Hans Bague Jassin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andriana08 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{tanpa_referensi|date=September 2012}}
{{Infobox Penulis
|name = H.B. Jassin
Baris 7 ⟶ 6:
|pseudonym =
|birthname = Hans Bague Jassin
|birthdate = [[13 Juli]] [[{{birthdate|1917]]|7|13}}
|birthplace = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Kota Gorontalo|Gorontalo]], [[Hindia Belanda]]
|deathdate = {{death date and age|2000|03|11|1917|7|13}}
|deathplace = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
Baris 31 ⟶ 30:
|portaldisp =
}}
'''Hans Bague Jassin''', atau lebih sering disingkat menjadi '''H.B. Jassin''' ({{lahirmati|[[Gorontalo]] |13|7|1917|[[Jakarta]]|11|3|2000}}) adalah seorang [[pengarang]], [[penyunting]], dan kritikus sastra ternama dariberkebangsaan [[Indonesia]]. Tulisan-tulisannya digunakan sebagai sumber referensi bagi pelajaran [[bahasa]] dan [[sastra]] [[Indonesia]] di kalangan sekolah dan perguruan tinggi dengan menggolongkan angkatan sastra.<ref>[http://www.tokohindonesia.com/index.shtml/ Tokoh Indonesia] </ref><ref>[http://sastranesia.com/biografi-h-b-jassin/ Sastranesia, diakses 1 Feb 2015]</ref>. [[Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin|Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin]] di [[Taman Ismail Marzuki]] adalah upaya pemerintah mengabadikan namanya atas jasa-jasanya dalam ikut mengembangkan kesusastraan Indonesia.
 
== KarierKehidupan pribadi ==
H.B. Jassin dilahirkan tanggal 31 Juli 1917 di [[Gorontalo]], [[Sulawesi Utara]], dari keluarga Islam. Ayahnya bernama Bague Mantu Jassin, seorang kerani Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), dan ibunya bernama Habiba Jau. Setelah menamatkan Gouverments HIS Gorontalo pada tahun [[1932]], Jassin melanjutkan ke HBS-B 5 tahun di Medan, dan tamat akhir [[1938]].
H.B. Jassin menyelesaikan pendidikan dasarnya di [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]] Balikpapan, lalu ikut ayahnya pindah ke Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, dan menyelesaikan pendidikan menengahnya ([[Hogere Burger School|HBS]]) di sana. Pada saat itu ia sudah mulai menulis dan karya-karyanya di muat di beberapa majalah. Setelah sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, ia menerima tawaran [[Sutan Takdir Alisjahbana]] untuk bekerja di badan penerbitan [[Balai Pustaka]] tahun 1940. Setelah periode awal tersebut, H.B. Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra pada berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia; antara lain Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith, Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain.
 
H.B. Jassin menyelesaikan pendidikan dasarnya di [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]] Balikpapan, lalu ikut ayahnya pindah ke Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, dan menyelesaikan pendidikan menengahnya ([[Hogere Burger School|HBS]]) di sana. Pada saat itu ia sudah mulai menulis dan karya-karyanya di muat di beberapa majalah. Setelah sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, ia menerima tawaran [[Sutan Takdir Alisjahbana]] untuk bekerja di badan penerbitan [[Balai Pustaka]] tahun [[1940]]. Setelah periode awal tersebut, H.B. Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra pada berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia; antara lain Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith, Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain.<ref>[http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0304/07/khazanah/catatanbudaya.htm Pikiran Rakyat] </ref>
 
Bulan Januari [[1939]], Jassin kembali ke Gorontalo. Antara bulan Agustus dann Desember 1939, Jassin bekerja sebagai voluntair di Kantor Asisten Residen Gorontalo. Akhir Januari 1940, Jassin menuju Jakarta. Dan mulai Februari 1940 hingga 21 Juli 1947 bekerja di Balai Pustaka. Mula-mula dalam sidang pengarang redaksi buku (1940-42), kemudian menjadi redaktur Panji Pustaka (1942-45), dan wakil pemimpin redaksi Panca Raya (1945-21 Juli 1947).
 
Setelah Panca Raya tidak terbit lagi, secara berturut-turut Jassin menjadi redaktur majalah berikut: Mimbar Indonesia (1947-66), Zenith (1951-54), Bahasa dan Budaya (1952-63), Kisah (1953-56), Seni (1955), Sastra (1961-64 dan 1967-69), Horison (1966-sekarang), dan Bahasa dan Sastra (1975).
 
Mulai Agustus 1953, Jassin menjadi dosen luar biasa untuk mata kuliah Kesusastraan Indonesia Modern pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Di samping mengajar, Jassin juga mengikuti kuliah di fakultas yang sama. Tanggal 15 Agustus 1957, Jassin meraih gelar kesarjanaannya di Fakultas Sastra UI, dan kemudian memperdalam pengetahuan mengenai ilmu perbandingan sastra Universitas Yale, Amerika Serikat (1958-59).
 
Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, Jassin pernah berencana untuk menulis disertasi mengenai Pujangga Baru: timbulnya, pertumbuhannya, bubarnya, lengkap dan latar belakangnya. Promotornya pun sudah ada, yakni Prof. Dr. Prijono. Akan tetapi, sepulang dari Amerika Serikat, Jassin tidak pernah lagi berbicara mengenai rencana itu.
 
