Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (71), Beliau → Dia (12)
Baris 4:
 
== Kelahiran ==
''''Al-Mukarram Maulana al-Syaikh Tuan Guru Kyai Hajji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid'''' dilahirkan di [[Kampung Bermi]], [[Pancor]], [[Lombok Timur]], [[Nusa Tenggara Barat]] pada tanggal 17 [[Rabiul Awwal]] [[1316]] [[Hijriah]] bertepatan dengan tanggal 5 [[Agustus [[1898]] [[Masehi]] dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Madjid (beliaudia lebih akrab dipanggil dengan sebutan [[Guru Mukminah atau Guru Minah]]) dengan seorang wanita shalihah bernama Hajjah Halimah al-Sa'diyah.<ref>{{id}}Mohammad Noor, dkk. ''Visi Kebangsaan Religius: Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid''. [http://www.logos-wi.com/ Logos Wacana Ilmu]. Jakarta. 2004. hlm. 123.</ref>
 
Nama kecil beliaudia adalah ''''Muhammad Saggaf'''', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum beliaudia dilahirkan ayah beliaudia, TGH. Abdul Madjid, didatangi orang waliyullah masing-masing dari [[Hadramaut]] dan [[Magrabi]]. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqaf". Kedua waliyullah itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqaf" yang artinya "Atapnya para Wali pada zamannya". Kata "Saqqaf" di Indonesia-kan menjadi "Saggaf" dan untuk dialek bahasa [[Sasak]] menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliaudia sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibu beliaudia, Hajjah Halimah al-Sa'diyah.
 
Setelah menunaikan ibadah haji, nama kecil beliaudia tersebut diganti dengan ''''Haji Muhammad Zainuddin''''. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliaudia sendiri yang diambil dari nama seorang [[ulama]] besar yang mengajar di [[Masjid al-Haram]]. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu adalah [[Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak]], dari [[Serawak]], [[Malaysia]].
 
== Silsilah ==
Silsilah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliaudia ikut hangus terbakar ketika rumahnya mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sultan-sultan [[Selaparang]], sebuah kerajaan [[Islam]] yang pernah berkuasa di [[Pulau Lombok]]. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan keturunan [[Kerajaan Selaparang]] yang ke-17. <ref>{{id}}Abdul Hayyi Nu'man. ''Maulana Syeikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madid, Riwayat Hidup dan Perjuangannya''. [http://www.nahdlatulwathan.org/ PBNW]. Lombok Timur. 1999. hlm. 2.</ref>
 
Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisis yang diajukan oleh seorang [[antropolog]] berkebangsaan [[Swedia]] bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan [[ziarah]] yang dilakukan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ke [[makam]] [[Selaparang]] pada tahun [[1971]], sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum (Pemilu).<ref>{{en}} Sven Cederroth. ''The Spell of Ancestors and The Power of Makka: A Sasak Community on Lombok''. [http://www.gu.se/ Acta Universitatis Gothoburgensis]. Sweden. 1981. hlm. 81.</ref> Praktek ziarah semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat [[Indonesia]] pada umumnya, termasuk masyarakat [[Sasak]], untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah ketununannya, yakni kaitan genetiknya dengan sultan-sultan [[Kerajaan Selaparang]].
 
== Keluarga ==
Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandung beliaudia lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Sabur dan Hajjah Masyitah.
 
Ayahnya TGH. Abdul Madjid yang terkenal dengan penggilan "Guru Mu'minah" adalah seorang muballigh dan terkenal pemberani. BeliauDia pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibunya Hajjah Halimah al-Sa'diyah terkenal sangat salehah.
 
Sejak kecil al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang begitu besar kepada beliaudia. Ketika melawat ke Tanah Suci [[Mekah]] untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahnya-lah yang mencarikan guru tempat beliaudia belajar pertama kali di Masjid Haram dan sempat menemani beliaudia di Tanah Suci sampai dua kali musim haji. Sedangkan ibunya Hajjah Halimatus Sa'diyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan mengasuh beliaudia sampai ibunya tercintanya itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di [[Mu'alla Mekah]].
 
Dengan demikian, tampak jelaslah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikan beliaudia. Hal ini juga tercermin dari sikap ibunya bahwa setiap kali beliaudia berangkat untuk menuntut ilmu, ibunya selalu mendoakan dengan ucapan "Mudah mudahan engkau mendapat ilmu yang barakah" sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliaudia sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliaudia lupa pamit pada ibunya. BeliauDia sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya dan kemudian memanggil beliaudia untuk kembali, ''Gep, gep, gep (nama panggilan masa kecil beliaudia), koq lupa bersalaman?'', ucap ibu beliaudia dengan suara yang cukup keras. Akhirnya, beliaudia pun kembali menemui ibunya sembari meminta maaf dan bersalaman. Lalu sang ibu mendoakan beliaudia. ''Mudah-mudahan anakku mendapatkan ilmu yang barokah''. Setelah itu beliaudia kemudian berangkat ke sekolah. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran ibunya akan penting dan mustajabnya [[doa]] ibu untuk sang anak sebagaimana ditegaskan dalam hadits [[Rasulullah SAW]], bahwa doa ibu menduduki rangking kedua setelah doa [[Rasul]].
 
