Masjid Mantingan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dj Ran (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia
Baris 23:
 
==Letak dan Aksesibilitas==
Masjid dan Makam Mantingan terletak 5  km arah selatan dari pusat kota Jepara di desa Mantingan kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Masjid dan Makam Mantingan berdiri dalam satu kompleks yang mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat dari berbagai jurusan dengan sarana jalan aspal. Obyek wisata sejarah ini dengan sarana angkutan jurusan Terminal Jepara – Mantingan yang dapat ditempuh beberapa menit.
 
== Sejarah dan Legenda ==
Masjid Mantingan merupakan masjid kedua setelah [[Masjid Agung Demak]], yang dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 Masehi berdasarkan [[candrasengkala]] yang terukir pada mihrab Masjid Mantingan berbunyi “Rupa Brahmana Warna Sari”. Pembangunan masjid ini berkait dengan anak R. Muhayat Syeh, sultan Aceh, yang bernama R. Toyib. Pada awalnya R. Toyib yang dilahirkan di Aceh ini menimba ilmu ke Tanah Suci dan Negeri Cina (Campa) untuk dakwah Islamiyah. Ia pergi ke Jawa (Jepara) dan menikah dengan [[Ratu Kalinyamat]] (Retno Kencono). Ratu ini adalah putri [[Sultan Trenggono]], sultan [[Kerajaan Demak]]. Akhirnya beliaudia mendapat gelar [[Sultan Hadlirin]] dan sekaligus dinobatkan sebagai adipati Jepara sampai wafat. <ref name="jeparatourism.com">http://www.jeparatourism.com/2012/01/mantingan-mosque.html</ref>
 
Masjid ini merupakan salah satu pusat aktivitas penyebaran agama Islam di pesisir utara Pulau Jawa dan merupakan masjid kedua setelah masjid Agung Demak. Konon, pengawas pekerjaan pembangunan masjid ini adalah Babah Liem Mo Han.
 
Masjid Mantingan sebagai salah satu konsep Masjid-Makam-Keraton, karena disanalah disemayamkan Sultan Hadlirin, padatahun 1559 dengan sengkala Rupa Brahmana Warna Sari. Di Masjid Mantinganini kebudayaan di kembangkan pada ornament-ornamen yang digunakan berupaukiran dengan motif suluran flora dan fauna yang disamarkan. Tipologi bangunandengan konsep perpaduan Islam-Hindu terlihat jelas pada bentuk bangunan serta '''gapura yang berbentuk lengkung'''. Di dekat Masjid mantingan tersebut didalamnya '''terdapat petilasan sebuah candi hindu yang sudah hilang'''.
 
==Arsitektur Masjid==
Baris 46:
Berdekatan dengan kompleks masjid<ref>http://kotapesisir.blogdetik.com/2012/05/17/masjid-dan-makam-sunan-mantingan/</ref> terdapat makam Sultan Hadlirin (atau Sunan Mantingan). Selain itu terdapat pula makam Ratu Kalinyamat, Patih Sungging Badarduwung seorang keturunan Cina yang bernama Cie Gwi Gwan. Terdapat juga makam Mbah Abdul Jalil, yang disebut-sebut sebagai nama lain [[Syekh Siti Jenar]].
 
Makam ini selalu ramai dikunjungi pada saat ''khol'' untuk memperingati wafatnya Sunan Mantingan berikut upacara ''ganti luwur'' (Penggantian Kelambu). Upacara ini diselenggarakan setiap satu tahun pada tanggal 17 Rabiul 'Awal, sehari sebelum peringatan Hari Jadi Jepara. Makam Mantingan sampai sekarang masih dianggap sakral dan mempunyai tuah bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Pohon [[pace]] yang tumbuh disekitar makam, konon bagi Ibu-ibu yang sudah sekian tahun menikah belum dikarunia putra diharapkan sering berziarah ke Makam Mantingan dan mengambil buah pace yang jatuh untuk dibuat [[rujak]] kemudian dimakan bersama suami. <ref>http://www. name="jeparatourism.com"/2012/01/mantingan-mosque.html</ref>
 
==Air keramat==
Baris 64:
{{Commonscat|Mantingan Mosque}}
{{Masjid di Indonesia}}
{{Masjid-stub}}
{{sejarah-stub}}
{{DEFAULTSORT:Mantingan}}
 
{{DEFAULTSORT:Mantingan}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Masjid di Jawa Tengah]]
[[Kategori:Arsitektur Jawa]]
[[Kategori:Air Keramat dari Jepara]]
 
 
{{Masjid-stub}}
{{sejarah-stub}}