Bandar Udara Internasional Adisutjipto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rere Rayendra (bicara | kontrib)
Tambahkan sejarah bandara
Baris 11:
|IATA = JOG
|ICAO = WAHH (sebelumnya:WARJ & WIIJ)
|type = Publik/Militer
|owner =
|operator = [[Angkasa Pura|PT Angkasa Pura I]]
Baris 45:
'''Bandar Udara Internasional Adisucipto''' (atau '''Adisutjipto''') {{Airport codes|JOG|WAHH}} adalah [[bandar udara]] utama yang melayani daerah [[Yogyakarta (kota)|Yogyakarta]] di [[Jawa]], [[Indonesia]].
 
== Sejarah ==
Bandar udara ini dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada [[Maguwoharjo, Depok, Sleman|Maguwoharjo]]. Penggantian nama dilakukan setelah pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh Marsekal Muda Anumerta [[Agustinus Adisucipto|Agustinus Adisutjipto]] ditembak jatuh oleh pesawat [[Belanda]] tanggal [[29 Juli]] [[1947]]. Semula merupakan lapangan udara [[militer]], namun penggunaannya diperluas untuk kepentingan sipil. Hingga sekarang masih terdapat bagian yang merupakan daerah tertutup (terbatas untuk kegiatan militer). Bandar udara ini juga merupakan bandar udara pendidikan [[Akademi Angkatan Udara]] dari [[TNI Angkatan Udara]]. Juga Skadron Pendidikan 101 ([[FFA AS-202-18A]], [[T-41D]]) dan Skadron Pendidikan 102 ([[T-34C]], [[KAI KT-1]]).
Bandar Udara Adisutjipto dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo. Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.
 
Pada tahun 1942 kota Jogjakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk  mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang
Luas bandara: 88,690 m², dengan dua landasan pacu.
di pimpin oleh Agustinus Adisutjipto.
 
Pada
Sampai akhir tahun 2004, diperkirakan sudah lebih dari 2 juta penumpang setiap tahun yang dilayani.
<nowiki> </nowiki>tanggal 29 Juli1947 pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto ditembak jatuh oleh pesawat Belanda. Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952. Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto.
 
Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun  1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya dirubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa Pura I.
 
== Penerbangan internasional ==
Baris 90 ⟶ 95:
 
==Referensi==
# http://adisutjipto-airport.co.id/sejarah
{{reflist}}
 
== Lihat PulaJuga ==
* [[Otoritas Bandar Udara Wilayah III - Surabaya]]
* [[Bandar Udara Nyi Ageng Serang]]