Bidara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- didalam + di dalam)
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: Beliau → Dia
Baris 27:
Daun-daun penumpu berupa duri, sendirian dan lurus (5–7 [[milimeter|mm]]), atau berbentuk pasangan dimorfis, di mana yang kedua lebih pendek dan melengkung, kadang-kadang tanpa duri.<ref name="prosea">{{aut|Latiff, A.M.}}. 1991. [http://www.proseanet.org/prosea/e-prosea_detail.php?frt=&id=1554 ''Ziziphus mauritiana'' Lamk.] In: Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E. (Editors). ''Plant Resources of South-East Asia No. 2: Edible fruits and nuts''. Pudoc, Wageningen, The Netherlands, pp. 310-312</ref>
 
[[Daun|Daun-daun]] tunggal terletak berseling. Helai daun bundar telur menjorong atau jorong lonjong, 2–9 &nbsp;cm x 1.5–5 &nbsp;cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan mengkilap di sisi atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya; dengan tiga tulang daun utama yang nampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek 8–15 &nbsp;mm.<ref name="prosea"/>
 
[[Berkas:Zizip maurit 110717-16070 Fl sntong.jpg|thumb|left|180px|Perbungaan (''close up'')]]
[[Perbungaan]] berbentuk [[Bunga majemuk#Terbatas (determinate)|payung menggarpu]] tumbuh di ketiak daun, panjang 1–2 &nbsp;cm, berisi 7–20 kuntum. [[Bunga|Bunga-bunga]] berukuran kecil, bergaris tengah antara 2–3 &nbsp;mm, kekuningan, sedikit harum, bertangkai 3–8 &nbsp;mm; kelopak bertaju 5 bentuk delta (menyegitiga), berambut di luarnya dan gundul di sisi dalam; mahkota 5, agak seperti sudip, cekung dan melengkung.<ref name="prosea"/>
 
[[Buah#Buah batu|Buah batu]] berbentuk bulat hingga bulat telur, hingga 6 &nbsp;cm × 4 &nbsp;cm pada kultivar-kultivar yang dibudidayakan, namun kebanyakan berukuran jauh lebih kecil pada pohon-pohon yang meliar; berkulit halus atau kasar, mengkilap, tipis namun liat, kekuningan, kemerahan hingga kehitaman jika masak; daging buahnya putih, mengeripik, dengan banyak sari buah yang agak masam hingga manis rasanya, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. [[Biji]] terlindung dalam tempurung yang berbingkul dan beralur tak teratur, berisi 1–2 inti biji yang coklat bentuk jorong.<ref name="prosea"/>
 
==Kegunaan==
Baris 71:
== Ekologi dan penyebaran==
[[Berkas:Ziziphus mauritiana ripped.jpg|thumb|left|180px|Buah kultivar unggul yang diperdagangkan]]
Tanaman ini terutama tumbuh baik di wilayah yang memiliki musim kering yang jelas. Kualitas buahnya paling baik jika tumbuh pada lingkungan yang panas, kaya cahaya matahari, dan cukup kering; namun hendaknya mengalami musim hujan yang memadai untuk menumbuhkan ranting, daun dan bunga, serta untuk mempertahankan kelembaban tanah selama mematangkan buah. Bidara berkembang luas pada wilayah dengan curah hujan 300-500 300–500&nbsp;mm pertahun. Untuk keperluan komersial, pohon bidara dapat dikembangkan hingga ketinggian 1.000 m dpl.; akan tetapi di atas ketinggian ini pertumbuhannya kurang baik.<ref name="icraf"/>
 
Tahan iklim kering dan penggenangan, bidara mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar di lahan-lahan yang kurang terurus dan di tepi jalan. Tumbuh di pelbagai jenis tanah: laterit, tanah hitam yang berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat, tanah aluvial di sepanjang aliran sungai ([[riparian]]).<ref name = "ISSG">{{cite web|url= http://www.issg.org/database/species/ecology.asp?si=214 |title= ISSG database - Ecology of ''Ziziphus mauritiana''. |publisher=[http://www.issg.org/database/welcome/ Invasive Species Specialist Group (ISSG) - Global Invasive Species Database ] |accessdate=2009-07-17}}</ref>
Baris 88:
* Sebagai Pohon bidara yang sedikit jumlahnya (''sidrin qolil'') (QS.34. Saba':16),
* Sebagai Pohon bidara yang tak berduri (''sidr makhdud'') (QS.56. Al-Waqiah:28),
* Sebagai Pohon bidara perbatasan akhir (''sidratul muntaha'') dan Pohon bidara yang diliputi (''sidrata ma yaghsya'') (QS.53. An-Najm: 13-16)
 
Pohon ini selain disebutkan di dalam Al-Qur'an juga terdapat anjuran penggunaannya di dalam hadits. Dia digunakan dalam berbagai prosesi ibadah, misalnya daunnya disunnahkan untuk digunakan ketika mandi wajib bagi wanita yang baru suci daripada haid.<ref>Dari ‘Aisyah bahwa Asma’ binti Syakal bertanya kepada Rasulullah {{saw}} tentang mandi haidh: “Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya, kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” BeliauDia bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).” (HR. Muslim)</ref> Juga ketika memandikan jenazah dan menghilangkan najis dari tubuh mayat, jenazah disarankan dimandikan dengan air yang dicampur daun bidara.<ref>Telah berkata Ummu 'Athiyyah: Rasulullah {{saw}} masuk (menengok) anak perempuannya yang wafat, lalu berkata: "Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih --kalau kau fikir perlu-- dengan air dan bidara, dan diakhir sekali campurlah dengan [[kapur barus]]. Maka apabila selesai, beritahukanlah kepadaku." Sesudah selesai lantas kami beritahukan kepadanya. Lalu ia berikan kepada kami kainnya, sambil berkata: "Pakaikanlah kain ini di badannya." (SR. Bukhari - Muslim)</ref> Daun bidara juga kadang kala dipergunakan dalam proses [[Ruqyah]] untuk mengobati orang yang [[kesurupan]].
 
==Catatan kaki==
Baris 99:
{{Thibbun Nabawi}}
{{Hewan dan tumbuhan dalam Alkitab dan Sunnah}}
 
[[Kategori:Ziziphus]]
[[Kategori:Pohon buah]]