Arie Hanggara (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Robert7 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
| aproducer =
| writer = [[Arswendo Atmowiloto]]
| starring = [[Deddy Mizwar]]<br />[[FerryYan OctoraCherry Budiono]]<br />[[LiaJoice ChaidirErna]]<br />[[PoppyAnissa MercurySitawati]]<br />[[BroeryCok MarantikaSimbara]]<br />[[Zaenal Abidin]] <br />[[Nani Wijaya]] <br />[[Mien Brodjo]] <br />[[Sofia WD]] <br />[[Rachmat Hidayat]] <br />[[Julie Soleh]]
| music = [[Idris Sardi]]
| cinematography =
Baris 25:
| imdb_id =
|name = [[Arie Hanggara (film)|Arie Hanggara Film 1992]]}}
'''Arie Hanggara (Film 1992)''' adalah sebuah [[Film Indonesia]] garapan sutradara [[Frank Rorimpandey]]. Film ini dibintangi antara lain oleh [[Yan Cherry Budiono]], [[Deddy Mizwar]], [[Joice Erna]] , [[Anissa Sitawati]] dan [[Cok Simbara]]
 
== Sinopsis ==
Baris 33:
Film ini berkisah tentang seorang penganggur kelas berat bernama Tino Ridwan (Deddy Mizwar). Sifatnya yang pemalas, tukang janji kelas kakap, dan pembuat anak yang kuat menyebabkan saudara dari pihak istrinya menggunjinginya sebagai pejantan yang hanya kuat membuat anak.
 
Karena tak punya kerjaan dan disertai dengan harga diri yang tinggi, sementara Jakarta meminta terlalu banyak, bersiteganglah si Tino dengan istrinya, Dahlia (Anissa Sitawati). Sang istri kembali ke Depok dan Tino menitipkan anak-anaknya ke rumah neneknya untuk kemudian diambil lagi sewaktu dia sudah hidup bersama dengan pacarnya, Santi (Joice Erna) secara kumpul kebo.
 
Di rumah kontrakan kecil ini hiduplah lima orang manusia. Tino dan Santi serta tiga anak Tino dari istri pertamanya: Anggi (tertua), Arie, dan Andi (si kecil). Sementara, anak ketiganya, Arki, dibawa oleh Dahlia.
 
Tino sadar betul dengan profesinya sebagai penganggur. Dia pun sehabis mengantar istri ke kantor, dia melamar kerja di sana dan di sini. Tapi tidak dapat-dapat juga. Teman-teman dihubungi, tapi semuanya menolak. Padahal di rumah rokoknya terus mengebul dan omongannya juga besar.
Baris 45:
Akan tetapi Arie Hanggara tetap membandel dengan aturan itu. Awalnya dipukuli, Arie masih mengaduh, tapi lama-lama anak ini menjadi adiktif dan seperti meminta untuk dihukum. Lantaran takut melanggar, Arie sering berbohong.
 
Di sekolah, Arie jadi pendiam, asosial, dan jadi senang mengincar dompet teman-temannya. Maka jadi bulan-bulananlah dia. Beruntung, ibu gurunya (Sofia WD) sangat bijaksana.
 
Karena merasa sakit perilaku Arie sudah tak bisa diobati di sekolah SD Negeri, Tino pun berencana membawa si Arie ke pesanntren di Jawa Timur.
Baris 57:
Mungkin karena jiwa anak ini sudah mau bunuh diri di tangan ayahnya sendiri, dia melanggar lagi sabda si penganggur ini. Dia mengambil air minum, tapi gesekan gelasnya didengar oleh Tino. Tino bangun dan lupa bahwa mereka besok mau ke pesantren. Dia kalap. Arie, anak malang ini, harus menjadi santapan kemarahan jam dua dini hari itu. Tak ada teriakan. Tak ada rintihan. Tak ada apapun keluar dari mulut anak yang sudah mencium bau kematian sejak 6 November ini yang bahkan satu jam sebelum kematiannya dia sudah berpesan kepada dua saudaranya bahwa ia akan pergi dengan sangat jauh. Arie terjatuh di lantai. Paniknya Tino dan Santi subuh itu melihat anak itu dan membawanya ke RS dalam kondisi yang sebetulnya sudah tak bernyawa.
 
Ada raut sesal berkecamuk di hati Tino. Matanya bersimbah air mata melihat Arie terbujur kaku di atas ranjang roda berkain putih yang ditarik perawat putih-putih menuju dunia putihnya. Tapi apa boleh buat. Arie sudah tiada. Arie, si anak malang yang sudah mencium bau kematiannya itu meninggal di dinding penghukumannya. Dahlia yang mendengar kabar itu pun sangat terpukul dan marah pada Tino.
 
Kemudian Tino dan Santi didakwa atas tuduhan menyiksa anak mereka sendiri. Masyarakat pun murka dan menuntut hukuman berat bagi mereka berdua.
Kemudian kedua orang tua Arie dipenjara tanpa diberikan grasi oleh presiden karena sudah menyiksa anak mereka sendiri & akhirnya mereka dijatuhi hukuman mati. Kakak & adik Arie menyesal seumur hidup karena Arie Hanggara sudah meninggal dunia, kemudian mereka diusir dari perkampungan tempat mereka tinggal.
 
Lalu koran-koran ibukota terbit sore pun menulis dengan besar di halaman depan kematian tragis bocah malang Arie Hanggara. Arie adalah korban dari perceraian orang tuanya.