Kricak

Batu Yang Ditabur Di Rel
(Dialihkan dari Balas)

Kricak[1] atau batu balas[2] (Inggris: ballast) adalah bagian dari badan jalan kereta api tempat penempatan bantalan rel. Ditempatkan di antara, di bawah, dan di sekitar jalur hingga drainase di kanan-kiri rel, balas berfungsi untuk menyalurkan beban kereta api kepada bantalan serta agar tumbuhan tidak tumbuh di badan jalan yang dapat mengganggu struktur jalur kereta api. Di samping itu balas menjaga agar rel tetap berada di tempatnya apabila ada kereta api berjalan di atasnya. Material balas biasanya adalah batu kricak dengan dimensi dan ukuran seragam.

Batu balas pada rel kereta api.
Batu pemberat pada rel kereta api.

Bahan baku balas sunting

Umumnya batu dari quari yang dipecahkan dengan mesin pemecah batu, dengan diameter seragam antara 25 mm sampai dengan 50 mm, dengan sudut-sudut tajam, yang umumnya lebih banyak dipergunakan daripada batu kricak yang bulat. Bahan yang paling baik adalah batu granit.

Konstruksi sunting

 
Potongan jalur kereta api

Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu Iintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentuknya harus sangat terpilih. Fungsi utama balas adalah untuk meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar, mengokohkan kedudukan bantalan dan meluluskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan dan reI.[3]

Balas yang baik mempunyai kekerasan, tahan gesekan, tidak mudah berubah dimensi, mudah diperoleh, dan tidak mahal. Balas harus memiliki banyak sudut dan tajam. Material balas terdiri dari batu pecah dengan diameter 25 mm sampai dengan 60 mm. Porositas maksimum batu balas 3 persen dengan kekuatan tekan rata-rata 1000 kg/cm2. Kandungan tanah, lumpur, dan bahan organik lainnya maksimal 0,5 persen, serta kandungan minyak maksimum 0,2 persen. Gravitasi spesifik material balas minimal 2,6 dengan keausan balas sesuai tes Los Angeles tidak boleh lebih dari 25 persen.[3][4]

Tebal balas tergantung pada kelas jalan rel yang akan memengaruhi volume lalu lintas kereta api, tekanan gandar maksimal, serta kecepatan kereta api.[4] Pada kereta api konvensional standar tebal balas berkisar antara 25-30 cm, sedangkan kereta api cepat membutuhkan balas dengan ketebalan hingga 50 cm.[3] Jumlah balas yang kurang akan mengakibatkan batu kricak terbenam ke tanah oleh getaran kereta api yang berjalan di atasnya yang juga akan merusak badan jalan rel dan dapat menyebabkan anjlokan. Badan jalan KA biasanya berupa pasir dan batu yang dipadatkan yang akan lebih baik apabila tanah dasarnya dilapisi dengan geotekstil agar tidak bercampur dengan tanah.

Perawatan sunting

Agar menjaga fungsi balas, perlu dilakukan perawatan reguler terhadap balas agar tidak tercampur dengan sirtu atau tanah. Untuk melaksanakan perawatan biasanya digunakan mesin pemecok yang mengangkat bantalan dan memecok batu balas. Bila jumlah batu balas berkurang dari standar yang ditetapkan perlu dilakukan penambahan batu balas untuk menjaga ketinggian jalur sepanjang lintasan.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ (Indonesia) Arti kata kricak dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  2. ^ (Indonesia) Arti kata balas dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  3. ^ a b c Pemerintah Indonesia (2012). Standar Teknis Jalur Kereta Api. Jakarta: Sekretariat Negara. 
  4. ^ a b Pengantar Jalan Rel dan Jembatan KA. Madiun: Akademi Perkeretaapian Indonesia. 2018. 

Pranala luar sunting