Merpati Nusantara Airlines: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fierly V.T (bicara | kontrib)
Ign christian (bicara | kontrib)
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh Adirengga dan Fierly V.T) dan mengembalikan revisi 8327284 oleh Serenity: spam & penghilangan bagian artikel
Baris 23:
| headquarters = [[Jakarta]], Indonesia
| key_people = Asep Eko Nugroho
| website = {{URL|http://www.merpati.webco.id}}
}}
|defuct = t}}
'''Merpati Nusantara Airlines''' adalah salah satu [[maskapai penerbangan nasional]] yang sebagian besar sahamnya dimiliki sebagian besar oleh pemerintah Indonesia. <ref name="CAPA"> {{en}} [http://centreforaviation.com/profiles/airlines/merpati-nusantara-airlines-mz Center for Aviation: Merpati Nusantara Airlines]</ref> Berdiri di tahun 1962, Merpati memiliki pusat operasi di Jakarta, Indonesia.<ref name="CAPA"/> Maskapai ini mengoperasikan jadwal penerbangan domestik dan juga internasional ke daerah [[Timor Timur]] dari pusatnya di bandara Internasional Soekarno-Hatta.<ref name="CAPA"/>
 
Pada 1 Februari 2014 Merpati menangguhkan seluruh penerbangan dikarenakan masalah keuangan yang bersumber dari berbagai hutang. <ref name="PR">[http://www.pikiran-rakyat.com/node/268499 Pikiran Rakyat Maskapai Merpati Berhenti Beroperasi Senin, 03/02/2014]</ref>. Disinyalir Merpati membutuhkan 7,2 trilyun rupiah untuk dapat beroperasi kembali. <ref name="tribun">[http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/10/02/dahlan-menyesal-tak-mampu-selamatkan-merpati Tribunnews:Dahlan Menyesal Tak Mampu Selamatkan Merpati Kamis, 2 Oktober 2014 18:20 WIB]</ref> Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, secara resmi menyatakan "Situasinya kini sudah menentukan agar Merpati tidak beroperasi kembali, karena kerusakannya akan lebih besar apabila (perusahaan ini) diteruskan."<ref name="CAPA"/> Walaupun dililit hutang ''"On Time Performance"'' (penilaian penerbangan tepat waktu) Merpati mengungguli Air Asia. <ref name=Solopos">[http://www.solopos.com/2014/02/17/merpati-berhenti-beroperasi-meski-dililit-utang-on-time-performance-merpati-ungguli-air-asia-490094 MERPATI BERHENTI BEROPERASI:Meski Dililit Utang, On Time Performance Merpati Ungguli Air Asia Senin, 17/2/2014].</ref>
 
Pada 18 September 2014 Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan bahwa pemulihan maskapai ini akan membutuhkan 15 Triliun Rupiah untuk menutup pembayaran gaji, berbagai kehilangan yang diderita perusahaan dan hutang pada sekitar 2.000 pihak.<ref name="CAPA"/> Dahlan Iskan menyatakan bahwa rencana untuk menghidupkan kembali maskapai ini sudah menemui jalan buntu karena restrukturisasi aset dan rencana penjualan tidak menguntungkan lagi.<ref name="CAPA"/> Rencana penjualan fasilitas pemeliharaan Merpati di nilai berkisar pada harga Rp. 300 juta rupiah (USD25,000).<ref name="CAPA"/> Namun Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M Nawir Messi menilai bahwa penutupan maskapai ini lebih kepada masalah politik dan bukan karena harga. <ref name="okezone">[http://economy.okezone.com/read/2014/11/12/320/1064654/kppu-merpati-tutup-karena-masalah-politik Okezone Ekonomi: KPPU: Merpati Tutup karena Masalah Politik Rabu, 12 November 2014 - 19:14 wib |Raisa Adila - Okezone]</ref>
 
