Arteritis

Kondisi medis

Arteritis adalah peradangan pada dinding pembuluh arteri,[1] biasanya disebabkan oleh infeksi atau respon autoimun. Arteritis merupakan gangguan yang kompleks dan masih belum sepenuhnya dipahami. Arteritis dapat dibedakan dalam berbagai tipe yang berbeda berdasarkan sistem organ yang terlibat dengan penyakit. Komplikasi dari arteritis adalah trombosis, yang dapat berakibat fatal. Arteritis dan flebitis (peradangan vena) merupakan bentuk dari vaskulitis.[2]

Arteritis
Arteri (normal)
Informasi umum
SpesialisasiReumatologi Sunting ini di Wikidata

Tanda dan gejala sunting

Gejala yang biasa muncul pada arteritis antara lain:[3]

  • Inflamasi
  • Demam
  • Peningkatan produksi sel darah merah (eritrosit)
  • Pincang
  • Denyut nadi melambat

Diagnosis sunting

Gejala medis cenderung tidak khas dalam penegakkan diagnosis arteritis. Gejala serupa dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti sindrom Ehler-Danlos dan sindrom Marfan (keduanya gangguan jaringan ikat yang diwariskan), tuberkulosis, sifilis, spondiloartropati, sindrom Cogan, penyakit Buerger, penyakit Behcet, dan penyakit Kawasaki.[4] Berbagai teknik pencitraan dapat digunakan untuk penegakkan diagnosis dan memantau perkembangan penyakit. Modalitas pencitraan yang dapat digunakan di antaranya angiografi, MRA (magnetic resonance angiography), dan ultrasonografi (USG).[4]

Angiografi biasa digunakan untuk penegakkan diagnosis arteritis Takayasu, terutama pada penyakit stadium lanjut, ketika terjadi kekakuan arteri (arterial stenosis), penyumbatan (oklusi), aneurisma. Namun, angiografi relatif invasif dalam penggunaannya, karena pasien terpapar radiasi dosis besar, sehingga tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin.[4]

Angiografi tomografi terkomputasi (Computed Tomography Angiography; CTA) dapat dipakai untuk menentukan ukuran aorta dan percabangannya, serta mengidentifikasi lesi dinding pembuluh darah pada stadium lanjut dari arteritis. CTA juga dapat menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah. Seperti angiografi, CTA memiliki risiko paparan radiasi yang tinggi.[4]

Angiografi resonansi magnetik (Magnetic resonance angiography; MRA) dapat digunakan untuk mendiagnosis arteritis Takayasu pada stadium awal, dapat memperlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi seperti penebalan dinding pembuluh darah. Bahkan perubahan kecil dapat diukur, sehingga MRA menjadi alah yang menguntungkan untuk pemantauan progresi penyakit tanpa paparan radiasi seperti pada angiografi langsung atau CTA.Namun, MRA merupakan pemeriksaan yang mahal dan kurang jelas untuk menunjukkan kalsifikasi aorta dan percabangannya daripada pemeriksaan lainnya.[4]

Ultrasonografi merupakan metode diagnosis yang ideal pada pasien arteritis stadium awal ketika peradangan pada dinding pembuluh darah sedang terjadi. USG juga dapat menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah. USG merupakan alat pemeriksaan awal yang populer digunakan dalam penegakkan diagnosis karena relatif cepat, murah, tidak invasif, dan tidak ada paparan radiasi. USG juga dapat digunakan jangka panjang untuk memantau progresi arteritis Takayasus. Tidak semua lesi vaskuler dapat terlihat dengan USG, dan keakuratannya bergantung pada pindaian dan kemampuan pembaca hasil pindaiannya.[4]

Tipe sunting

Arteritis dapat terjadi secara primer atau sekunder dari penyakit lainnya. Tipe primer di antaranya:

Perbandingan tipe arteritis mayor
Arteritis Organ yang terdampak Histopatologi
Arteritis Takayasu Pembuluh-pembuluh besar,[3] termasuk aorta dan percabangannya[5] Histiosit, giant cells[5]
Giant cell arteritis, juga disebut arteritis temporal (walau keduanya sekilas berbeda) Arteri temporal superfisial, pembuluh ukuran sedang dan besar lain,[6] seperti pembuluh yang menyuplai darah ke kepala, mata, dan saraf optikus Limfosit, makrofag, dan multinucleated giant cells[6]
Poliarteritis nodosa Pembuluh ukuran sedang, sistem saraf pusat, kerusakan neuropati perifer, ginjal, saluran cerna, otot rangka, jantung[5] Netrofil, nekrosis fibrinoid[5]

Contoh arteritis sekunder adalah arteritis yang disebabkan oleh infeksi jamur patogen Candida albicans.[7]

Giant cell arteritis sunting

Arteritis sel raksasa (Giant cell arteritis) terdiri dari dua tipe yang sulit untuk saling dibedakan.[2] Di antaranya ada tipe arteritis temporal dan arteritis Takayasu. Kedua tipe tersebut ditemukan pada arteri berukuran sedang dan besar.[2]

Arteritis Takayasu sunting

Arteritis tipe ini paling umum terjadi pada perempuan, dengan usia rata-rata 25 tahun.[8] Arteritis Takayasu lebih umum pada perempuan keturunan Asia usia subur. Namun, pada dekade terakhir, insidensinya meningkat di Afrika, Eropa, dan Amerika Utara.[8] Arteritis Takayasu merupakan penyakit inflamasi yang biasanya merusak arteri besar seperti aorta dan percabangannya. Penelitian yang berfokus pada arteritis Takayasu di negara-negara barat cukup sedikit. Diperkirakan tiap tahunnya, angka kejadiannya sekitar 2,6 kasus per satu juta orang.[9]

Arteritis temporal sunting

Arteritis temporal, tipe kedua dari arteritis sel raksasa, adalah penyakit berlangsung secara kronis dan menginflamasi arteri sedang dan besar.[10] Arteritis temporal memiliki insidensi yang tinggi pada keturunan Skandinavia. Namun, angka kejadiannya berbeda tiap ras dan daerahnya. Arteritis temporal lazim di Amerika Utara. Angka kejadiannya berkisar 0,017% pada individu berusia lebih dari 50 tahun.[10]

Gejala arteritis temporal diklasifikasikan sebagai khas dan tidak khas.[10]

Gejala tidak khas:[10]

  • Sakit kepala
  • Demam
  • Berkeringat
  • Anoreksia (hilang nafsu makan)
  • Berat badan berkurang
  • Malaise

Gejala khas:[10]

  • Kram rahang
  • Pembengkakan, nyeri pembuluh darah

Gejala khas biasanya timbul pada arteritis temporal stadium lanjut.[10]

Poliarteritis nodosa dengan mekanisme yang tidak diketahui dapat menyebabkan nyeri testis. Hal ini sering terkait dengan aneurisma dan Hepatitis B.

Tatalaksana sunting

Medikasi sunting

Terapi lini pertama pada arteritis adalah obat glukokotikoid (steroid) oral, seperti prednison, pemakaian harian pada paeriode tiga bulan.[3] Sesudah fase inisial, dosis atau frekuensi obat dapat diturunkan. Jika penyakit semakin memburuk dengan rencana pengobatan yang baru, obat sitotoksik dapat diberikan, sebagai tambahan bagi steorid. Umumnya agen sitotoksik yang digunakan seperti azatioprin, metotreksat, atau siklofosfamid.[3] Dosis steroid dapat dikurangi jika respon pengobatan membaik.[3] Pengobatan ini dapat diturunkan bertahap jika ada perbaikan, secara perlahan (sebagai adaptasi tubuh) sampai pengobatan benar-benar berhenti. Sebaliknya, jika pengobatan malah memburuk, pengobatan dapat ditingkatkan. Setelah enam bulan, jika frekuensi obat tidak dapat diturunkan, atau jika dalam 12 bulan pengobatan tidak dapat dihentikan sepenuhnya, maka pengobatan dinyatakan gagal.[3]

