailand) ketika mereka tur ke sana, dipadukan dengan irama lagu disko "Bony Moroney" milik Larry Williams . Demikian juga Pusdi dan Aku Pergi yang tercipta di Negeri Gajah Putih itu. Dalam penciptaan lagu, Dara Puspita tidak merasa seterampil grup-grup musik sekarang. Itulah sebabnya Jang Pertama mengandalkan lagu-lagu Titiek Puspa, Yon Koeswoyo (Kenangan Yang Indah), serta A Rachman dalam penulisan lirik.

Demikian juga pada tiga album selanjutnya. Album kedua berisi lagu-lagu Titiek Puspa, selain karya Titiek Hamzah. Titiek Puspa tetap diandalkan dalam album ketiga, Green Green Grass Of Home, dan album keempat, A Go Go. Dalam album ketiga, mereka membawakan Green Green Grass Of Home yang sebelumnya dipopulerkan oleh Tom Jones dan juga Lonely Street (Clarence Henry dan Andy Williams).[3] Pada album keempat, lagu Bee Gees, To Love Somebody, dinyanyikan dengan aransemen yang nyaris tak berubah dengan yang asli.

Tur Eropa sunting

Dara Puspita berangkat ke Eropa pada Juli 1968. Tetapi, sebelumnya mereka mampir di Iran. Kalau keempat gadis itu selalu memperoleh bantuan teknisi ketika memasang dan mempersiapkan alat sebelum pertunjukan di Tanah Air, di luar negeri mereka harus melakukannya sendiri. Kepanikan terjadi ketika kabel putus atau peralatan suara yang berat salah tempat dan harus dipindahkan. Untung, Moerdiono yang memimpin mereka berusaha membantu sebagai juru bahasa. Titiek Hamzah dan kawan-kawan merasa terhibur ketika pertunjukan mereka memperoleh sambutan meriah. Bahkan, seorang pangeran dari Kerajaan Iran waktu itu minta dinyanyikan lagi Kakaktua.

Dari Iran mereka ke Jerman Barat dan Turki. Perjalanan terasa semakin berat, dari satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya tidak jarang harus menempuh perjalanan sampai 100 kilometer. Begitu tiba, mereka langsung membongkar dan kemudian memasang semua peralatan. Untung saja sejak di Jerman Barat mereka dibantu roadies yang mengurusi peralatan. Jadi, pada tur di Hungaria, keempat dara bisa konsentrasi menyiapkan lagu saja. Perjalanan di Hungaria berakhir bulan Oktober 1969, atau satu tahun tiga bulan setelah mereka meninggalkan Tanah Air. Selama kurun waktu itu, Dara Puspita mengadakan lebih dari 250 pertunjukan di 70 kota besar dan kecil. Pada saat itulah mereka berkenalan dengan dua dari empat manajer yang menangani mereka di Inggris.

Untuk memudahkan, selama di Eropa, Titiek AR menggunakan nama panggilan Tikki, sementara Titiek Hamzah disebut Takki. Di sana, Dara Puspita lebih dikenal sebagai Tikki Takki Suzy Lies.

Di London, Dara Puspita tinggal di daerah Chelsea, tidak jauh dari Carnaby Street dan Oxford Street di pusat ibu kota Inggris itu. Di sini, Titiek AR, Lies, Susy, dan Titiek Hamzah diperkenalkan kepada Collin Johnson dari NEM Enterprise, yang menangani The Beatles pada awal kariernya. Sebelum meninggalkan Inggris menuju ke Prancis, Dara Puspita menghasilkan singel Ba Da Da Dum dan Dream Stealer. Singel ini pun senasib dengan yang sebelumnya. Tetapi, Dara Puspita segera melupakannya. Dari Prancis mereka menuju ke Belgia, Spanyol, dan Belanda. Di Belanda, beberapa bulan sebelum kepulangan mereka ke Indonesia, tepatnya pada 11 September 1971, Titiek Hamzah sempat menyatakan mundur secara tertulis dari Dara Puspita. Hal tersebut menunjukkan telah terjadinya ketidakharmonisan di antara mereka, bahkan sejak masih berada di Eropa. Titiek Hamzah mengaku jenuh karena Dara Puspita hanya membawakan karya orang lain tanpa pernah membuat komposisi lagu sendiri.

Kembali ke Indonesia sunting

Dara Puspita kembali ke Indonesia tanggal 3 Desember 1971 dan disambut bagaikan supergroup, sebagaimana Led Zeppelin, Deep Purple, Grand Funk Railroad dan Black Sabbath yang mendarat di Bandara Kemayoran enam tahun kemudian. Jadwal pertunjukan sudah menunggu walaupun ada isu Dara Puspita sebenarnya sudah bubar. Tidak heran jika Dara Puspita menebarkan sensasi tentang rencana bubar itu. Ketika tur di sejumlah kota, rumor tentang hal tersebut semakin menjadi-jadi. Apalagi masyarakat ingin tahu apa saja yang mereka peroleh setelah tiga tahun lebih berada di Eropa.[4]

