Teungku Peukan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Merapikan artikel.
Baris 6:
Teungku Peukan dilahirkan di [[Manggeng, Aceh Barat Daya|Manggeng]], [[Aceh Barat Daya]]. Pada tahun 1886.
 
Belau adalah salah seorang Ulama terkemuka di daerah [[Manggeng, Aceh Barat Daya|Manggeng]], [[Aceh Barat Daya]]. Orang tua beliau juga seorang ulama pemuka Agama Islam yang dinamaidikenal dengan sebutan Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, [[Aceh Selatan]]. Sedangkan ibu beliau bernama Siti Zulaikha.
<ref>Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB</ref>{{tone}}
== Perang AcehPerjuangan ==
Pada malam menjelang peperangan terhadap Kolonial [[Belanda]], Teungku Peukan dan paksukannya terlebih dahulu melakukan ritual ''wirid'' dan zikir (serah diri) kepada Tuhan di sebuah ''Meunasah'' (Mushalla) Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah ritual tersebut selesai dilaksanakan Teungku Peukan mengarahkan strategi-strategi penyerangan terhadap Kolonial Belanda, lalu Tengku Peukan pun memerintahkan paksukannya menuju ke markas [[Belanda]] regional [[Blangpidie]] (sekarang Asrama [[Kodim]]|Kodim 0110 Aceh Barat Daya]]) di [[Blangpidie]] dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 KM.
 
Pada Penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "Teungku Tahala". Menjelang Fajar memasuki malam jumat pada tanggal 11 September 1926, pasukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di ''balee'' (balai) Teungku Lhoong di desa [[Geulumpang Payong, Blangpidie, Aceh Barat Daya|Geulumpang Payong]], [[Blangpidie]].
 
Pada saat itu pula Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama "Nyak Walad". Penyerangan pun dilakukan oleh Teungku Peukan pada saat menjelang subuh, sehingga Serdadu Kolonial [[Belanda]] kaget dan kocar-kacir atas penyerangan tersebut. Pada penyerangan itu banyak menewaskan Serdadu-serdadu Kolonia [[Belanda]] dengan [[Rencong]] Pejuang [[Aceh]].
<ref>Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB</ref>{{tone}}
== Gugur ==
Sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan. Teungku Peukan pun mengumandangkan azan dan di saat itulah seorang Kolonial [[Belanda]] melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan syahid dalam peperangan tersebut. Teungku Peukan meninggal di hari Jumat tanggal 11 September 1926.
 
Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang para Serdadu Kolonial Belanda dengan semangat "''Jak Tueng Balah''". Maka pada saat itulah beliau pun syahid dalam pertempuran. Ada beberapa pejuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu : Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut atas inisiatif Teungku Yunus Lhong jenazah Teungku Peukan dan 5 peujuang lainnya (termasuk putra beliau) di makamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim [[Blangpidie.]]
<ref>Abuya Syammarfaly, H.Nyak Abbas SB</ref>{{tone}}