Ahmad bin Hanbal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Wagino Bot (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Andiazamuddin |
Wagino Bot (bicara | kontrib) k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser -- testing..., replaced: beliau → dia (31), Beliau → Dia (7) |
||
Baris 23:
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur'an hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu, ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula.
Ia telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini ia pernah pindah atau merantau ke Syam (Syiria), [[Hijaz]], [[Yaman]] dan negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. [[Abu Zur'ah]] mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Ia menghafal sampai sejuta hadits. [[Imam Syafi'i]] mengatakan tentang diri Imam Ahmad, "''Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal''". [[Abdur Rozzaq Bin Hammam]] yang juga salah seorang guru
=== Keadaan fisik ===
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan
=== Keluarga ===
=== Kecerdasan ===
Baris 36:
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?”
=== Pujian Ulama ===
Baris 52:
=== Kezuhudannya ===
=== Wara’ dan menjaga harga diri ===
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk
=== Tawadhu’ dengan kebaikannya ===
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.
Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad,
=== Sabar dalam menuntut ilmu ===
Tatkala
=== Hati-hati dalam berfatwa ===
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada
=== Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran ===
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah cobaan, barangsiapa mencela
=== Masa Fitnah ===
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi pada masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah
Di masa Khalifah Al Ma’mun, orang-orang Jahmiyyah berhasil menjadikan paham Jahmiyyah sebagai ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya.
Baris 82:
Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang akhirnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun
Ketegaran dan ketabahan
Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa,
=== Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih ===
Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya kebodohan, karena Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan
Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah,
=== Guru ===
Baris 115:
Imam Ahmad bin Hambal mulai sakit pada malam Rabu, dua hari dari bulan Rabi'ul Awwal tahun 241 Hijriyyah, ia sakit selama sembilan hari. Tatkala penyakitnya mulai parah dan warga sekitar mulai mengetahuinya, maka mereka menjenguknya siang dan malam.
Penyakitnya kian hari kian parah, pada hari Kamis dan sebelum wafat ia memberikan isyarat pada keluarganya agar ia diwudhukan, kemudian mereka pun mewudhukannya. Ketika berwudhu, Imam Ahmad sambil berzikir dan memberikan isyarat kepada mereka agar menyela-nyela jarinya.
== Karya tulis ==
Ahmad bin Hanbal menulis kitab [[Musnad Ahmad|al-Musnad al-Kabir]] yang termasuk sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan
Di antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau '''Musnad''', disusun oleh anaknya dari ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Salat dan Kitab as-Sunnah.
=== Karya-Karya Imam
# Kitab [[Musnad Ahmad|Al Musnad]], karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
# Kitab at-Tafsir, namun [[Imam adz-Dzahabi|Adz-Dzahabi]] mengatakan, “Kitab ini telah hilang”.
Baris 133:
# Kitab al-Manasik as-Saghir
=== Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam
# Kitab al-'Ilal
# Kitab al-Manasik
Baris 159:
== Pranala luar ==
{{sect
{{gabungkepada|Imam Ahmad}}
Imam Ahmad ibn Hanbal r.a. (أحمد بن حنبل ) 164H-241H[780M-855M]
Baris 166:
Ahmad ibn Hanbal lahir di Asia Tengah di kota Marw [sekarang ini di Mary di Turkmenistan di sebelah utara Afghanistan] dari keluarga Arab pada tahun 164 Hijri. Setelah ayahnya wafat, Ahmad ibn Hanbal pindah ke Iraq dan sangat tekun belajar di Bagdad, dan kemudian sering berkelana untuk menuntut ilmu. Imam Ahmad sangat tertarik untuk belajar Ilmu Hadith dan berkeliling menelusuri Iraq, Syria dan tanah Arab lain-nya untuk mempelajari agama dan mengumpulkan hadith Nabi SAW.
Perjalanan Imam Ahmad berlangsung beberapa tahun. Sepulangnya ke Bagdad,
Guru2 selain Imam Shafi’i r.a adalah sbb: Ismaa'eel Ibn Ulayyah, Hushaym Ibn Basheer, Hammad Ibn Khaalid Khayyaat, Mansoor Ibn Salama Khazaa'i, Uthmaan Ibn Umar Ibn Faaris, Abun-Nadhr Haashim Ibn Qaasim, Yazeed Ibn Haroon Waasiti, Muhammad Ibn Ja'far Gundur, Wakee Ibn Jarrah, Abu Usaamah, Sufyaan Ibn Uyaynah.
Baris 172:
Pandangan Imam Ahmad yang ‘strict’ ini di uji dibawah pemerintahan dua khalifah Abassiyyah, al-Ma’mun dan al-Mu’tasim. Sewaktu Mihna berlaku, dimana pemerintah menerapkan kehendaknya dalam perkembangan Islam, peradilan diciptakan untuk mengadili orang2 yang tidak sesuai dengan doktin ajaran yang praktekan oleh pemerinatahan Abassiyyah. Doktrin ini adalah ajaran kaum Mu’tazilah yang mempunyai anggapan bahwasannya Qur’an adalah mahluk Allah dan tidak kekal. Imam Ahmad menentang pendapat ini dengan dalil bahwasannya qur’an adalah Kalamullah. Khalifah al-Ma’mun dilaporkan menhukum cambuk dan memenjarakan ibn Hanbal karena pendiriannya. *Ya'qubi, vol.lll, p.86; Muruj al-dhahab, vol.lll, p.268-270.
Dibawah Khalifah al-Mutawakkil , kebijaksanaan pemerintahan Abassiyyah berubah – dan berakhirlah hukuman yang dijatuhkan ke Imam ibn Hanbal. Mulai dari situ Imam Ahmad di berikan penghargaan dan kehormatan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam beberapa kesempatan
Ke-masyhuran Imam ibn Hanbal tersebar luas, ketaqwa’an, kejujuran dan terpercaya dalam pengumpulan hadith, juga menjadi guru dari beberapa murid2 dan banyak pengagum dari orang2 disekitarnya.
Baris 191:
6. Kitaabu Jawaabaatil Qur'aan.
7. Kitaabul Manaasikil Kabeer.
8. Kitaabul Manaasikis Sagheer.
Imaam Nadeem mengatakan belikut ini dibawah juga adalah karya tulis Imaam Ahmad r.a.
Baris 203:
• Kitaabu Taa'atir Rasool.
• Kitaabul Faraa'idh
• Kitaabur Radd Alal Jahmiyyah.
{{Islam-bio-stub}}▼
[[Kategori:Imam Sunni|Hanbali]][[Kategori:Perawi hadits]][[Kategori:Hanabilah|Ahmad]]
Baris 214 ⟶ 212:
[[Kategori:Ulama Tabi'ut Tabi'in]]
[[Kategori:Imam Mazhab]]
▲{{Islam-bio-stub}}
{{Islam-stub}}
|