<!--
yang melayani rute domestik di Indonesia. Maskapai yang berfokus pada penerbangan di wilayah Indonesia Timur ini Sepanjang pendiriannya, masalah keselamatan penerbangan maskapai ini selalu menjadi faktor utama yang menghambat kemajuan maskapai dan tidak hanya itu saja, maskapai ini juga sering mengalami kesulitan ekonomi untuk menjalankan operasional maskapai dan parahnya menurut penilaian penumpang dari surveyor perjalanan udara, [[Skytrax]] menangguhkan penilaian untuk maskapai ini.<ref>[http://www.airlinequality.com/Airlines/MZ.htm Airline Quality: Merpati Nusantara Airlines]</ref>
 
== Sejarah ==
Bermodal uang sebesar Rp10 juta dan enam armada pesawat. Merpati Nusantara Airlines berdiri sejak tanggal 6 September [[1962]] ini memulai tugasnya sebagai jembatan udara Indonesia yang beroperasi didaerah terpencil, terutama Indonesia Timur (seperti [[Sulawesi]],[[Papua]] dan [[Nusa Tenggara]]). Selain modal yang telah tersedia, pemerintah juga memberikan landasan hukum dengan mengesahkan Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 1962 tentang pendirian perusahaan negara perhubungan udara daerah dan penerbangan serbaguna Merpati Nusantara, yang disebut juga PN Merpati Nusantara. Disamping tujuan utama mereka yaitu untuk menghubungkan daerah terpencil Indonesia, MNA juga membantu roda ekonomi daerah dalam rangka turut membangun perekonomian nasional di sektor perhubungan udara dengan mengutamakan kepentingan rakyat.
Secara rinci, Merpati memiliki 4 armada [[De Havilland Canada DHC-3 Otter]] dan 2 armada [[Douglas DC-3]] yang merupakan hibah dari AURI (kini [[TNI AU]]), uang sebesar Rp10 juta dikumpulkan dari anggaran yang ada di berbagai instansi pemerintah dan personil maskapai dipasok dari AURI, [[Garuda Indonesia]] (dulu Garuda Indonesian Airways) dan perusahaan penerbangan sipil lainnya.
 
Direktur Utama MNA pertama kali ditunjuk dari perwira AURI yaitu, Komodor Udara Henk Sutoyo Adiputro (menjabat sejak tahun 1962-1966) telah memimpin personel maskapai sebanyak 17 orang. Beberapa bulan kemudian di tahun [[1963]], Merpati meluncurkan penerbangan dari [[Jakarta]] ke [[Semarang]], [[Tanjung Karang]] dan [[Balikpapan]].
 
Berlanjut di Tahun [[1964]], Merpati menerima seluruh hak konsesi dan operasi, serta kepemilikan sejumlah pesawat bekas maskapai [[Belanda]], [[de Kroonduif]] dari Garuda Indonesia. Pengalihan ini dilakukan karena Garuda sedang membuat dan mengembangkan sistem operasional untuk menjadi maskapai nasional. Pesawat yang dihibahkan tersebut antara lain yaitu, tiga armada Pesawat Douglas DC-3, dua armada Pesawat DHC-3 "Otter" dan satu armada DHC-2 "Beaver", otomatis membuat langkah Merpati untuk melebarkan jangkauan terpencilnya mulai terlihat dengan terlaksananya penerbangan menuju ke Papua , [[Sumatera]], dan Nusa Tenggara.
 
Seiring pperkembangannya, Merpati melakukan restrukturisasi armada lamanya dengan menambahkan tiga armada Pesawat Dornier DO-28 dan enam Pilatus Porter PC-6. Hal ini membuat armada MNA berkembang menjadi 15 armada dengan diikuti pertambahan jumlah personil maskapai menjadi 583 orang (Pilot, Teknisi dan karyawan)
 
== Masa ekspansi ==
Pada tahun [[1966]], Merpati dibawah arahan Direktur Utama Capt. R.B. Wibisono (1966-1967) memfokuskan daerah operasional maskapai di [[Papua]] dengan membeli tiga pesawat Pilatus Porter. Bertepatan dengan prosesi penyerahan Irian Barat (nama Papua saat itu), [[PBB]] memberikan tiga armada DHC-3 Otter kepada Merpati atas dukungannya dalam menghubungkan Papua melalui sistem transportasi udara.
 
