Hamengkubuwana II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Taufik AP (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Relly Komaruzaman
Sastrosiswa (bicara | kontrib)
Tambahan info
Baris 1:
[[File:Hamengkubuwono II.jpg|thumb|Sultan Hamengkubuwana II]]
'''Sri Sultan Hamengkubuwana II''' ({{lahirmati||7|3|1750||3|1|1828}}) adalah raja [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memerintah selama tiga periode, yaitu [[1792]] - [[1810]], [[1811]] - [[1812]], dan [[1826]] - [[1828]].<ref>[[Daendels]] menurunkan HBII dan mengangkat anaknya menjadi [[Hamengkubuwana III]]</ref> Pada pemerintahan yang kedua dan ketiga ia dikenal dengan julukan '''[[Sultan]] Sepuh'''.<ref>[[M.C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]] (1981) ''A history of modern Indonesia since c.1300 to the present'' Basingstoke: Palgrave. . ISBN 0-333-24380-3 (pbk.) hlm. 101 mengenai tanggal berkuasa kembali</ref>
 
== Riwayat Masa Muda ==
Nama aslinya adalah '''Gusti''' '''Raden Mas SundoroSundara''', putra kelima Sultan [[Hamengkubuwana I]], dari permaisuri '''Gusti Kangjeng Ratu Hageng'''. Ia dilahirkan tanggal [[7 Maret]] [[1750]] saat ayahnya masih menjadibernama [[Pangeran Mangkubumi]] dan melakukan pemberontakan terhadap [[Surakarta]] dan [[VOC]]. Ketika kedaulatan [[Hamengkubuwana I]] mendapat pengakuan dalam [[perjanjian Giyanti]] tahun [[1755]], Mas SundoroSundara juga ikut diakui sebagai [[Adipati Anom|adipati anom]].
 
Pada tahun [[1774]] (atau [[tahun Jawa]] [[1700]]), terjadi kegelisahan di kalangan [[Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Kasunanan Surakarta]] akibat [[mitos akhir abad]], bahwa akan ada sebuah kerajaan yang runtuh. Dalam kesempatan itu, Mas SundoroSundara menulis kitab ''Serat Suryaraja'' yang berisi ramalan bahwa [[mitos akhir abad]] akan gugur karena [[Surakarta]] dan [[Yogyakarta]] akan bersatu di bawah pemerintahannya. Naskah tersebut sampai saat ini dikeramatkan sebagai salah satu pusaka [[Keraton Yogyakarta]], dengan nama ''Kangjeng Kyai Suryaraja''.
 
== Pemerintahan Periode Pertama ==
Mas SundoroSundara naik takhtatahta di [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]] sebagai Hamengkubuwana II pada bulan [[Maret]] [[1792]]. Ia merupakan raja yang penuh dengan cita-cita. ParaPada pejabat19 seniorAgustus yang1799, tidakPatih sesuaiDanureja denganI, kebijakanpatih politiknyapertama segeradan dipensiunkanorang terdekat dari ayahnya dan digantiSultan pejabatHamengkubuwana baru.II Misalnyasendiri, Patihmeninggal, Danurejadigantikan Icucunya, digantiRaden denganTumenggung cucunyaMertanegara, yang bergelar Danureja II. Keputusan ini kelak justrumerugikan merugikannyaSultan sendiri, karena Danureja II setialebih kepadabanyak membela [[Belanda]] daripada rajanya, berbedasehingga dengansempat rajanyamembuat Sultan marah dan memecatnya.
 
Hamengkubuwana II sendiri sejak awal bersikap anti terhadap [[Belanda]]. Ia bahkan mengetahui kalau [[VOC]] sedang dalam keadaan bangkrut dan bobrok. Organisasi ini akhirnya dibubarkan oleh pemerintah negeri [[Belanda]] akhir tahun [[1799]].
 
Sejak tahun [[1808]] yang menjadi [[gubernur jenderal Hindia Belanda]] (pengganti [[gubernur jenderal VOC]] adalah [[Herman Daendels]] yang anti feodalisme. Ia menerapkan aturan baru tentang sikap yang seharusnya dilakukan raja-raja [[Jawa]] terhadap ''minister'' (istilah baru untuk ''residen'' ciptaan Daendels). Hamengkubuwana IISultan menolak mentah-mentah peraturan ini karena dianggap merendahkan derajatnya, sedangkan [[Pakubuwana IV]] menerima dengan taktik tersembunyi, yaitu harapan bahwa [[Belanda]] akan membantu [[Surakarta]] menaklukkan [[Yogyakarta]].
 