== Pendidikan ==
Baris 28:
 
=== Pendidikan Lokal ===
Setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun [[1919]] M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliaudia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa [[Tuan Guru]] lokal, antara lain TGH. Syarafudin dan TGH. Muhammad Sa'id dari Pancor serta Tuan Guru Abdullah bin [[Amaq]] Dulaji dari desa [[Kelayu]], [[Lombok Timur]]. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca kitab yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca.
 
=== Pendidikan di Mekah ===
Untuk lebih memperdalam ilmu agama, Muhammad Zainuddin remaja berangkat menuntut ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang, kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. Syarafuddin. Pada saat itu beliaudia berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/[[1923]] M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah.
 
==== Belajar di Masjid al-Haram ====
Beberapa setelah musim Haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran tersebut bernama Syaikh Marzuki, seorang keturunan Arab kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di Masjid Haram, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diserahkan untuk belajar.
 
Selain itu juga sempat belajar ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni [[Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi]] dan pada saat itu berkenalan dengan Sayyid Muhsin Al-Palembani, seorang keturunan Arab kelahiran [[Palembang]] yang kemudian menjadi guru beliaudia di [[Madrasah]] [[al-Shaulatiyah]].
 
Ketika ayah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada [[Syaikh Marzuki]], karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu selama ini. Namun, ia belum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan Syarif Husein dengan golongan [[Wahabi]].<ref>{{id}}Wahabi atau Wahabiyah merupakan suatu bagian dari firqah islamiyah yang dinisbatkan dengan nama pendirinya, Muhammad ibnu Abdul Wahhab. Lihat, Sirajuddin Abbas. ''I'tiqad Ahlussunnah wa al-Jama'ah''. [http://www.nahdlatulwathan.org/ Pustaka Tarbiyah]. Jakarta. 1992. hlm. 309.</ref>
Baris 45:
Madrasah al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam pendidikan di [[Arab Saudi]]. Madrasah ini sangat legendaris, gaungnya telah menggema di seluruh dunia dan telah menghasilkan banyak ulama-ulama besar dunia. TGKH. Muhammad Zainuddin masuk Madrasah al-Shaulatiyah pada tahun 1345 H ([[1927]] M) yang waktu dipimpin (Mudir/Direktur), [[Syaikh Salim Rahmatullah]] yang merupakan cucu pendiri Madrasah al-Shaulatiyah. Sudah menjadi tradisi bahwa setiap thullab yang masuk di Madrasah Al-Shaulatiyah harus mengikuti tes masuk untuk menentukan kelas yang cocok bagi thullab. Demikian pula dengan TGKH. Muhammad Zainuddin, juga ditest terlebih dahulu. Secara kebetulan diuji langsung oleh Direktur [[al-Shaulatiyah]] sendiri, [[Syaikh Salim Rahmatullah]] dan [[Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath]].
 
Hasil test menentukan di kelas 3. mendengar keputusan itu, TGKH. Muhammad Zainuddin minta diperkenankan masuk kelas 2 dengan alasan ingin mendalam mata pelajaran ilmu [[Nahwu]] dan [[Sharaf]]. Semula Syaikh Hasan bersikeras agar TGKH. Muhammad Zainuddin masuk kelas 3, tetapi pada akhirnya melunak dan mengabulkan permohonan untuk masuk kelas 2 dan sejak itu TGKH. Muhammad Zainuddin secara resmi masuk Madrasah al-Shaulatiyah mulai dari kelas 2. Prestasi akademiknya sangat istimewa. BeliauDia berhasil meraih peringkat pertama dan juara umum. Dengan kecerdasan yang luar biasa, TGKH. Muhammad Zainuddin berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun, padahal normalnya adalah 9 tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemudian loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemudian pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9.
 
Sahabat sekelas TGKH. Muhammad Zainuddin bernama Syaikh Zakaria Abdullah Bila, mengakui kejeniusannya dan mengatakan: ''Syaikh Zainuddin itu adalah manusia ajaib di kelasku, karena kejeniusannya yang tinggi dan luar biasa dan saya sungguh menyadari hal ini. Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, dan kawan sekelasku dan saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi pada waktu saya bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Al-Shaulatiyah Mekah''.
 
