Angkor Thom

bangunan kuil di Kamboja

Angkor Thom (Bahasa Khmer: អង្គរធំ; secara harfiah: "Kota Besar"), adalah reruntuhan kompleks ibu kota kerajaan Khmer kuno di Kamboja. Angkor Thom melingkupi bagian tengah kompleks kota kuno Angkor. Ibu kota ini didirikan oleh raja Jayawarman VII dan mencakup kawasan seluas 9 km². Di kawasan ini terdapat beberapa monumen dari masa sebelumnya. Reruntuhan di dalam kompleks kota ini antara lain berbagai candi-candi dan istana-istana, serta terdapat arca-arca yang besar. Pada pusat kota ini berdiri candi Bayon, candi Lokeswara, sementara situs-situs arkeologi penting lainnya berhimpun di sekitar lapangan kejayaan, semacan alun-alun tepat di sebelah utara candi Bayon.

Gerbang Selatan Angkor Thom

Angkor Thom didirikan sebagai ibu kota kerajaan Jayawarman VII, dan menjadi pusat kegiatan pembangunan monumental. Satu prasasti yang ditemukan di dalam kota ini mengibaratkan Jayawarman sebagai mempelai pria, sementara kota ini sebagai pengantinnya.[1]

Angkor Thom bukanlah ibu kota pertama Khmer di kawasan ini. Kota sebelumnya Yasodharapura, yang dibangun tiga abad lebih awal, berpusat beberapa kilometer barat laut dari Angkor Thom. Pada perkembangannya Angkor Thom menyerap dan mencakup bagian kota ini. Beberapa candi dari masa awal di dalam kota ini adalah Baphuon dan Phimeanakas, yang kemudian masuk ke dalam kompleks istana kerajaan. Khmer tidak membedakan secara jelas antara Angkor Thom dan Yashodharapura: bahkan pada prasasti abad ke-14 Masehi kota ini masih disebut dengan nama Yasodharapura.[2] Nama Angkor Thom — kota besar — mulai digunakan pada abad ke-16 Masehi.

Ukiran wajah pada Prasat Bayon

Candi terakhir yang dibangun di kota ini adalah Mangalartha, yang diresmikan pada 1295. Bangunan yang ada terus dimodifikasi pada tahun-tahun berikutnya, akan tetapi banyak bangunan dibangun dari kayu dan telah lama lapuk dan musnah. Pada abad-abad berikutnya Angkor Thom tetap menjadi ibu kota kerajaan Khmer hingga akhirnya ditinggalkan penghuninya sebelum tahun 1609. Diperkirakan pada masa kejayaannya kota ini menampung penghuni sebanyak 80.000–150.000 orang.

Langgam sunting

Bangunan-bangunan dalam kota Angkor Thom dibangun dalam langgam (gaya arsitektur) Bayon. Langgam ini memiliki ciri bangunan berskala besar, banyak menggunakan batu laterit, dan pembangunan menara yang berukir wajah-wajah berukuran besar di setiap gerbang masuk kota. Pada jembatan di depan gerbang kota terdapat ukiran ular naga yang ditarik barisan dewa dan asura.

Situs sunting

 
Peta pusat Angkor Thom
 
Teras Gajah

Kota ini terletak di tepian barat sungai Siem Reap yang bermuara ke danau Tonle Sap, sekitar seperempat mil dari sungai. Gerbang selatan Angkor Thom terletak 7.2 km di utara Siem Reap, dan 1.7 km sebelah utara dari pintu masuk Angkor Wat. Tembok kota berukuran tinggi 8 m dan dikelilingi parit, masing-masing sisinya sepanjang 3 km, menelilingi kawasan kota seluas 9 km². Tembok kota terbuat dari batu laterit yang ditopang tanah, dengan parapet di atasnya. Terdapat gerbang di setiap penjuru mata angin yang semuanya menuju candi Bayon yang terletak tepat di tengah kawasan kota. Candi Bayon sendiri tidak memiliki tembok atau parit sendiri, maka seluruh kota Angkor Thom ditafsirkan ahli arkeologi sebagai perwujudan gunung dan samudra yang mengelilingi candi Bayon yang diibaratkan sebagai Gunung Meru yang menjulang di pusat jagat.[3]:81 Satu gerbang lain—Gerbang Kejayaan—terletak 500 m meter di utara gerbang timur; Jalan Kejayaan melintas paralel dengan jalan timur menuju alun-alun kejayaan dan istana kerajaan di sebelah utara candi Bayon.

Wajah-wajah yang terukir pada menara setinggi 23 m pada gerbang kota, meniru gaya candi Bayon yang menaranya juga menampilkan wajah-wajah berukuran besar. Wajah-wajah ini hingga kini masih menimbulkan pertanyaan dan banyak penafsiran. Wajah-wajah ini mungkin menggambarkan wajah sang raja sendiri (Jayavarman VII), bodhisatwa Awalokiteswara, para dewata penjaga empat penjuru mata angin kerajaan, atau kombinasi dari semuanya. Jalan masuk membentang membelah parit di depan masing-masing gerbang kota. Pada jalan atau jembatan ini pada dua tepiannya terdapat barisan dewa pada sisi kiri dan raksasa (asura) pada sisi kanan yang tengah menarik tubuh ular naga yang besar bagaikan tengah berlomba tarik tambang. Hal ini menampilkan mitologi Hindu yang populer di Angkor, yaitu Samudramantana atau "pengadukan samudra susu". Candi gunung Bayon, atau gerbang kota mungkin dimaksudkan sebagai titik pusaran tempat pengadukan samudra susu tersebut.[3]:82 Ukiran ular naga melambangkan peralihan dari alam manusia memasuki alam para dewa (Bayon), sekaligus sebagai figur penjaga.[4] Gerbang pintu masuk kota berukuran lebar 3.5 dan tinggi 7 m, dan aslinya dilengkapi daun pintu yang besar dan terbuat dari kayu.[3]:82 Kini gerbang selatan adalah gerbang yang paling banyak dikunjungi, sebagai gerbang utama turis memasuki kota kuno Angkor Thom.

Di masing-masing sudut kota terdapat menara candi Prasat Chrung berbahan batu pasir dan dipersembahkan untuk Awalokiteshwara. Bentuk denahnya seperti salib pada menara utama dan menghadap timur.

Di dalam kota terdapat sistem kanal di mana air mengalir dari timur laut menuju barat daya. Tanah luas di dalam kawasan kota yang dikelilingi tembok pastinya pada zaman dahulu dipenuhi bangunan-bangunan sekuler kota seperti perumahan dan bangunan lainnya. Namun kerana terbuat dari bahan yang mudah lapuk seperti kayu, maka tak ada yang tersisa dan telah musnah ditelan zaman. Kini lahan ini dipenuhi hutan.

Catatan kaki sunting

  1. ^ Higham, 121
  2. ^ Higham 138
  3. ^ a b c Glaize, Maurice. 2003. English translation of the 1993 French fourth edition. The Monuments of the Angkor Group. Retrieved 14 July 2005.
  4. ^ Freeman, Michael and Claude Jacques. 1999. Ancient Angkor. River Books. ISBN 0-8348-0426-3.