Hamengkubuwana II juga bersitegang dengan Patih Danureja II yang dekat dengan [[Belanda]]. Ia memecat Danureja II dan menggantinya dengan Pangeran Natadiningrat, putra Pangeran Natakusuma (saudaraadik Hamengkubuwana II). Kemudian Hamengkubuwana II juga merestui pemberontakan besanyamenantunya, yaitu Raden Rangga Prawiradirjo IIII, ''bupati wedana'' [[Madiun]] yang menentang penjajahanpemanggilan [[Belanda]].dirinya Puterake KPRBogor Prawirodirjoakibat I,kasus Radenkerusuhan Ronggodi PrawirosentikoNgebel Bupatidan ToenggoelSekedok, menikahberkaitan dengan puteripemaksaan Hamengkupenyerahan Buwonohak IIpengelolaan darihutan isterikesultanan ampeyannyaoleh BMA[[Herman Yati.RadenWillem Rangga Prawirodirjo I adalah juga paman Hamengku Buwono II. Ibu Hamengku Buwono II Kanjeng Ratu Tegalraya adalah adik KPR Prawirodirjo bapak mereka adalah Kyai Ageng Derpayuda.(Genealogy Keraton Yogya)Daendels|Daendels]].
 
[[Belanda]] berhasilakhirnya menumpas gerakan Raden Rangga dandengan melimpahkanpasukan bebangabungan tanggungantara jawabBelanda, misalnyaSurakarta, biayadan perang,Yogyakarta. kepadaDaendels semakin mencurigai peran Hamengkubuwana II di balik gerakan Raden Rangga, apalagi dari surat yang diambil sebagai barang bukti dari jasad Raden Rangga, terdapat cap berlogo kesultanan. Hal ini menyebabkan keributan antara kedua pihak. Sultan terang saja menolak tuduhan itu, karena cap kesultanan sehari-hari berada di kantor patih. Pada bulan [[Desember]] [[1810]], [[Herman Daendels]] menyerbu [[Yogyakarta]], menurunkan Hamengkubuwana II, dan menggantinya dengan putranya, GRM Suraja, sebagai Sultan [[Hamengkubuwana III]], menangkap Pangeran Natakusuma dan Natadiningrat, serta mengembalikan kedudukan Patih Danureja II.
 
== Pemerintahan Periode Kedua ==
Pada tahun [[1811]] pemerintahan [[Belanda]] atas [[Jawa]] dan [[Nusantara]] direbut oleh [[Inggris]]. Hal ini dimanfaatkan Hamengkubuwana II untuk kembali menjadi raja, dan menurunkan [[Hamengkubuwana III]] sebagai [[putra mahkota]] kembali. Tak hanya itu, Sultan juga berinisiatif menyingkirkan Danureja II yang dianggap sebagai biang keladi masalah yang dihadapi Sultan dengan Daendels. [[September]] [[1811]], Danureja II dibunuh di depan Sitihinggil atas perintah Sultan ketika hendak menghadiri rapat di keraton.
 
Sikap Hamengkubuwana II terhadap [[Inggris]] sama buruknya dengan terhadap [[Belanda]]. BahkanTerutama pada putranya, iaMas beraniSuraja, bertengkarsikap denganSultan bisa dibilang amat keras, mengingat putranya tersebut dianggap turut berperan dalam menyingkirkan dirinya dari singgasana kesultanan tahun 1810. Pembersihan besar-besaran yang dilakukan Sultan setelahnya, bahkan nyaris mengancam keselamatan jiwa sang putra mahkota. Dengan Inggris, tercatat nyaris terjadi pertumpahan darah antara utusan [[Thomas Stamford Bingley Raffles|Raffles]] dengan kerabat keraton di depan Sultan, hanya akibat kursi untuk Raffles diletakkan lebih rendah dari singgasana Sultan, sewaktu letnan gubernur [[Inggris]] tersebut hendak mengunjungi [[Yogyakarta]] bulan [[Desember]] [[1811]].
 