Diganti oleh Marsekal Pertama Udara Santoro Suharto (1967-1975). Pada saat itu, terdapat kemungkinan Merpati bisa beroperasi secara mandiri. Tanpa berkoordinasi dengan Merpati sebagai satu-satunya maskapai penghubung daerah perintis, pemerintah daerah mengurangi subsidi operasional penerbangan perintis. Otomatis, pengurangan subsidi tersebut menimbulkan masalah keuangan yang cukup pelik karena penerbangan komersialnya belum berkembang dengan merata di semua daerah dan diakibatkan oleh Sistem Operasional Maskapai yang belum tertata dengan rapi.
 
Akhirnya, Pemerintah turun tangan dengan memberi konsesi untuk ikut ambil bagian dalam penerbangan jarak jauh (''trunk operation''), jarak sedang (semi trunk) dan jarak dekat (feederline operation). Menghadapi rencanA ini, Merpati menambah armada dengan tujuh Douglas DC-3 yang dibeli dari [[Australia]] dan Garuda. Pesawat-pesawat ini dipakai untuk menerbangi rute di [[Nusa Tenggara Timur]] yang ditinggalkan Garuda. Sementara itu, penerbangan jarak jauh dan menengah baru dilaksanakan tahun [[1970]].
 
Guna meningkatkan efisiensi produksi, dan menjalankan tiga kelompok jalur niaganya, Merpati menambah armada dengan empat Vickers Viscount 828, tiga YS-11, dan dua HS-748. Sebagian dari pesawat-pesawat ini ada yang menerbangi rute internasional, seperti [[Pontianak]]-[[Kuching]] ([[Serawak]], [[Malaysia]]) dan [[Palembang]]-[[Singapura]]. Di bawah Santoso pula, Merpati menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan penerbangan nasional dan internasional. Merpati menyerahkan seluruh pesawat Dakota-nya kepada [[PT Suryadirgantara]], untuk dioperasikan bersama. Selain itu, dalam meningkatkan pelayanan dan kinerja usaha, Merpati bekerjasama dengan sejumlah airlines asing, seperti [[Japan Airlines|Japan Air Lines]], [[Qantas]], [[Thai Airways International]], [[Lufthansa]], [[Olympic Airlines|Olympic Airways]], [[Trans Australia Airlines]], dan [[China Airlines]]. Kerjasama tersebut, salah satunya berupa kesepakatan dalam hal ticketing. Dengan menggunakan tiket Merpati, penumpang dapat terbang dengan airlines asing tersebut.
 
Tahun [[1972]], dua Vickers Vanguard memperkuat lagi armada Merpati. Wilayah operasinya pun bertambah hingga ke [[Kuala Lumpur]] dan [[Darwin]]. Merpati juga memperoleh bantuan dua Twin Otter dari Pemerintah [[Kanada]]. Pada saat itu, Merpati mengoperasikan armada 32 pesawat, yaitu empat Vicker Viscount, empat YS-11, delapan Pilatus PC-6, tiga Dornier Do-28, tujuh Pilatus Porter, tiga DHC-6 Twin Otter, satu DHC-3 Otter, dan dua Vanguard.
 
Langkah-langkah usaha Santoso, yang kemudian mengelola airlines Seulawah yang bergabung dengan Mandala kini jadi [[Mandala Airlines]], dilanjutkan Marsekal Muda Udara [[Ramli Sumardi]] (1975-1978). Merpati memiliki 37 pesawat, terdiri dari empat [[DC-3|Dakota DC-3]], , empat [[Twin Otter]], dua [[Fokker F27|Fokker F-27]], dua [[Avro 748|HS-748]], lima [[YS-11]], lima [[Vicker Viscount|VC-8]], dan tiga [[VC-9]], untuk menerbangi 97 kota di 19 provinsi. Pesawat-pesawat yang ada sebelumnya, sebagian memang sudah tak lagi operasi. Merpati juga mengoperasikan pesawat BAC-111 dan [[Boeing 707]] untuk penerbangan borongan (carter) internasional, yang terbang [[Denpasar]]-[[Manila]] dan [[Los Angeles]], [[Amerika Serikat]]-[[Denpasar]], yang dihentikan tahun [[1979]].
 
