Marsillam Simanjuntak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 60:
Masa pemerintahan Presiden Soekarno, Marsillam Simanjuntak aktif dalam gerakan mahasiswa periode 1960-an yang menentang pemberlakuan [[Demokrasi Terpimpin]].
 
Masa pemerintahan Presiden [[Soeharto]], Marsillam Simanjuntak aktif di Forum Demokrasi yang dipimpin sahabatnya sejak kecil, [[Abdurrahman Wahid]]. Fordem digerakkan oleh banyak tokoh masyarakat yang bersikap sebagai oposisi di luar sistem politik otoritarian Orde Baru. Aktivis Fordem meliputi [[Arief Budiman]], [[Bondan Gunawan]], [[Y. B. Mangunwijaya]], [[Todung Mulya Lubis]], dan lain-lain.
 
Masa pemerintahan Presiden [[Abdurrahman Wahid]], Simanjuntak menjabat Sekretaris Kabinet, mulai Januari tahun 2000. Dalam pemerintahan yang sama, Simanjuntak diangkat menjadi Menteri Kehakiman Juni 2001. Ia menggantikan [[Baharuddin Lopa]] yang diangkat menjadi Jaksa Agung. Jabatan akhir Marsillam dalam pemerintahan Wahid adalah [[Jaksa Agung Republik Indonesia]] untuk periode Juli-Agustus [[2001]]. Ia menggantikan [[Baharuddin Lopa]] yang tutup usia di Riyadh, Arab Saudi.
Baris 69:
Pendidikan formal Marsilam Simanjuntak ditempuh di [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] (lulus 1971). Di UI, Simanjuntak menjadi aktivis mahasiswa bersama [[Soe Hok Gie]], [[Goenawan Mohamad]]. Setamat studi kedokteran, Marsillam menyerahkan ijazah kepada ibunya, "Mama, ini saya persembahkan ijazah dokter saya kepada Mama. Ambil dan simpan sebagai tanda bakti dan hormat saya kepada Mama.”
 
Marsillam menekuni studi hukum di [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]]. Pada 1989, usia 46 tahun, Marsillam Simanjuntak mempertahankan skripsi berjudulnya ''Unsur Hegelian dalam Pandangan Negara Integralistik. ''Skripsinya diterbitkan dalam bentuk buku berjudul ''Pandangan Negara Integralistik'' (Jakarta: Penerbit Graffiti, 1994). Marsillam menjadi pengajar di [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]].
 
Karier awalnya adalah sebagai dokter penerbangan di Maskapai Penerbangan Garuda. Masa kerjanya di Garuda sempat 'terpotong' 17 bulan. Pada tahun 1974 ia harus mendekam di rumah tahanan militer setelah disangka terlibat Peristiwa Malari. Penahanannya berakhir tanpa pernah diadili. Selepasnya dari tahanan (1975) ia diangkat sebagai Kepala Kesehatan. Marsillam Simanjuntak mendapat keputusan percepatan masa pensiun karena menolak menjadi anggota Korps Pegawai Negeri (Korpri) dan indoktrinasi P-4.
 
== Pemikiran ==
Buah pemikiran Marsilam Simanjuntak dituangkan dalam buku ''Pandangan Negara Integralistik'' (1994). Buku ini menelusuri kembali tempat dan kedudukan pandangan negara integralistik dalam proses penyusunan UUD 1945. Marsillam mengupas sumber filsafat pandangan negara integralistik yang pada hakikatnya bertentangan dengan asas kedaulatan rakyat
 
''Pandangan Negara Integralistik'' menguliti sumber filsafat pandangan negara integralistik yang bertentangan dengan asas kedaulatan rakyat. Meski menyoroti pengaruh filsafat G. W. F Hegel dalam pemikiran Soepomo, buku ini menjadi menjadi bahan bacaan utama aktivis pro-demokrasi untuk memahami penyerapan pandangan kekeluargaan dan kesatuan yang diadopsi Presiden Soeharto dalam membangun Orde Baru.
 
Selepas menjadi birokrat, Marsilam Simanjuntak sesekali memberi kuliah atau ceramah publik. Ia tampil sederhana, dan jenaka, dalam menyampaikan pemikiran di bidang hukum tata negara. Dalam peluncuran Jentera School of Law, Jakarta tahun 2011, Simanjuntak bercanda, menyebut tiga hal yang tidak perlu namun selalu digunakan manusia: kapitalisme, kepercayaan, dan ''powerpoint. ''Yang terakhir, diakuinya, adalah akibat ketidakmampuannya menggunakan ''MS PowerPoint'' dengan baik.