[[Pakubuwana IV]] di [[Surakarta]] pura-pura mendukung Hamengkubuwana II agar berani memerangi [[Inggris]]. Surat-menyurat antara kedua raja ini terbongkar oleh [[Inggris]]. Maka, pada bulantanggal [[19 Juni]] [[1812]], pasukan [[Inggris]] yang dibantu [[Mangkunegaran]] menyerbu [[Yogyakarta]]. Terjadi perang besar yang berakhir dengan kekalahan kesultanan. Hamengkubuwana II ditangkap dan dibuang ke [[pulau Penang]], sedangkan [[Pakubuwana IV]] dirampas sebagian wilayahnya.
 
[[Hamengkubuwana III]] kembali diangkat sebagai raja [[Yogyakarta]]. Pangeran Natakusuma yang mendukung [[Inggris]], oleh [[Thomas Raffles]] diangkat sebagai [[Paku Alam I|Pakualam I]] dan mendapat wilayah berdaulat bernama [[Pakualaman]].
 
== Pemerintahan Periode Ketiga ==
Pada tahun [[1825]] terjadi pemberontakan [[Pangeran Diponegoro]] (putra [[Hamengkubuwana III]]) terhadap [[Belanda]] (yang kembali berkuasa sejak tahun [[1816]]). Saat itu raja yang bertakhtabertahta di [[Yogyakarta]] adalah [[Hamengkubuwana V]], dimana ia bertahta menggantikan ayahnya tahun [[1823]] pada umur 3 tahun.
 
Pemberontakan [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]] sangat mendapat dukungan dari rakyat. Pemerintah [[Hindia Belanda]] mencoba mengambil simpati rakyat dengan mendatangkan Hamengkubuwana II yang dulu dibuang [[Inggris]]. Hamengkubuwana II kembali bertakhtabertahta tahunpada [[18 Agustus]] [[1826]], sedangkan [[Hamengkubuwana V]] diturunkan''agak'' disingkirkan oleh [[Belanda]]. NamunKedatangan usahaSultan inisebagai tidakpenguasa membuahkanYogyakarta terbukti sedikit banyak melemahkan kekuatan Diponegoro, mengingat kepopulerannya semasa masih menjabat sebelum dibuang ke Penang tahun hasil1812. RakyatDalam tetapmasa sajaitu, menganggapSultan [[Pangeranberusaha keras guna menertibkan keadaan dan mengembalikan keamanan di wilayahnya, meskipun dihimpit dengan tuntutan-tuntutan Belanda dalam rangka memadamkan Perang Diponegoro]]. Beberapa tokoh penting keraton berhasil dibujuk pulang ke Yogyakarta, namun demikian, Sultan sendiri tidak pernah berniat serius untuk membujuk Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi, putranya, untuk menghentikan perlawanan. Belanda mencurigai tindakan Sultan ini sebagai rajadukungan merekaterselubung terhadap perlawanan Diponegoro.
 
Sultan Hamengkubuwana II yang sudah tua (dan dipanggil sebagai Sultan''Sinuhun Sepuh''), akhirnya meninggal duniamangkat pada tanggal [[3 Januari]] [[1828]] setelah menderita sakit radang tenggorokan dan akibat usia tua. Pemerintahan kembali dipegang oleh cicitnya, yaitu [[Hamengkubuwana V]].
 
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Raja Kesultanan Yogyakarta]]|pendahulu=[[HamengkubuwonoHamengkubuwana I]]|pengganti = [[HamengkubuwonoHamengkubuwana III]]|tahun = 1792-1810}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Raja Kesultanan Yogyakarta]]|pendahulu=[[HamengkubuwonoHamengkubuwana III]]|pengganti = [[HamengkubuwonoHamengkubuwana III]]|tahun = 1811-1812}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Raja Kesultanan Yogyakarta]]|pendahulu=[[HamengkubuwonoHamengkubuwana V]]|pengganti = [[HamengkubuwonoHamengkubuwana V]]|tahun = 1826-1828}}
{{kotak selesai}}
 
 
== Referensi ==
* Marihandono, Djoko, dan Harto Juwono. 2008. ''Sultan Hamengku Buwono II Pembela Tradisi dan Kekuasaan Jawa''. Yogyakarta: Banjar Aji
* Soekanto, Dr.,. 1952. ''Sekitar Jogjakarta,''. Djakarta:Mahabarata-Amsterdam, 1952Mahabarata
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Hamengkubuwono II, Sultan}}