Terapi pulsasi adalah metode alternatif dalam pemberian obat-obat di atas, dengan menggunakan dosis yang lebih tinggi dalam periode singkat, untuk mengurangi peradangan dalam arteri. Metilprednisolon, steroid, sering dipakai untuk terapi pulsasi; siklofosfamid juga menjadi alternatif. Metode ini telah menunjukkan keberhasilannya pada beberapa pasien.[11] Terapi pulsasi imunosupresan, seperti siklofosfamid, juga menunjukkan pemulihan gejala pada arteritis.[12]

Referensi sunting

  1. ^ "Arteritis" di Kamus Medis Dorland
  2. ^ a b c Hollier, L. H. (1 January 1989). "Arteritis". Perspectives in Vascular Surgery and Endovascular Therapy. 2 (1): 1–8. doi:10.1177/153100358900200101. 
  3. ^ a b c d e f Gail S. Kerr, Claire W. Hallahan, Joseph Giordano, Randi Y. Leavitt, Anthony S. Fauci, Menachem Rottem, Gary S. Hoffman; Takayasu Arteritis. Annals of Internal Medicine. 1994 Jun;120(11):919-929.
  4. ^ a b c d e f Wen, Dan; Du, Xin; Ma, Chang-Sheng (1 December 2012). "Takayasu Arteritis: Diagnosis, Treatment and Prognosis". International Reviews of Immunology. 31 (6): 462–473. doi:10.3109/08830185.2012.740105. PMID 23215768. 
  5. ^ a b c d Stevens & Lowe: Pathology. At Fleshandbones.com
  6. ^ a b eMedicine Specialties > Temporal Arteritis Author: Christopher H Lee, MD. Coauthor(s): Jean Marie Hammel, MD. Updated: Sep 8, 2009
  7. ^ Nagi-Miura, N; Harada, T; Shinohara, H; et al. (June 2006). "Lethal and severe coronary arteritis in DBA/2 mice induced by fungal pathogen, CAWS, Candida albicans water-soluble fraction". Atherosclerosis. 186 (2): 310–320. doi:10.1016/j.atherosclerosis.2005.08.014. PMID 16157343. 
  8. ^ a b Kerr, Gail S.; Claire W. Hallahan; Joseph Giordano; Randi Y. Leavitt; Anthony S. Fauci; Menachem Rottem; Gary S. Hoffman (June 1994). "Takayasu Arteritis. Annals of Internal Medicine". 120 (11): 919–929. 
  9. ^ Kerr, Gail S; Claire W. Hallahan; Joseph Giordano; Randi Y. Leavitt; Anthony S. Fauci; Menachem Rottem; Gary S. Hoffman (June 1994). "Takayasu Arteritis. Annals of Internal Medicine". 120 (11): 919–929. 
  10. ^ a b c d e f Chen, Chun-Hsiung; Kung, Shih-Ya; Tsai, Ying-Yang; Liao, Hsien-Tzung; Chou, Chung-Tei; Huang, De-Feng (2005). "Temporal Arteritis". Journal of the Chinese Medical Association. 68 (7): 333–335. doi:10.1016/S1726-4901(09)70170-4. PMID 16038374. 
  11. ^ Chevalet, P; Barrier, J. H.; Pottier, P; Magadur-Joly, G; Pottier, M. A.; Hamidou, M; Planchon, B; El Kouri, D; Connan, L; Dupond, J. L.; De Wazieres, B; Dien, G; Duhamel, E; Grosbois, B; Jego, P; Le Strat, A; Capdeville, J; Letellier, P; Agron, L (2000). "A randomized, multicenter, controlled trial using intravenous pulses of methylprednisolone in the initial treatment of simple forms of giant cell arteritis: A one year follow-up study of 164 patients". The Journal of Rheumatology. 27 (6): 1484–91. PMID 10852275. 
  12. ^ Bose, P. (29 November 2012). "TAKAYASU ARTERITIS". Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry. 83 (Suppl 2): A1–A1. doi:10.1136/jnnp-2012-304200a.2. 

Pranala luar sunting

Klasifikasi