== Bergabung dengan Garuda ==
Tahun 1978, keluar PP, yang memengaruhi riwayat Merpati, yaitu PP Nomor 30/1978, yang intinya mengharuskan Merpati mengalihkan modal ke [[Garuda Indonesia]]. Merpati yang menjadi anak perusahaan Garuda, tetap menjalankan penerbangan perintis, lintas batas, transmigrasi, borongan wisatawan, dan angkutan barang, serta usaha-usaha lainnya. Pola operasi Merpati memang menyelenggarakan penerbangan pada semua jaraingan penerbangan dalam negeri, secara terpadu dan saling mengisi dengan Garuda.
 
Penerbangan perintis merupakan tantangan besar tapi mulia bagi Merpati. Namun dalam menjalankannya, Merpati mengikutsertakan sejumlah perusahaan penerbangan swasta. Seperti PT SMAC untuk melayani Sumatera Utara dan Tengah, sejak tahun [[1978]], dengan PT DAS untuk wilayah Kalimantan (sejak 1979), dengan PT Deraya di Kalimantan (sejak 1988), dengan PT Indoavia di Maluku (sejak 1988), dan dengan PT Asahi Mantrust di [[Kalimantan Timur]].
 
Pasca keluarnya PP itu, tahun 1979, Dirut Garuda [[Wiweko Soepono]] pun menunjuk [[R.A.J. Lumenta]] (1979-1983) sebagai direktur utama. Dengan menerapkan sistem manajemen yang ketat dan terarah, Lumenta membawa Merpati ke untuk melangkah lebih baik lagi. Dia juga meyakinkan pemerintah agar memberi dana sebesar 18 juta dollar AS, untuk memodernisasi armada.
 
Lumenta adalah orang pertama yang menyatakan bahwa Merpati tengah merugi, bahkan menuju kebangkrutan. Oleh karena itu, menjadi anak perusahaan Garuda dinilai sebagai langkah paling strategis, ketika itu. Kemajuan mulai terlihat, ketika tahun [[1980]], Merpati memperoleh tambahan 14 NC-212 dari pemerintah. Kemudian, ditambah lagi dengan pembelian empat pesawat bekas dan enam pesawat baru dari jenis yang sama. Selain itu, hanggar-hanggar pemeliharaan pesawat pun dibangun di [[Makassar]] dan [[Manado]]. Adanya tempat-tempat perawatan pesawat tersebut, merupakan awal keberhasilan Merpati beroperasi di wilayah Timur.
 
Beberapa bulan pada tahun 1983, Merpati dipimpin [[J. Soekardjo]]. Karena masa jabatannya yang singkat itu, ia jarang disebut-sebut. Selanjutnya, pada [[10 November]] [[1983]], ia digantikan [[Soeratman]] (1983-1989).
 
Pada masa jabatan Soeratman, Merpati memperoleh hibah dua [[Lockheed C-130 Hercules|Pesawat Hercules]] L-100 (versi sipil dari C-130) dari [[Pelita Air Service]], tahun [[1986]]. Merpati juga membuka penerbangan [[Kupang]]-[[Darwin]] menggunakan [[HS-748]], yang kemudian diganti dengan [[Fokker F-28|F-28]].
 
Tanggal [[25 Juni]] [[1986]], Merpati menandatangani kontrak pembelian 15 [[CN-235]] dari [[IPTN]], pada saat [[Indonesia Air Show]] (IAS) yang pertama di bekas [[Bandara Kemayoran]], [[Jakarta]]. Penyerahan pertama pesawat yang awalnya merupakan hasil kerjasama CASA dan IPTN itu hanya berlangsung akhir tahun itu juga.
 
