Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan upacara besar-besaran dengan Sultan Mansur Syah, putra dari Sultan Pariaman, Minangkabau yang bernama Sultan Sri Alam. Secara hubungan darah, leluhur Sultan Sri Alam juga masih memiliki hubungan darah dengan leluhur istrinya. Yakni lewat silsilah abang dari Sultan Abdul-Jalil, [[dimana]] Abdul-Jalil adalah putra dari [[Sultan Alauddin al-Qahhar|Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar]], [[Sultan Aceh]] ke-3.<ref name="Iskandar"/>
Sebagai seorang putra Minangkabau yang menjalankan adat matrilineal, sang ayah yang bukan putra mahkota kerajaan Pariaman, memilih keluar dari Pariaman setelah menikah dengan putri dari Sultan Aceh. Ia mengikuti istrinya menetap di Kutaraja, Aceh. Di Kesultanan Aceh, ia mendapatkan posisi sebagai salah seorang pembesar kerajaan. Dari perkawinannya ini lahirlah beberapa anak, salah satu diantaranya adalah Darma Wangsa Perkasa Alam dengan gelar Sultan Iskandar Muda.
Karena bukan berasal dari keturunan laki-laki dari Sultan Aceh (melainkan dari jalur anak perempuannya), serta dianggap berdarah non Aceh, maka secara adat patrilineal Aceh dan agama Islam, Darma Wangsa Perkasa Alam tidak mendapatkan posisi untuk menjadi penerus kerajaan. Konon secara kemampuan, ia jauh lebih menonjol dibandingkan dengan putra mahkota maupun para pangeran lainnya. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan dari keluarga besarnya.
Setelah Sultan Aceh wafat karena sakit, putra mahkota menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan Aceh. Kesempatan ini digunakannya untuk menyingkirkan Darma Wangsa Perkasa Alam. Ia dijadikan buronan pihak istana dan dikejar hendak dibunuh. Ia berhasil melarikan diri dari Kutaraja dan menyingkir ke Pidie. Di sana ia dilindungi oleh pamannya, seorang bangsawan Pidie keturunan Minangkabau yang masih memiliki hubungan darah dengan ayahnya maupun dengan ibunya. Di Pidie ia belajar ilmu kemiliteran dan pemerintahan di bawah bimbingan sang paman. Hal ini semakin mematangkan jiwa dan kemampuannya.
Dalam suatu kesempatan terjadi kerusuhan di Kutaraja akibat interik para bangsawan internal kesultanan. Darma Wangsa Perkasa Alam berhasil merebut kekuasaan dengan kemampuannya. Meski begitu, ia tidak serta merta menobatkan dirinya sebagai penguasa baru. Karena ia tahu posisinya dalam garis keturunan raja. Namun oleh para pembesar kerajaan yang bersimpati kepadanya dan juga oleh rakyat di Kutaraja, ia diberikan hak untuk memimpin Aceh. Ia dinobatkan sebagai Sultan pada tahun 1607 dan diberi gelar Sultan Iskandar Muda.
=== Pernikahan ===
|