Predikat istimewa ini disertai pula dengan perlakuan istimewa dari Madrasah Al-Shaulatiyah. Ijazahnya ditulis langsung oleh ahli khat terkenal di Mekah, yaitu Al-Khathath al-Syaikh Dawud al-Rumani atas usul dari direktur Madrasah al-Shaulatiyah. Prestasi istimewa itu memerlukan pengorbanan, ibu yang selalu mendampingi selama belajar di Madrasah al-Shaulatiyah berpulang ke rahmatullah di Mekah. Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyelesaikan studi di Madrasah al-Shaulatiyah pada tanggal 22 Dzulhijjah 1353 H dengan predikat "mumtaz" (''Summa Cumlaude'').
Baris 60:
Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling mengkait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang dipergunakan dalam kepemimpinan itu baik. Di samping itu, kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan menghasilkan keberhasilan perjuangan.
Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama' besar di [[Indonesia]] karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga charisma beliaudia sebagai sosok figure ulama demikian besar. BeliauDia adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliaudia senantiasa diarahkan untuk kepentingan umat. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama kepada guru-guru beliaudia diwujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada umat.
 
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaaan beliaudia kepada mahaguru yang paling dicintai dan disayangi. Maulana [[Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath]] diwujudkan dalam bentuk [[pondok pesantren]] Hasaniyah NW di [[Jenggik]], Lombok Timur. Penghargaan kepada mahagurunya Maulana [[Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi]] diwujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di [[Bonjeruk]] Lombok Tengah, dan penghargaan kepada Mahagurunya Maulana al-Syaikh Salim Rahmatullah beliaudia sudah merencanakan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok Timur. Pola kepemimpinan yang beliaudia contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pemimpin yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan.
 
Demikian pula tentang pendekatan yang beliaudia lakukan selalu bernilai paedagogik dalam arti mengandung nilai-nilai pendidikan. BeliauDia tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. BeliauDia selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama'ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala beliaudia memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam pikiran murid dan santerinya.
 
Pembawaan dan sikap hidup beliaudia selalu menunjukkan kesederhanaan. Inilah yang membuat beliaudia selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan charisma yang beliaudia miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, di dengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu pihak.
 
Untuk melanjutkan dan mengembangkan perjuangan [[Nahdlatul Wathan]] di masa datang, beliaudia sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliaudia sering menyampaikan keinginannya agar murid dan santri beliaudia memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliaudia miliki. Demikian motovasi yang selalu beliaudia kumandangkan supaya murid dan santri beliaudia lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.
 
Dalam menerima dan menghadapi para murid dan santeri serta warga [[Nahdlatul Wathan]], beliaudia tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid dan santeri serta warga [[Nahdlatul Wathan]] di berikan perhatian dan kasih saying yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada anak-anaknya.
 
Yang membedakan murid dan santeri di hadapan beliaudia adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada [[Nahdlatul Wathan]]. Dan, untuk membina dan memonitor kualitas kader [[Nahdlatul Wathan]], beliaudia mengeluarakan wasiat dalam bahasa Arab, yang artinya:
 
''Dengan menyebut nama [[Allah]] dan dengan memuji-Nya semoga keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan ridha-Nya.
Baris 82:
Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu dan semoga ia menganugerahi kami dan kamu serta para simpatisan [[Nahdlatul Wathan]] masuk surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya, yaitu melihat zat-Nya dari dalam surga''.
 
Demikianlah, wasiat ini dikeluarkan setelah terlihat beberapa kader dari kalangan alumni Madrasah NWDI, dan mereka yang sudah dibiayai beliaudia untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi keluar dari garis perjuangan oraganisasi. Tidak taat pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh beliaudia. Memang dalam rangka kaderisasi beliaudia banyak memberikan bantuan kepada alumni NWDI jdan orang-orang lain untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan perjanjian khusus pula, yaitu untuk setia membela dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI dan NW. Alhamdulillah banyaklah di antara mereka yang benar-benar menepati janjinya dengan tulus. Sebaliknya ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-robek nawaitu pengirimannya. Eksistensi dan aplikasi dari wasiat ini menjadi tolok ukur kualitas dan kader ketaatan serta keihklasan kader-kader [[Nahdlatul Wathan]].
 
Di samping itu, untuk mempertegas Wasiat Renungan Masa I dan II berbahasa Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat Renungan Masa ini berisikan nasihat, fatwa dan pedoman bagi warga [[Nahdlatul Wathan]] dalam berjuang.
 
Lahirnya wasitat-wasiat tersebut merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan beliaudia yang selalu menekankan hubungan guru dan murid. BeliauDia adalah figur pemimpin yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliaudia bahwa tidak ada guru yang membuang murid akan tetapi kebanyakan murid yang membuang guru.
 