Pada Mei 1989, kembali ada penggatian pucuk pimpinan Merpati. Kali ini giliran Capt. [[F. H. Sumolang]] (1989-1992) Langkah ini sebagai titik tolak realisasi integrasi penuh atau operasi terpadu Merpati ke dalam Garuda Indonesia Group. Merpati ditetapkan sebagai pendukung operasi penerbangan Garuda di tingkat domestik. Sejumlah armada Garuda pun dialihkan kepada Merpati, antara lain, enam F-28 Mk.3000, 22 F-28 Mk. 4000, dan sembilan DC-9.
 
== Berlanjutnya masalah Merpati ==
[[Berkas:Merpati Lockheed TriStar PER Wheatley.jpg|thumb|Pesawat [[Lockheed L-1011 TriStar|Lockheed TriStar]] Merpati di [[Bandar Udara Perth]] (akhir 1990-an).]]
[[Berkas:Merpati Airbus A310-300 PER Wheatley.jpg|thumb|Pesawat [[Airbus A310|Airbus A310-300]] Merpati di [[Bandar Udara Perth]] (akhir 1990-an).]]
Masa-masa ''"gejolak"'' di dalam tubuh Merpati masih berlangsung. [[Ridwan Fataruddin]] (1992-1995) yang menggantikan Sumolang, harus berhadapan dengan permasalahan kekurangan tenaga pilot, menyusul penarikan kembali armada Garuda dari tubuh Merpati. Program pengiriman calon pilot ke [[Australia]] dan [[Selandia Baru]] yang baru dijalankan, belum dapat mengatasi kekurangan tersebut. Walau di belakangan hari, pasca pemisahan Merpati-Garuda, masalah pilot ini menguak lagi.
 
Rencana pemisahan kembali dengan Garuda memang menimbulkan banyak masalah yang menghambat operasi Merpati. Apalagi pemisahan itu juga memberi kesempatan pada Garuda untuk menerbangi rute-rute domestik, yang sebelumnya juga diterbangi Merpati. Garuda dan Merpati pun bersaing di pasar yang sama.
 
Pada masa itu, Merpati sempat menambah armada, dengan [[Fokker F100|Fokker-100]], pesanan Garuda yang dialihkan, dan [[Boeing 737|B737-200]]. Armada yang beroperasi pun menjadi 86 pesawat, walaupun masih belum mencukupi untuk menerbangi 466 rute di lebih dari 130 kota.
 
Permasalahannya memang kian terbuka, walau tidak pernah diungkapkan seperti sekarang. Masalah-masalah tersebut berdampak kepada ketepatan jadwal penerbangan (OTP, on time performace) yang makin rendah. Rendahnya tingkat OTP itu betul-betul menurunkan citra Merpati di mata pelanggannya.
 
Menurunnya kinerja tersebut, antara lain karena banyaknya tipe pesawat yang dimilikinya. Merpati ketika itu memiliki 8 tipe pesawat yang berbeda, yaitu [[Fokker F100|Fokker-100]], [[Boeing 737|B737-200]], [[Fokker F-28|Fokker-28]], BAe ATP, [[Fokker F27|Fokker-27]], [[CN-235]], [[CASA C-212|NC- 212]], dan [[Twin Otter]]. Belum lagi banyaknya pesawat yang perlu perawatan sehingga menurunkan utilisasinya. Merpati pun sering terdengar ''"merugi"''.
 
Misalnya, penyewaan pesawat yang penuh manipulasi, sewa pesawat yang tidak layak, dan berbagai penyimpangan lainnya. Menjelang pemisahan dengan Garuda, pada akhir tahun [[1996]], Merpati berusaha mandiri, antara lain dengan cara lebih mengefisienkan diri dan memperbaiki kinerja perusahaan. Namun semua itu belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, antara lain karena belum bisa memecahkan masalah permodalan dan perestruktiurisasian di tubuh perusahaan. Kerugian pun makin membengkak hingga Rp135 miliar, dengan penurunan kinerja pelayanan yang seringkali mengecewakan para pelanggannya.
 
