Taksaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k sedikit
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia
Baris 1:
{{untuk|kereta api dengan nama yang sama|Kereta api Taksaka}}
Dalam [[mitologi Hindu]], '''Taksaka''' ([[Sanskerta]]: तक्षक; ''Takṣaka'') adalah salah satu [[naga]], putera dari Dewi [[Kadru]] dan [[Kashyapa]]. Ia tinggal di [[Nagaloka]] bersama saudara-saudaranya yang lain, yaitu [[Basuki (naga)|Basuki]], [[Antaboga]], dan lain-lain. Dalam ''[[Mahabharata]]'', Naga Taksaka adalah naga yang membunuh Raja [[Parikesit]].
 
Naga Taksaka juga muncul dalam [[mitologi Bali]], selayaknya pengaruh [[mitologi Hindu]] dari [[India]]. dalam mitologi Bali, '''Taksaka''' adalah [[ular]] yang tinggal di [[kahyangan]]. Tidak semua ular ini mempunyai perilaku yang jahat. Taksaka adalah sumber inspirasi dari nama kereta api [[Kereta api Taksaka|Taksaka]], kereta api eksekutif yang melayani jalur Yogyakarta-Gambir.
Baris 10:
== Wafatnya Maharaja Parikesit ==
 
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa saat Maharaja [[Parikesit]] dari [[Hastinapura]] pergi berburu, ia kehilangan jejak buruannya dan masuk ke sebuah kediaman [[brahmana]]/pertapaan. Ia bertanya kepada seorang pertapa bernama [[Samiti]] yang sedang duduk bermeditasi karena hanya pertapa tersebut yang ia temui. Pertapa tersebut diam membisu saat Parikesit bertanya. Karena marah, sang raja mengambil bangkai ular dengan panahnya dan mengalungkannya di leher [[Samiti]]. Putra Samiti, yaitu Sang Srenggi, merasa marah atas perbuatan tersebut. Atas penjelasan Sang Kresa yang mengetahui kejadian yang telah terjadi, Sang Srenggi mengutuk Raja Parikesit agar beliaudia mati digigit ular tujuh hari setelah kutukan diucapkan. Samiti kecewa pada anaknya yang telah mengutuk Raja Parikesit. Akhirnya ia pergi menemui raja tentang perihal kutukan tersebut, namun Raja Parikesit malu dan lebih memilih melindungi diri dari kutukan. Kemudian Sang Srenggi mengutus Naga Taksaka untuk membunuh Sang Raja.
 
Pada hari yang ketujuh, naga Taksaka pergi ke [[Hastinapura]]. Di sana Sang Raja dilindungi dan dijaga oleh para [[brahmana]], prajurit, dan ahli mengobati [[racun|bisa]]. Agar mampu menjangkau Sang Raja, Naga Taksaka mengubah wujudnya menjadi [[ulat]] dan masuk dalam buah [[jambu]]. Lalu ia menyuruh naga yang lain untuk menyamar menjadi brahmana dan menghaturkan jambu tersebut. Pada saat Sang Raja menerima buah jambu dari brahmana yang menyamar tersebut, Naga Taksaka kembali ke wujud semula dan mengigit Raja [[Parikesit]]. Karena gigitan Sang Naga yang sakti, Raja Parikesit terbakar sampai menjadi abu.
Baris 16:
== Upacara pengorbanan ular ==
 
Putera Raja [[Parikesit]] adalah Raja [[Janamejaya]]. Ia diangkat menjadi raja pada usia muda. Saat Sang [[Utangka]] datang menghadap Sang Raja, ia menjelaskan penyebab kematian ayah Sang Raja, yaitu digigit Naga Taksaka. Untuk membalas dendam, Sang Raja mengadakan ''Sarpahoma'' atau upacara pengorbanan ular. Ia mengundang para [[brahmana]] untuk mendukung upacara tersebut. Namun firasat para brahmana mengatakan bahwa kelak upacara tersebut akan digagalkan oleh seorang brahmana.
 
Saat upacara berlangsung, api dinyalakan. Beberapa saat kemudian, ribuan ular dengan berbagai bentuk melayang, seolah-olah ditarik menuju lokasi upacara dan sampai di sana mereka ditelan api upacara yang berkobar. Banyak ular yang masuk ke dalam api membuat api semakin berkobar disebabkan oleh [[lemak]] ular-ular tersebut. Taksaka yang berada di [[Nagaloka]] merasa cemas lalu mengutus Sang [[Astika]] untuk memohon agar Raja [[Janamejaya]] membatalkan upacaranya. Sang Astika bersedia melakukannya lalu turun ke bumi. Naga Taksaka lalu mencari perlindungan kepada Dewa [[Indra]]. Badannya sudah ditarik oleh mantra-mantra suci agar lenyap dalam api pengorbanan, sehingga ia memegang ujung pakaian Dewa Indra erat-erat. Namun mantra diperhebat sehingga tubuh Dewa Indra bergoyang, dan ia takut jangan-jangan ikut masuk ke tungku pengorbanan. Akhirnya Dewa Indra melepaskan Naga Taksaka.