Zaid bin Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 17 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q144287
Ghazali8787 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Setelah meninggalnya, sebagian pihak merasa bahwa ia merupakan pengganti yang berhak atas keimaman dari ayahnya, ketimbang saudara tirinya, [[Muhammad al-Baqir]]. Mereka yang percaya akan keimamannya kemudian mendirikan sekte tersediri dari [[Syi'ah]] yaitu [[Zaidiyah]].
 
Sumber-sumber sejarah dan kitab-kitab klasik yang membahas tentang aliran-aliran Islam menjelaskan bahwa sebenarnya sejarah kemunculan Zaidiyah ditandai ketika Imam Zaid melancarkan revolusi melawan pemerintahan Bani Umayyah, yang didukung oleh lima belas ribu pasukan berasal dari penduduk Kufah di Iraq. Maka ia dan bala tentaranya meninggalkan kota Kufah menuju tempat kekuasaan gubernur (Yusuf bin Umar at-Thsaqafi) yang merupakan agen kepala negara ketika itu (Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan) yang berkuasa dari tahun 105 sampai tahun 125 Hijriyah.
 
Tatkala kedua pasukan tersebut bertemu dan saling berhadap-hadapan, dan sebelum kedua pasukan tersebut memulai peperangan, pasukan imam Zaid yang berasal dari penduduk Kufah berkata kepada Imam Zaid: "Kami akan menyokong perjuangamu, namun sebelumnya kami ingin tahu terlebih dahulu sikapmu terhadap Abu Bakar Siddiq dan Umar bin Khattab di mana kedua-duanya telah menzalimi kakekmu Imam Ali bin Abi Thalib". Imam Zaid menjawab: "bagi saya mereka berdua adalah orang yang baik, dan saya tak pernah mendengar ucapan dari ayahku Imam Zainal Abidin tentang perihal keduanya kecuali kebaikan.
 
Setelah mendengar sikap dan jawaban Imam Zaid, para tentara Kufah meninggalkan Imam Zaid. Dan Imam Zaid berkata kepada mereka: "kalian telah menolak saya, kalian telah menolak saya". Semenjak hari itu tentara tersebut dikenal dengan nama (Rafidhah) . Mereka inilah yang di kemudian hari dikenal dengan nama golongan Syi’ah Imamiyah al-Itsna ‘Asyariyah.
 
Peristiwa inilah yang menjadi akar sejarah penggunaan istilah (Rafidhah) bagi golongan syi’ah Imamiyah, yang di tandai dengan penolakan dukungan perang mereka bersama Imam Zaid untuk menghadapi gubernur Iraq ketika itu (Yusuf bin Umar at-Tsaqafi). Sejarah ini dicatat oleh salah satu sejarawan dan ulama Zaidiyah yang bernama Nasywan al-Himyari (w 573H). Dan dia menegaskan bahwa Penamaan Rafidha bagi golongan syi’ah, disebabkan oleh penolakan mereka membantu imam Zaid untuk berpeperang melawan Bani Umayyah. Yaitu, ketika mereka menanyakan sikap Imam Zaid terhadap Abu Bakar dan Umar. Dan ternyata Imam Zaid memberikan tanggapan yang positif terhadap kedua khalifah tersebut) .
<ref>DR Kamaludin Nurdin Marjuni : Syiah dan Rafidah* http://fitnusa.blogspot.co.uk/2011/02/syiah-dan-rafidah.html</ref>
{{islam-bio-stub}}