Tritunggal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JThorneBOT (bicara | kontrib)
clean up, removed: {{Link GA|sv}}
Ign christian (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 79:
:“Perkembangan penuh dari ajaran Tritunggal terjadi di Barat, pada pengajaran dari Abad Pertengahan, ketika suatu penjelasan dari segi filsafat dan psikologi disetujui.”
 
=== Kredo AthanasiaAthanasian ===
 
Tritunggal didefinisikan lebih lengkap dalam [[Kredo AthanasiaAthanasian]]. St [[Athanasius]] adalah seorang pendeta[[uskup]] yang mendukung Konstantin di Nicea. Kredo yang memakai namanya berbunyi:
:“Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal... sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah.”
 
Sejumlah para sarjana yang meneliti hal ini lebih mendalam berpendapat bahwa Athanasius tidak menyusun [[kredo]] ini. The New Encyclopedia Britannica mengomentari: “Kredo itu baru dikenal oleh [[Gereja Timur]] pada abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada umumnya setuju bahwa Kredo Athanasia tidak ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun 373) tetapi mungkin disusun di Perancis Selatan pada abad ke-5... Pengaruh kredo itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol pada abad ke-6 dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9 dan kira-kira tidak lama setelah itu di Roma.”
 
== Pengertian Pribadi dalam Tritunggal ==
Baris 91:
[[Yohanes Calvin]] menjelaskan bahwa ketiga Pribadi tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi tiga sosok yang terpisah.<ref name="Institutio">{{id}}Yohanes Calvin. 1980. ''Institutio''. Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.</ref> Masing-masing Pribadi adalah Allah, dan mereka disembah dalam Keesaan, bukan dalam tiga Pribadi yang terpisah ketika orang memanggil-Nya di dalam doa atau ketika Allah mewujudkan karya-Nya bagi penciptaan dan pemeliharaan manusia dan alam semesta. Allah Bapa bukan Allah Putra; Allah Putra bukan Allah Roh Kudus; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa. Ketiganya dapat dibedakan, tetapi di dalam esensi tidak terpisahkan. Ketiga gelar atau sebutan tersebut digunakan untuk menunjukkan bahwa ada kekhasan dalam cara [[Allah]] turun ke dunia ini, meskipun dalam satu pekerjaan.<ref name="Institutio"/>
 
Para teolog Nicea kuno menyatakan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan oleh Tritunggal dilakukan oleh Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus dalam satu kesatuan dan satu kehendak. Ketiga pribadi Tritunggal selalu bekerja tidak terpisahkan, karena karya itu selalu merupakan karya '''satu Allah'''. Karena adanya kesatuan kehendak ini, kehendak Sang Putra tidak dapat berbeda dengan kehendak Sang Bapa, karena kehendak itu merupakan kehendak satu Allah. Hubungan perintah dan ketaatan antara Allah Bapa dan Putra, merupakan kenyataan bahwa kehendak mereka tidak dapat berbeda sebagai suatu Tritunggal.<ref>[[Phillip Cary]], Priscilla Papers Vol. 20, No. 4, Autumn 2006</ref> Untuk hal ini St. Basil[[Basilius Agung]] mengamati "Ketika Ia berkata, "<font color=green>Aku tidak berbicara mengenai diri-Ku sendiri</font>", dan lagi, "<font color=green>Seperti Bapa mengatakan kepada-Ku, demikianlah yang Aku katakan</font>", dan "<font color=green>Perkataan yang kalian dengarkan bukanlah perkataan-Ku, melainkan [dari Bapa] yang mengutus Aku</font>", dan di tempat lain, "<font color=green>Seperti Bapa telah memberikan perintah ini kepada-Ku, demikianlah Aku memberikannya</font>", ini bukan karena Ia kekurangan kebebasan berhendak atau inisiatif, atau juga bukan karena Ia harus menunggu suatu ucapan yang sudah diatur sebelumnya (''preconcerted key-note''), sehingga Ia menggunakan bahasa semacam itu. Tujuan-Nya adalah untuk membuat menjadi jelas bahwa kehendak-Nya sendiri dikaitkan dalam persatuan tak terceraikan dengan Bapa. Jadi, janganlah kita memahami apa yang disebut sebagai suatu "perintah" adalah suatu mandat yang disampaikan (''peremptory mandate'') dengan organ tubuh untuk berbicara, dan memberikan perintah kepada Sang Putra, seperti kepada bawahan, mengenai apa yang harus dikerjakan-Nya. Namun, marilah kita memahaminya sebagai penyampaian kehendak, sebagaimana sepatutnya Sang Allah, seperti suatu refleksi benda di depan cermin, disampaikan tanpa perbedaan waktu dari Bapa kepada Putra."<ref>{{cite web|url=http://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf208.vii.ix.html |title=Basil the Great, De Spiritu Sancto, NPNF, Vol 8 |publisher=Ccel.org |date=13 July 2005 |accessdate=2 January 2012}}</ref> Demikianlah ketiga Pribad dalam Tritunggal ini saling memberikan kesaksian satu sama lain:
 
* ''Dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "<font color=green>Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan</font>."''<ref>{{Alkitab|Lukas 3:22}}</ref>