Direktur Utama [[Budiarto Subroto]] (1995-1999) berupaya mencari celah perbaikan dengan memangkas rute yang tidak menguntungkan. Saat itu, 34 rute perintis di [[Maluku]], [[Nusa Tenggara Barat]], [[Nusa Tenggara Timur]], dan [[Sulawesi]], yang biasanya diterbangi [[CASA C-212|NC-212]], dan enam rute lain di [[Papua]], dipangkas jumlah frekuensinya dan ditutup, walau 28 rute perintis masih dipertahankan. Pada masa itu, Merpati lebih banyak menata kembali rute perintis.
 
Pada masa itu, Merpati dengan "berani" mendatangkan [[A310]] dan [[Airbus A300|A300-600]] untuk menjelajah rute internasional ke Australia. Penerbangan ini membukukan utang yang tak sedikit. Belum lagi persoalan pesawat ATP yang tak lagi laik terbang sehingga grounded, walau tetap harus membayar sewa. Ada lagi Tristar, untuk menggantikan [[A310]], dan kemudian BAe-146-100, yang operasinya hanya "sekejap".
 
Kerugian pun tak pernah "beranjak". Pada semester pertama [[1997]], misalnya, kerugiannya mencapai Rp40,1 miliar. Makin terpuruk pada semester kedua 1997, saat krisis mulai melanda. Hutang Merpati pun menjadi lebih besar dari asetnya.
 
Berdasarkan analisis pengamat penerbangan yang menyebut bahwa pada tahun [[1998]], nilai aset Merpati sudah mencapai lebih Rp 830 miliar di bawah [[utang]], tidaklah menjadikan Merpati "bangkrut". Awal tahun [[1999]], [[Wahyu Hidayat]] dan jajarannya "diperintahkan" untuk membenahinya. Merpati mulai membenahi kinerja operasinya seperti tingkat keselamatan penerbangan makin tinggi dan OTP (''On Time Performance'') secara perlahan merambat naik. Dengan slogan ''"Get The Feeling"'', Merpati mulai berbenah dengan serius. Tahun 1999, diumumkan bahwa Merpati meraih laba operasi, yang kedua setelah tahun 1992.
 
Namun, tantangan dan ancaman makin kompleks. Di luar, persaingan makin ketat. Selain bermunculan airlines swasta yang baru, Garuda pun makin menancapkan keberadaannya di domestik. Jumlah karyawannya mencapai 4.300 orang dengan 600 pilot, tapi hanya mengoperasikan 35 pesawat.
 
== Merpati kini ==
[[Berkas:Merpati Boeing 737-200 TTT-1.jpg|thumb|right|256px|Boeing 737-200]]
Tahun 2007, Merpati mulai melaksanakan program revitalisasi dan modernisasi armada secara parsial,mengingat Merpati hingga saat ini masih bergelut dengan masalah keuangan, terutama armada perintis, dengan memesan 14 pesawat [[Xian MA60]] dari Xian Aircraft China. Merpati juga sempat menyewa 1 [[ATR 72]], namun kemudian dikembalikan karena dianggap tidak ekonomis (beberapa sumber menyatakan bahwa ATR hanya disewa sementara, menunggu tambahan MA60). Merpati juga mengumumkan akan membeli 11 pesawat 30-kursi untuk rute domestik. (tipe belum dikonfirmasi), serta juga kemungkinan akan memesan pesawat [[N-219]] buatan [[PT Dirgantara Indonesia|PTDI]] sekitar tahun 2011 ini.
 
Pada 7 Mei 2011 lalu, sebuah pesawat [[Xian MA60]] ([[Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 8968|PK-MZK]]) jatuh di perairan Kaimana, menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 27 orang (21 penumpang dan 6 kru). Kecelakaan ini menambah panjang daftar kecelakaan yang melibatkan armada perintis Merpati. Kecelakaan terakhir yang dialami Merpati adalah pada tanggal 2 Agustus 2009, dimana sebuah Twin Otter [[Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 9760|jatuh]] di pegunungan di [[Papua]], menewaskan seluruh 16 penumpangnya (13 penumpang dan 3 kru). Setelah kecelakaan di [[Kaimana]], banyak pihak mempertanyakan keputusan Merpati membeli pesawat Xian MA60 tersebut, serta dugaan ''mark-up'' dan kolusi yang terjadi saat proses pembeliannya.
 
