Negara Pasundan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 36:
Saat Letnan Gubernur Jenderal Van Mook melakukan tahap-tahap awal pembentukan Indonesia Serikat, eks [[Bupati Garut]] [[Soeria Kartalegawa]] yang feodal, dan tidak bersimpatik pada pergerakan nasional, mendirikan [[Partai Rakyat Pasundan]] (PRP) di Bogor, atas ide eks Perwira [[KNIL]], Kolonel Santoso, penasehat politik [[Van Mook]]. Pelaksanaannya dibantu oleh intel militer Belanda, [[NEVIS]].
Namun karena reputasi Kartalegawa sangat buruk, Van der Plas bahkan menjulukinya ''fraudeur'' alias koruptor, sehingga bukan dia yang menjadi ketuanya, melainkan Raden Sadikin, pegawai pusat distribusi pangan milik Belanda di Bandung Utara. Sebagai sekretaris dan bendahara, ditunjuk dua orang yang sebelum perang menjadi sopir, dan di Era Pendudukan Jepang menjadi mandor kebun. Keanggotaan dilakukan dengan ‘paksaan halus’.
Kartalegawa berusaha mewujudkan Negara Pasundan yang merdeka dari Indonesia. Usaha ini didukung Residen Belanda di Bandung, [[M. Klaassen]], yang menulis sebuah laporan, tertanggal [[27 Desember]] [[1946]]. Residen Preanger itu menulis dalam laporannya, bahwa sejak berabad-abad lamanya, terjadi persaingan etnis Sunda-Jawa, akibat perbedaan adat, tradisi, dan mentalitas. Indonesia selalu dipimpin oleh etnis Jawa, maka PRP dipandang sebagai suatu gerakan rakyat yang spontan.
|