Bawazier: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (20), Beliau → Dia (2)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-beliau +dia)
Baris 17:
Adapun risalah lengkap sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Muslim adalah sebagai berikut:
 
Yazid bin Hayyan berkata, "Aku pergi ke Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam, 'Hai Zaid, kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kau melihat Rasulullah, kau mendengar sabda beliaudia, kau bertempur menyertai beliaudia, dan kau telah salat dengan diimami oleh beliaudia. Sungguh kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Karena itu, sampaikan kepada kami hai Zaid, apa yang kau dengar dari Rasulullah!'"
"Kata Zaid bin Arqam, 'Hai kemenakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya.'"
"Kemudian Zaid bin Arqam mengatakan, 'Pada suatu hari Rasulullah berdiri dengan berpidato di suatu tempat air yang disebut Khumm antara Mekkah dan Madinah. Ia memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliaudia bersabda, Ketahuilah saudara-saudara bahwa aku adalah manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku (malaikat pencabut nyawa) akan datang lalu dia diperkenankan. Aku akan meninggalkan untuk kalian dua hal yang berat, yaitu: 1) Al-Qur'an yang berisi petunjuk dan cahaya, karena itu laksanakanlah isi Al-Qur'an dan pegangilah. (Beliau mendorong dan mengimbau pengamalan Al-Qur'an). 2) Keluargaku. Aku ingatkan kalian agar berpedoman dengan hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku (tiga kali)".
Husain bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Hai Zaid, siapa Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliaudia Ahlul Baitnya?"
Kata Zaid bin Arqam, "Istri-istri beliaudia adalah Ahlul Baitnya, tetapi Ahlul Bait beliaudia adalah orang yang diharamkan menerima zakat sampai sepeninggal beliaudia."
Kata Husain, "Siapa mereka itu?"
Kata Zaid bin Arqam, "Mereka adalah keluarga "Ali", keluarga "Aqil", keluarga "Ja'far" dan keluarga [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Abbas]] ."
Baris 51:
Salim bin Abdullah menyelesaikan pendidikannya di daerah Syihr di bawah arahan orang tuannya, atas saran ayahnya Salim berpindah dari satu negeri pegunungan ke negeri pegunungan yang lain untuk mengajarkan ilmu dan melakukan rekonsilisasi damai di antara kabilah yang bertikai. Hal ini mendorong Salim untuk berinteraksi dengan penduduk suku tersebut sehingga ia menikah dengan seorang putri kepala Kabilah di daerah ‘Urf yang bernama Jamilah binti Ahmad bin Ali kepala Kabilah Musailiyin, dan dikaruniai seorang putra bernama Syeikh Sayyid Muhammad bin Salim yang merupakan leluhur keluarga Bawazir yang terkenal sekarang dengan nama wali (penguasa) ‘Urf, karena ia hidup dan meninggal di daerah ‘Urf.
 
Muhammad (penguasa / wali) merupakan salah satunya ahli waris di Hadromaut dari keluarga Al Wazir (Menteri) yang hijrah dari Iraq dan merupakan Bani Abasyiah pertama yang dilahirkan pertama di Hadromaut. Dua saudara kakeknya yaitu Yusuf dan Umar telah meninggal dan tidak mempunyai keturunan. Kakeknya Abdullah telah meninggal di daerah Syihr dan mempunyai seorang anak yaitu Salim dan dimakamkan di daerah Juwaib sebelah barat Huroh. Ia merupakan salah satu pemuka Ulama Tasawuf pada abad ke 7 hijriah. Di antara sahabat Dia adalah Al-Faqih Muhammad bin Ali Ba’alawi dan Syeih Said bin Isa Al-‘Amudi. Dengan keduanya beliaudia mempunyai hubungan yang sangat erat. Sayyid Muhammad bin Salim meninggalkan tiga orang anak yaitu Abu Bakar, Said dan Umar. Umar adalah ayah dari Syaikh Abdurohim bin Umar pendiri kota Ghil Bawazir.
 
Hasil penelitian salah satu tulisan tangan kuno milik salah seorang Syaikh di Huroh, Bahwa di antara guru, Syaikh Sayyid Muhammad bin Salim (Penguasa / Wali ‘Urf) adalah Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Ali pengarang kitab Mirbath, Syaikh Ahmad Al-Hudhudi, Syaikh Ahmad al-Bathini, Al-Allamah Al-Faqih Muhammad bin Ismail Al-Hadromiyi di daerah Zabidi, yang semuanya merupakan ulama-ulama Yaman selain itu beliaudia juga belajar kepada Ayahnya Salim dan kakeknya Abdullah bin Ya’qub.
 
Adapun orang-orang yang belajar kepada Syaikh Sayyid Muhammad bin Salim sangat banyak, di antaranya: Al-Faqih Al Mukadam Muhammad bin Ali Ba’alawi, Syaikh Ali bin Salam Al-Hadromiyi, Imam Al-Faqih Al-Allamah Muhammad bin Ahmad bin Yahya bin Abil Hubb Al - Tarimi, Syaikh Sa’id bin Ali Adz – Dzafari, . Syaikh Sufyan Al-Yamani, Syaikh Ahmad bin Al-Ja’adi Syaikh Sa’id bin Isa Al-Amudi, Syaikh Sa’id bin Umur Balhaf, Syaikh Abdullah bin Muhammad Ba’ibadi dan yang lainnya.
Baris 59:
== Sayyid Abdurrahim bin Umar bin Muhammad bin Salim ==
 