Sejak Januari 1961, Jassin kembali menjadi dosen luar biasa pada Fakultas Sastra UI. Akan tetapi, tidak lagi berdiri di depan kelas, melainkan hanya membimbing para mahasiswa yang  membuat skripsi. Antara lain, Jassin membimbing penulisan skripsi Boen S. Oemarjati, M. Saleh Saad, M.S. Hutagalung, J.U. Nasution, Bahrum Rangkuti, dan lain-lain.
 
Jassin adalah salah seorang tokoh Manifes Kebudayaan, sebuah manifes yang dibuat tanggal 17 Agustus 1963 guna menentang pihak Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Akibatnya, sejak dilarangnya Manifes Kebudayaan oleh Bung Karno (8 Mei 1964), Jassin pun dipecat dari Fakultas Sastra UI. Dan pemecatan ini berlangsung hingga G-30-S/PKI meletus. Setelah itu, Jassin kembali lagi ke Fakultas Sastra UI. Dan sejak April 1973 menjadi Lektor Tetap di Fakultas tersebut untuk mata kuliah Sejarah Kesusastraan Indonesia Modern dan Ilmu Perbandingan Kesusastraan.
 
Di samping mengajar dan mengikuti kuliah, sejak Juli 1954 hingga Maret 1973, Jassin adalah pegawai Lembaga Bahasa dan Budaya, yang sekarang dikenal dengan nama: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk jasa-jasanya di bidang kebudayaan pada umumnya, Jassin menerima Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 20 Mei 1969. Tanggal 24 Agustus 1970, Gubernur DKI (saat itu: Ali Sadikin) mengangkat Jassin sebagai anggota Akademi Jakarta (yang diketuai S. Takdir Alisjahbana). Keanggotaan ini berlaku untuk seumur hidup.
 
Karena pemuatan cerpen Kipanjikusmin “Langit Makin Mendung” di Majalah Sastra (Agustus 1968) yang dipimpinnya, Jassin diajukan ke pengadilan. Tanggal 28 Oktober 1970, ia dijatuhi hukuman bersyarat satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun. Dan hingga sekarang, hanya Jassin-lah yang tahu, siapa yang bersembunyi di belakang nama Kipanjikusmin itu.
 
Bulan April-Juni 1972, Jassin mendapat Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia. Selama delapan minggu, Jassin mengunjungi pusat-pusat pengajaran bahasa dan sastra Indonesia/Malaysia di Australia.
 
Tanggal 26 Januari 1973, Jassin menerima Hadiah Martinus Nijhoff dari Prins Bernhard Fonds di Den Haag, Belanda. Hadiah ini diberikan untuk jasa Jassin menerjemahkan karya Multatuli, Max Havelaar (Jakarta: Djambatan 1972).
 
Untuk menghormati jasanya di bidang sastra Indonesia, tanggal 14 Juni 1975 Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa kepada Jassin. Sejak 28 Juni 1976, Jassin menjadi Ketua Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Yayasan ini mengelola Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang terletak di Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Untuk jasa-jasanya di bidang kesenian dan kesusastraan, Jassin menerima Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1983.
 
== Kritik sastra ==
Baris 49 ⟶ 72:
| date = 4 Januari 2009
| url = http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2010/01/04/ArticleHtmls/04_01_2010_012_001.shtml?Mode=1}}
</ref>. Demikian pula ketika ia muat cerpen ''"Langit Makin Mendung"'' karya Ki Panji Kusmin di Majalah Sastra tahun 1971. Karena menolak mengungkapkan nama asli pengarang cerpen yang isinya dianggap "menghina Tuhan" tersebut, H.B. Jassin dijatuhi hukuman dilarang menerbitkan sesuatu yang berbau sastra selama satu tahun.<ref>[http://profil.merdeka.com/indonesia/h/hans-bague-jassin/ Merdeka: Profile H.B. Jassin, diakses 1 Feb 2015]</ref>
 
== PeninggalanPenghargaan ==
* Hadiah Seni dari Pemerintah [[Republik Indonesia]] ([[1983]])
Selama hidupnya, H.B. Jassin juga dikenal sangat ahli dan tekun dalam mendokumentasikan perkembangan sastra Indonesia. Hasil jerih-payahnya saat ini dapat ditemukan pada [[Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin|Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin]] di [[Taman Ismail Marzuki]], Jakarta.
* Hadiah Martinus Nijhoff dari Prins Bernhard Fonds di [[Den Haag]], [[Belanda]] ([[1973]])
* Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia ([[1969]])
 
== Wafat ==
H.B. Jassin meninggal dunia pada hari Sabtu, 11 Maret 2000 di [[Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo]] dalam usia 83 tahun. Ia meninggalkan empat anaknya yaitu Hannibal Jassin, Mastinah Jassin, Julius Firdaus Jassin, Helena Magdalena Jassin 10 orang cucu dan 1 orang cicit. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.
 
== RujukanReferensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0304/07/khazanah/catatanbudaya.htm H.B. Jassin dan Ingatan Bangsa], [[Pikiran Rakyat]], [[7 Maret]] [[2004]]
* [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hb-jassin/index.shtml HB Jassin, Paus Sastra Indonesia],
* [http://www.tokohindonesia.com/index.shtml/ Ensiklopedi Tokoh Indonesia], [[13 Juli]] [[2007]]
* [[:en:HB_Jassin|English Wikipedia]]
* [http://sastranesia.com/biografi-h-b-jassin/ Sastranesia]
 
{{DEFAULTSORT:Jassin, Hans Bague}}