Brunei Darussalam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal [[abad ke-7]] atau [[Abad ke-8|ke-8]]. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi [[Sabah]], Brunei dan [[Sarawak]] yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan Kerajaan [[Sriwijaya]] yang berpusat di [[Sumatra]] pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya menguasai [[Borneo]] utara dan gugusan kepulauan [[Filipina]]. Kerajaan ini juga pernah menjadi taklukan (vazal) [[Kerajaan Majapahit]] yang berpusat di pulau [[Pulau Jawa|Jawa]]. Nama Brunai tercantum dalam [[Negarakertagama]] sebagai daerah bawahan Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama karena setelah [[Hayam Wuruk]] wafat Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai sebuah negeri yang merdeka dan pusat perdagangan penting.
 
Pada awal abad ke-15, Kerajaan [[Malaka]] di bawah pemerintahan [[Parameswara]] telah menyebarkan pengaruhnya dan kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan Melaka ke tangan [[Portugis]](Bahasa Melayu : Feringgi) pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari [[abad ke-15]] hinga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuasaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya. Semasa pemerintahan [[Sultan Bolkiah]] ([[1473]]-[[1521]]) yang terkenal disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan [[Manila]]. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara hingga ke [[Luzon]] dan [[Sulu]] serta di sebelah selatan dan barat [[Kalimantan]]; dan pada zaman pemerintahan sultan yang kesembilan, [[Hassan]] ([[1605]]-[[1619]]), yang membangun susunan aturan adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini.
Pada tahun [[1658]] Sultan Brunei menghadiahkan sedikit kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan [[Sulu]] di [[Filipina]] Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Sultan Mohyidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.
 
Pada Tahun [[1839]], [[James Brooke]] dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "[[Rajah]]" [[Sarawak]] di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal [[19 Desember]] [[1846]], pulau [[Labuan]] dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah protektorat(Bahasa Melayu Naungan) Inggris sampai berdiri sendiri tahun [[1984]].
 
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun [[1888]], Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun [[1906]], Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.