== Perjuangan ==
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemudian kembali ke Indonesia atas perintah dari guru beliaudia yang paling di kagumi, yakni [[Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath]], pada tahun [[1934]]. Setiba di Pulau Lombok beliaudia mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliaudia mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun [[1934]] M. kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/[[22 Agustus]] [[1937]] M. beliaudia mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/[[21 April]] [[1943]] M. beliaudia mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di [[Pulau Lombok]] yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut diabadikan menjadi nama pondok pesantren ''''Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan''''. Istilah ''''Nahdlatain'''' diambil dari kedua madrasah tersebut. BeliauDia aktif berdakwah keliling desa di [[Pulau Lombok]] dan mengajar.
 
Pada tahun [[1952]], madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/[[1 Maret]] [[1953]] M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di [[NTB]] melainkan juga diberbagai daerah di [[Indonesia]] seperti [[NTT]], [[Bali]], [[Jawa Timur]], [[Jawa Barat]], [[DKI Jakarta]], [[Riau]], [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], bahkan sampai ke mancanegara seperti [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Brunei Darussalam]], dan lain sebagainya.
Baris 130:
* Pada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam Hamzanwadi
 
Oleh karena jasa-jasa beliaudia itulah, maka pada tahun 1995 belau dianugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat.
 
Di antara inovasi/rintisa-rintisan beliaudia adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan ''syafa'at al-kubro'', menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama (madrasah), menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-alin.
 
Sebagai seorang Ulama' mujahid beliaudia telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliaudia, beliaudia isi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya, tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliaudia yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid beliaudia.
 
== Karya ==
Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama' pewaris para [[Nabi]], di samping menyampaikn dakwah ''bi al-hal wa bi al-lisan'', juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliaudia sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliaudia masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliaudia masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak.
 
=== Dalam bahasa Arab ===
Baris 175:
 
== Wafat ==
Tarikh akhir [[1997]] menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, [[21 Oktober]] [[1997]] M / 18 [[Jumadil Akhir]] 1418 H dalam usia 99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 WITA di kediaman beliaudia di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan besar beliaudia tinggalkan: ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara.
 
BeliauDia adalah ulama pewaris para nabi. BeliauDia sangat berjasa dalam mengubah masyarakat NTB dari keyakinan semula yang mayoritas [[animisme]], dan [[dinamisme]] menuju masyarakat NTB yang islami. Buah perjuangan beliaudia jugalah yang menjadikan Pulau Lombok sehingga dijuluki Pulau Seribu Masjid. Karena di seluruh kampung di Lombok pasti kita temukan masjid untuk tempat ibadah dan acara sosial, baik yang berukuran kecil maupun besar.
 
Perjuangan beliaudia dalam menegakkan syiar Islam dan pendidikan dibumi Indonesia tidak boleh terhenti begitu saja, namun harus terus di lanjutkan oleh siapa saja, baik umat muslim Indonesia secara keseluruhan dan masyarakat [[Sasak]] pada umumnya, maupun oleh kader-kader Nahdlatul Wathan yang telah di didik melalui lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan serta seluruh warga Nahdlatul Wathan (abituren, pencinta dan simpatisan) pada khususnya.
 
Akhirnya, memperhatikan seluruh riwayat kelahiran, pendidikan, dan perjuangan Maulana Syaikh Zainuddin Abdul Madjid baik untuk masyarakatnya dan negaranya, sehingga tokoh-tokoh daerah setempat setuju dan berusaha memperjuangkan BeliauDia <ref>[http://namafb.com/2010/01/20/pdip-perjuangkan-maulana-syeikh-jadi-pahlawan-nasional/ PDIP Perjuangkan Maulana Syeikh Jadi Pahlawan Nasional]. Diakses 19 Juni 2013.</ref> agar bisa diangkat sebagai Pahlawan Nasional Perjuangan. Namun sayang seribu sayang, sampai hari ini saya belum mendengar pemerintah mengeluarkan SK untuk pengangkatan BeliauDia sebagai Pahlawan Nasional. Padahal, setiap ada kegiatan HULTAH (Hari Ulang Tahun organisasi NW ini) sudah sering kedatangan para pejabat dari pusat. Presiden SBY pun pernah datang ke Pancor ini sebelum jadi presiden. Pejabat lain yang pernah saya catat kedatangannya adalah: Yusril Ihza Mahendra, MS Ka’ban, Hatta Rajasa, Tifatul Sembiring, Hidayat Nurwachid, Nurmahmudi Ismail, Syafii Antonio, dll.
 
''Wallahua'lam bi al-Shawab''