5 Juni 2011: Untuk memenuhi misinya sebagai 'Jembatan Udara Nusantara', Merpati Nusantara Airlines memerlukan 15 pesawat jet, ditambah 40 pesawat 50-penumpang dan 20 pesawat 20-penumpang seperti MA-60, NC-212, N-219, dan DHC-6 Twin Otter.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2011/06/11/merpati-relies-ma60-be-‘bridge-archipelago’.html jakarta Post: Merpati relies on MA60 to be the Bridge of the Archipelago]</ref> Bulan Juli 2011, Pemerintah dan DPR menyetujui penyuntikan modal senilai 516 miliar rupiah ke Merpati dalam APBN 2012.<ref>[http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/05/239316/4/2/Merpati-Akhirnya-Lirik-Pesawat-N-219-Produksi-PTDI Media Indonesia: Merpati akhirnya lirik pesawat N-219 produksi PTDI]</ref> Pada bulan Oktober 2011, [[Pertamina]] menghentikan pasokan avtur ke Merpati di Surabaya dan Makassar akibat hutang biaya pembelian avtur senilai 270 miliar rupiah, sehingga menghentikan operasi Merpati dari kedua bandara tersebut.<ref>[http://regional.kompas.com/read/2011/10/16/02111459/Merpati.Tidak.Terbang Kompas: Merpati tidak terbang]</ref> Hutang total Merpati kepada Pertamina adalah sebesar 550 miliar rupiah, terdiri dari hutang pokok 270 miliar, dan sisanya bunga dan denda.<ref>[http://regional.kompas.com/read/2011/10/16/10294945/Pertamina.Total.Utang.Merpati.Rp.550.Miliar Pertamina: total utang Merpati Rp550 miliar]</ref> Namun, beberapa waktu kemudian, operasi Merpati dari kedua bandara tersebut sudah normal kembali.
 
Pada bulan Maret 2012, Merpati meluncurkan program "Tahun Emas Merpati Nusantara". Acara peluncuran yang disaksikan langsung oleh Menteri BUMN [[Dahlan Iskan]] dan duta maskapai Merpati [[Deddy Mizwar]] ini memberikan garansi OTP (On Time Performance) yang dinamai "On Time Guarantee".
 
Pada Mei 2012 , Jabatan tertinggi Merpati yang dipegang oleh Sardjono Jhony digantikan oleh Rudy Setyopurnomo. Rudy Setyopurnomo ditunjuk langsung oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk membuat Merpati bisa keluar dari keterpurukan. Sejak dipegang Rudy Setyopurnomo, Merpati melakukakan gebrakan-gebrakan seperti:
* Menutup 20 rute yang merugi.
* Website baru, Call Centre 24 Jam dan City Check-in di 9 kota.
* Kerja Sama Pengangkutan Cargo dengan PT Pos Indonesia.
dan akan fokus meningkatkan Load Factor menjadi 85% yang sebelumnya hanya 69%.
 
Pada Januari 2013, Merpati berencana mendatangkan 6 unit A320 sebagai langkah memodernisasi armada nya. Dalam rencana nya Merpati akan mendatangkan A320 pada bulan Juni 2013 hingga akhir tahun 2013. Untuk mempersiapkan kehadiran A320 nya Merpati menyekolahkan Sekitar 20 Pilot nya untuk mendapatkan License A320 dengan bekeja sama dengan STAA yg berbasis di Singapura.
 
Agustus 2013, Lantaran kondisi nya tak kunjung membaik Dahlan Iskan menunjuk PPA (Perusahaan Pengelola Aset) untuk menyelamatkan Merpati sekaligus mengganti Dirut Merpati yang merupakan Mantan Dirops (Direktur Operasi) Merpati Era Rudy Setyopurnomo yaitu Capt Asep Eka Nugroho. Namun kondisi Merpati juga belum ada perubahan yang berarti justru Pertamina semakin kesal dengan Merpati lantaran terus menunggak Avtur yang kemudian Pertamina meng-embargo Avtur Merpati di beberapa kota tujuan Merpati seperti Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Untung nya Merpati masih dapat beroperasi di Hub lain nya yaitu Surabaya, Makassar dan Denpasar.
 