Hanya 15 hari setelah menjejakkan kaki di Indonesia, Dara Puspita tampil pada 18-19 Desember 1971 di Istora Senayan bersama Panbers, AKA dan The Rollies, disaksikan sekitar 23.000 penonton. Tanggal 31 Desember 1971 mereka unjuk gigi di Pandaan bersama The Rollies, The Gembels, Yeah Yeah Boys, Vivi Sumanti, dan Nidya Sisters. Kemudian mereka tur ke Malang, Bandung, Denpasar, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Kediri, Tulungagung, Madiun, Jember, Yogyakarta, Solo, Tasikmalaya, Tegal, Surabaya, dan 29 Maret 1972 di Jakarta sebagai tur terakhir di Pulau Jawa. Pertunjukan ini mempunyai arti tersendiri bagi Susy dan Yon Koeswoyo karena mereka berpacaran meskipun tidak sampai ke pernikahan. Setelah pertunjukan terakhir di Jakarta itu, Dara Puspita terbang ke Manado dan Makassar. Setelah itu Dara Puspita dinyatakan bubar, antara lain setelah Titiek Hamzah berkeras ingin menarik diri. Susy berusaha membujuk dengan mengatakan Dara Puspita sedang berada pada puncak karier dan sayang kalau harus bubar saat itu.[5]

Dara Puspita Min Plus sunting

Setelah Titiek Hamzah mundur, Dara Puspita memasukkan dua personil baru yakni Dora Sahertian (piano) dan Judith Manopo (bass). Karena jumlahnya menjadi lima orang, mereka mengganti nama menjadi Delima Puspita.

Namun tak lama kemudian Lies AR mengundurkan diri setelah menikah dan pindah ke Belanda. Empat personil yang tersisa mengganti nama grup menjadi Dara Puspita Min Plus, dan menghasilkan album Tabah dan Cobalah, dimana Titiek Hamzah menyumbangkan beberapa lagu ciptaannya. Sayangnya, eksistensi grup ini tidak terlalu berhasil, terlebih setelah para personilnya menikah, sehingga Dara Puspita Min Plus pun bubar.

Kehidupan selanjutnya sunting

Hingga kini, Titiek Hamzah masih aktif di dunia musik. Setelah Dara Puspita Min Plus bubar, Titiek Hamzah bersama Susy Nander sempat membuat album Pop Melayu. Selanjutnya, Titiek lebih banyak fokus sebagai komposer. Pada pertengahan 80-an Titiek Hamzah menghidupkan kembali Dara Puspita dengan membentuk Adarapta yang terdiri dari Atiek CB, Titi DJ, Endah Soebroto dan Titiek sendiri. Adarapta adalah kependekan dari "anak anak dara puspita". Pada tahun 1985 mengeluarkan album "Dalam Lagu Dara Puspita". Namun grup ini tidak bertahan lama, karena masing-masing personilnya memilih bersolo karir.

Titiek AR sempat bergabung dengan grup musik asal Australia, Daughters of Zeus, selama 2 tahun. Kini, Titiek AR tinggal di Belanda, sementara Susy Nander tinggal di Sidoarjo. Sesekali mereka masih bermain musik dan menghadiri reuni dengan penggemar. Sedangkan Judith Manoppo saat ini tinggal di Jakarta namun sudah tidak aktif bermain musik.

Lies AR, Dora Sahertian dan Ani Kusuma kini telah wafat. Semasa hidupnya, Dora Sahertian dikenal sebagai guru musik dan pianis ternama. Sementara Ani Kusuma pernah bergabung dengan grup The Beach Girls sebelum kemudian menjadi aktris film era 1970-an hingga 1980-an. Ani juga membuat album vokal berjudul "Rambutmu Rambutku" bersama grup Japras pada tahun 1989. Lies AR semasa hidup tinggal di Belanda bersama sang kakak, Titiek AR, dan sesekali bermain musik di lingkungannya.

Dara Puspita dengan sususan personel era 1964–1972 kembali tampil di panggung musik untuk pertama kalinya dalam 50 tahun pada gelaran Synchronize Fest 2022.[6]

Anggota band sunting

Diskografi sunting

Album sunting

Single sunting

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Saputro, Luqman. "Srikandi Rock 'n Roll itu Bernama Dara Puspita". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-03-31. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-18. Diakses tanggal 2010-05-03. 
  3. ^ http://www.garagehangover.com/?q=darapuspita (en)
  4. ^ M.nugroho, Kelik (2016). Almanak Musik Indonesia 2005-2015. Tanggerang: Insan Cendekia. hlm. 250. ISBN 9786027365407. 
  5. ^ http://tembangpribumi.multiply.com/photos/album/339/Koleksi_Dara_Puspita, diakses 16 September 2008[pranala nonaktif]
  6. ^ Koesno, Dhita. "Synchronize Fest 2022 Hari ke-2: Momen Sambung Tali yang Putus". Tirto.id. Diakses tanggal 2022-10-11. 
  7. ^ http://sokaradio1009.multiply.com/photos/album/6/Dara_Puspita[pranala nonaktif permanen] diakses 24 September 2008