Carthago delenda est

terjemahan : "Carthage harus dilenyapkan"

"Ceterum censeo Carthaginem esse delendam" atau "Ceterum autem censeo Carthaginem esse delendam" (Indonesia: "Selain itu, menurut hemat saya, Kartago harus dihancurkan"), yang sering kali disingkat menjadi "Ceterum censeo", "Carthago delenda est", atau "Delenda est Carthago" (Indonesia: "Kartago harus dihancurkan") adalah frasa Latin yang populer di Republik Romawi pada abad ke-2 SM selama akhir Perang Punik melawan Kartago. Istilah ini digunakan oleh pihak yang ingin agar ancaman dari musuh lama Romawi, Kartago, dibinasakan karena Kartago sebelumnya telah dikalahkan dua kali dan biasanya bangkit kembali dengan cepat dan kemudian berperang lagi melawan Romawi. Orang yang dikenal sering menggunakan frase ini adalah senator Romawi Marcus Porcius Cato (234-149 SM).

Reruntuhan kota Kartago.

Penggunaan pada masa modern sunting

Pada tahun 1673, menteri Inggris Anthony Ashley Cooper menggunakan istilah ini untuk membandingkan Inggris dengan Roma dan Republik Belanda dengan Kartago selama Perang Inggris-Belanda Ketiga. Stasiun radio pro-Jerman Radio Paris di wilayah Prancis yang diduduki oleh Jerman antara tahun 1940 hingga 1944 menjadikan kalimat "Inggris, seperti Kartago, harus dihancurkan!" sebagai slogan. Ben Klassen, pendiri Gereja Kreator yang antisemit, mengadaptasi frase ini menjadi Delenda est Judaica, yang berarti "Yudaisme harus dihancurkan".[1]

Catatan kaki sunting

  1. ^ G. Michael (2009), Theology of Hate: A History of the World Church of Creation (University of Florida Press) hal. 26.