Syaikh Sayyid Abdurrahim bin Umar ('''Pendiri Kota Ghil Bawazir''') datang ke daerah Sahil pada tahun 706 H untuk mencari daerah yang layak dijadikan tempat tinggal, kemudian diikuti oleh orang sesudah beliaudia. Pilihan beliaudia jatuh pada daerah Baq’ah yang sekarang disebut Ghil Bawazir. Kemudian beliaudia membangun rumah pertamanya disana, terletak di sebelah barat Masjid Jami’ Al Masyhur, dia juga menggali sumur sebelah utara Masjid yang letaknya tidak jauh. Sumur tersebut mengeluarkan mata air yang sangat banyak. Selain itu dia juga memiliki tanah yang luas yang terdiri dari kebun kurma dan lahan pertanian lain yang terletak disebelah selatan kota al-Ghil. Hasil dari kebun kurma dan pertanian yang dia kelola digunakan untuk membeli tanah yang luas di daerah Khorbah, Baqarain dan tempat lain didaerah Mukalla. Semua harta yang dia miliki, dia shodaqohkan di daerah Ghil, seperti untuk kemaslahatan masjid, menjamu tamu, dibagikan pada acara-acara keagamaan dan hari raya tertentu (khusus) dan bentuk-bentuk lain yang sekiranya sesuai dengan apa yang dia inginkan untuk shodaqoh. Kegiatan – kegiatan ini diikuti oleh anak-anak dia dengan menambah waqaf-waqaf yang dia lakukan sehingga kalau ditaksir jumlahnya bisa mencapai 15.000 Syalan per tahun. Bentuk kegiatan yang dilakukan Syaikh Sayyid Abdurrahim bin Umar Bawazir tidak itu saja, dia juga membangun madrasah untuk mendidik anak cucu dia dan siapa saja yang ingin belajar, mendatangkan Ustadz-ustadz yang kompeten dalam mengajar, memerintahkan anak-anak dia belajar ilmu ditempat lain seperti ke Yaman, Hijaz dan tempat lainnya. Sehingga anak cucu dia dikenal sangat luas ilmunya, dalam pentelaahannya, senang berbuat kebaikan dan konsisten dalam memberi manfaat kepada manusia selain itu juga terkenal gigih dalam mengajak / dakwah di daerah pantai, mengutus juru damai guna mendamaikan kabilah-kabilah / suku yang bertikai. Contoh lain kedermawanan dia adalah kepekaan dia terhadap musafir dan peziarah, ini tercermin dari sikap memulyakan dia terhadap tamu asing yang singgah, dan ini merupakan sifat baik yang terkenal dan keistimewaan dari anggota keluarga ini di daerah pantai Hadromaut.
 
Dia dan keluarga banyak menyiapkan rumah singgah baik di kota ataupun di desa-desa untuk menjamu musafir pada hari-hari tertentu dan senantiasa melanjutkan tradisi ini. Sebagai contoh kami (penulis) sebutkan rumah-rumah singgah yang ada di daerah Ghil Bawazir, Naq’ah, Roidah Al-Jarhiyain, Rihbah Ibnu Janid, Wadi ‘Adm Wusah, Hauroh, Wadi Al-‘In, Ja’imah, ‘Urf dan yang lainnya.
 
Setelah berlalu 40 tahun sejak Syaikh Sayyid Abdurrahim bin Umar meletakkan batu pertama kota ini, banyak ahli ibadah yang datang ketika menjelang malam. Pengajar yang aktif mengajar ketika siang. Urusan agama di masjid tidak terlalu berlebihan sehingga merusak tatanan kehidupan dunia. Sebaliknya tatanan kehidupan dunia tidak terlalu berlebihan sehingga merusak urusan agama, antara kehidupan agama dan kehidupan dunia seimbang. Di setiap waktunya beliaudia bagi untuk mengawas madarasah, menyebar ilmu, melayani masyarakat umum dan menyambut tamu-tamu yang tidak henti-hentinya datang, Mendamaikan kabilah yang bertikai dan masih banyak lagi kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Disamping itu beliaudia mengajak masyarakat agar mau menempati tempat ini. Oleh karena itu beliaudia menggali banyak sumur, membuat saluran air untuk mengairi lahan pertanian agar menjadi subur. Jejak balik beliaudia ini diikuti oleh anak pamannya Muhammad bin Sa’id dimana ia dan anak-anaknya menggali sumur di daerah Naq’ah, Wadikah dan tempat lainnya. Sehingga daerah ini menjadi daerah yang hijau penuh dengan pohon kurma dan lahan pertanian.<ref name="Sayyid"/>.
 
Demikianlah peran serta Syaikh Sayyid Abdurrohim bin Umar bagi lingkungan sekitarnya baik dibidang agama khususnya pendidikan ataupun ekonomi sosial. Ia menghabiskan sisa umurnya untuk beribadah sampai akhir hidupnya. Ia meninggal pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 747 H dan dimakamkan di samping masjid dekat dinding sebelah timur (sekarang terletak di dalam mesjid). Ia meninggalkan 3 orang anak yaitu Said, Utsman dan Ahmad, mereka semua termasuk anggota keluarga Bawazir di daerah Al-Ghil. ”<ref name="Alwazir">Al Mukhtashir fi Tarikh Hadramaut oleh Muhammad Abdul Qadir Bamathraf( آل باوزير كما ذكروا في كتاب : المختصر في تاريخ حضرموت العام- تأليف محمد عبد القادر بامطرف )</ref>.