Bidal adalah jenis puisi lama dalam bentuk peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan dan nasihat.[1] Penulisan peribahasa di dalam bidal memiliki arti yang lugas serta memiliki irama dan rima.[2] Bidal tidak memiliki aturan tertentu dalam penyusunan baris dan bait. Beberapa baris di dalam bidal dibuat rangkap untuk memberi penjelasan. Tiap rangkap baris dapat menjelaskan keseluruhan cerita.[3]

Bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna figuratif atau kiasan yang bertujuan menyanggah dan menyindir. Dilihat dari bentuknya, bidal termasuk dalam kelompok puisi lama asli Indonesia karena bentuknya tidak panjang dan murni menggunakan bahasa Melayu asli (tidak terpengaruh kesustraan luar atau asing).[4]

Kategori sunting

Dalam penulisan bidal terdiri dari beberapa kategori yang perlu diketahui.[1] Bidal dibagi menjadi beberapa kategori:

  • Ungkapan yaitu kiasan tentang keadaan, kelakuan, karakter, sifat yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
  • Peribahasa yaitu kalimat yang menggunakan pembanding untuk melukiskan sesuatu dengan dengan perbandingan dengan benda-benda, makhluk, atau alam sekitar.
  • Tamsil yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan. Tamsil dipergunakan untuk menasihati, menyindir, atau memperingatkan sesuatu yang dianggap tidak benar.
  • Ibarat yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
  • Pepatah yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai. Pepatah menggunakan bahasa kias dengan maksud untuk mematahkan ucapan orang lain atau untuk memberikan nasihat.
  • Pemeo yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat. Pameo biasanya digunakan untuk mengolok-olok, menyindir, mengejek, seseorang atau suatu keadaan.[5]

Contoh bidal sunting

  • Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.
  • Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
  • Ikan sepat ikan gabus, makin cepat makin bagus.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b Sastra Melayu Klasik, diakses dari situs web Banyak Ilmu[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Bidal, diakses dari situs web Melayu Online
  3. ^ Sumaryanto (2010). Mengenal Pantun dan Syair. Semarang: PT Sindur Press. hlm. 18. ISBN 978-979-067-054-9. 
  4. ^ Rafiek, M (2017). Teori Sastra Dari Kelisanan Sampai Perfilman. Banjarmasin: PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, FKIP, UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT. hlm. 216–218. ISBN 978-602-229-668-3. 
  5. ^ Mengenal Pantun dan Syair. Semarang: PT Sindur Press. 2010. hlm. 18–19. ISBN 978-979-067-054-9.