Di Penghujung tahun 2013, 2 unit Armada Merpati ditarik oleh Lessor lantaran Merpati menunggak biaya sewa Pesawat 1 B737-300 (PK-MDU) dan 1 B737-400 (PK-MDR). Pesawat ini memperkuat armada Merpati sejak 2012.
 
Memasuki 2014, Kondisi Merpati belum juga membaik. Merpati disarankan mencari investor strategis untuk membuat anak perusahaan bersama, selain itu Merpati disarankan menjual anak Perusahaan nya MMF (Merpati Maintenance Facility) dan MTC (Merpati Training Center) ke PPA untuk membayar Gaji Karyawan, Fuel serta Asuransi.
 
Dan pada bulan Februari 2014, Merpati memberhentikan seluruh kegiatan operasi penerbangannya sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Merpati berhenti beroperasi lantaran dirundung berbagai masalah yaitu tidak mampu membayar asuransi, bahan bakar, gaji kru dan pegawainya, serta Merpati juga dibebani hutang yang mencapai 7,3 triliun rupiah. Hingga bulan Juli 2014 belum ada tanda-tanda maskapai ini akan beroperasi kembali, padahal Merpati masih meninggalkan tunggakan gaji karyawannya selama 8 bulan.
-->
== Tujuan ==
{{main|Daftar bandar udara tujuan Merpati Nusantara Airlines}}
Baris 132 ⟶ 228:
* 1 [[Lockheed L-1011 Tristar]]
* 5 [[Vickers Vanguard]]
<!--
== Insiden yang menimpa Merpati Nusantara Airlines ==
* [[7 Januari]] [[2012]], pukul 15.45 WIB, Merpati Nusantara Airlines jenis MA-60 dengan nomor penerbangan MZ 536 terperosok di [[Bandar Udara Haji Asan Sampit]], [[Kabupaten Kotawaringin Timur]], [[Kalimantan Tengah]]. Pesawat rute [[Surabaya]]-[[Sampit]] ini dipiloti oleh Kapten Saptono dan kopilot Fauldort. Pesawat ini membawa 46 penumpang dewasa, 10 anak-anak, enam bayi dan enam awak pesawat. Dalam insiden tersebut tidak ada korban jiwa dan seluruh penumpang selamat.<ref>[http://regional.kompas.com/read/2012/01/07/1916130/Pesawat.Merpati.Terperosok.di.SampitKompas: Pesawat Merpati Terperosok di Sampit]</ref>
* [[10 Juni]] [[2013]], Pesawat Merpati Airlines MA-60 tujuan [[Bajawa]]-[[Kupang]] mengalami kecelakaan di [[Bandara El Tari]] [[Kupang]], [[Nusa Tenggara Timur]].<ref>[http://video.news.viva.co.id/read/26137-pesawat-merpati-kecelakaan-di-kupang Viva News: Video Pesawat Merpati Kecelakaan di Kupang]</ref><ref>[http://news.detik.com/readfoto/2013/06/10/110231/2268658/157/1/merpati-crash-landing-di-bandara-el-tari?nd771104fvt Detik: FotoMerpati Crash Landing di Bandara El Tari]</ref><ref>[http://news.detik.com/read/2013/06/10/103345/2268619/10/merpati-crash-landing-di-bandara-el-tari-evakuasi-diperkirakan-4-jam?nd771104bcj Detik: Merpati Crash Landing di Bandara El Tari, Evakuasi Diperkirakan 4 Jam]</ref>
-->
== Galeri ==
<gallery widths="140" heights="140px" perrow="auto" style="border: 5px solid #CCCCFF; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0.0.0.0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0.0.0.0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0.0.0.0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">