Ambiguitas atau ketaksaan[1] adalah satuan gramatikal dalam bentuk frasa atau kalimat yang bermakna ganda atau mendua arti yang terjadi sebagai akibat dari penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Dalam bahasa lisan penafsiran ganda ini tidak akan terjadi karena struktur gramatikal yang diucapkan akan dibantu oleh unsur intonasi.[2] Kata ambiguitas ini diserap dari bahasa Inggris yakni ambiguity yang berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti.[3]

Ilustrasi Caterpillar karya Sir John Tenniel untuk Alice's Adventures in Wonderland karya Lewis Carroll terkenal karena figur utamanya yang ambigu. Kepalanya bisa berbentuk wajah pria dengan hidung mancung dan dagu runcing atau bahkan kepala ulat.[4]

Penyebab sunting

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ambiguitas pada satuan gramatikal.

  • Tidak hadirnya konjungsi atau preposisi.[5]
  • Urutan unsur-unsurnya menyimpang dari urutan yang sudah lazim.[5]
  • Intonasi yang berbeda.[5]
  • Penggunaan kata yang bersifat polisemi.[6]
  • Struktur kalimat yang kurang tepat.[6]

Ciri sunting

Satuan gramatikal yng mengalami ambiguitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Kata yang digunakan dalam menyusun satuan gramatik memiliki makna ganda atau lebih dari satu makna.
  • Satuan gramatikal yang disusun sulit dimaknai atau membuat bingung pembaca karena tidak mudah dipahami.
  • Menimbulkan keraguan atau dapat mengakibatkan kesalahpahaman bagi pembaca yang berusaha memahaminya.[7]

Jenis sunting

Berdasarkan satuan gramatikal pembentuknya, ambiguitas dibagi menjadi tiga dengan rincian sebagai berikut.

  • Ambiguitas fonetik terjadi karena berbaurnya bunyi-bunyi bahasa yang dapat dilafalkan. Jenis ini terbentuk ketika suatu kata atau kalimat dilafalkan terlalu cepat sehingga mengakibatkan makna yang kurang meyakinkan. Ambiguitas fonetik terjadi saat adanya persamaan bunyi kata ketika terucap.[6]
  • Ambiguitas gramatikal terjadi saat proses pembentukan di tingkat morfologi (morfem dan kata) dan sintaksis (frasa, klausa, kalimat). Pada tatanan morfologi, ambiguitas mengakibatkan perubahan makna. Sedangkan di tataran sintaksis, ambiguitas muncul pada frasa, klausa, dan kalimat yang memiliki tafsiran lebih dari satu pengertian ketika mengkombinasikannya.[8]
  • Ambiguitas leksikal meliputi polivalensi, ketidakjelasan batas makna suatu kata, dan penggunaan gaya bahasa. Ambiguitas ini menyebabkan makna dari teks utuh dapat berbeda tergantung pada konteks kalimat. Ambiguitas leksikal sering digunakan sengaja untuk membuat permainan kata yang bisa dilihat dari dua sisi yaitu polisemi dan homonim.[8]

Contoh sunting

Contoh pemaknaan ambiguitas dijelaskan sebagai berikut.

  • Dikutip dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 22 Agus-tus 2007 dengan judul berita: "Nyawa Kedua Flu Burung". Judul tersebut dapat memiliki banyak arti seperti:
    • Arti 1: Flu burung memiliki dua nyawa.
    • Arti 2: Flu burung telah merenggut nyawa orang yang kedua. (telah ada korban kedua)[2]
  • Diambil dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 26 No-vember 2007 dengan judul berita: "Anak Dipukuli Konglomerat Balas Dendam".
    • Arti 1: Anak konglomerat yang dipukuli lalu orang tuanya balas dendam.
    • Arti 2: Seorang anak biasa dipukuli oleh konglomerat dan kerabatnya balas dendam kepada konglomerat.[2]
  • Diambil dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 19 Juni 2007 dengan judul berita: "Petugas Periksa KTP Diamankan".
    • Arti 1: Petugas yang bertugas memeriksa KTP yang diamankan.
    • Arti 2: Petugas pemeriksa itu KTP-nya diamankan (disita).[2]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Arti kata ketaksaan". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 02 Oktober 2022. 
  2. ^ a b c d Nugraheni, Aninditya Sri (2019). Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis Pembelajaran Aktif. Jakarta: Prenada Media. hlm. 65. ISBN 978-602-422-807-1. 
  3. ^ Sendari, Anugerah Ayu (2020-12-30). Fahrudin, Nanang, ed. "Ambigu adalah Tata Bahasa dengan Beragam Makna, Ketahui Jenis-Jenisnya". Liputan6.com. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  4. ^ Carroll, Lewis. (1966). The Nursery "Alice". Dover Publications: Amerika Serikat. Hlm. 27.
  5. ^ a b c Tantawi, Isma (2019). Bahasa Akademik Indonesia: Strategi Meneliti dan Menulis. Jakarta: Prenada Media. hlm. 18. ISBN 978-623-218-162-5. 
  6. ^ a b c Trismanto (2018). "Ambiguitas dalam Bahasa Indonesia". Bangun Rekaprima. 4 (1): 43. ISSN 2541-3899. 
  7. ^ Hardiansyah, Ridwan (2021-07-19). "Apa Itu Kalimat Ambigu dan Ciri-ciri Kalimat Ambigu". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  8. ^ a b Azizah, Kurnia (2021-09-04). Azizah, Kurnia, ed. "Ambigu Adalah Kondisi Bermakna Lebih dari Satu, Pahami Contoh dan Jenisnya". Merdeka.com. Diakses tanggal 2021-12-03. 

Pranala luar sunting