Mandor Kiru, Jelimpo, Landak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Evremonde (bicara | kontrib)
baru
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Dayak Sengkunang adalah subsuku Dayak yang bermukim di wilayah adat Sengkunang Desa
{{desa
Mandor Kiru Kecamatan Jelimpo Kabupaten Landak.   
|peta =
Sengkunang berasal dari benda Gaib yang datang berupa kunang-kunang  mengerumuni masyarakat yang rapat pada saat
|nama =Mandor Kiru
itu, dengan jumlah yang tak terhitung 
|provinsi =Kalimantan Barat
sehingga membuat ruangan rapat menjadi terang, oleh benda gaib tersebut hingga panglima Jago Ma Linat memberi nama kampung Sengkunang. Sejarah Asal
|dati2 =Kabupaten
usul bahasa dayak sengkunang adalah anak dari suku dayak peruan karena memiliki
|nama dati2 =Landak
bahasa yang sama yaitu bahasa beaje, aje artinya (tidak), Secara kebahasaan,
|kecamatan =Jelimpo
bahasa ini tergolong dalam rumpun bahasa Bidayuhik.
|luas =... km<sup>2</sup>
|penduduk =... jiwa
|kepadatan =... jiwa/km<sup>2</sup>
}}
'''Mandor Kiru''' merupakan salah satu [[desa]] yang ada di [[kecamatan]] [[Jelimpo, Landak|Jelimpo]], [[Kabupaten Landak]], provinsi [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]].
 
Jumlah penutur bahasa Sengkunang menurut pendataan penduduk awal tahun 2015
{{Jelimpo, Landak}}
sebanyak  2.191 jiwa yang terdiri dari
{{desa-stub}}
laki-laki sebanyak 1.127 jiwa dan perempuan sebanyak 1064 jiwa, dengan kepala
keluarga sebanyak 560 kepala keluarga.
 
Dayak
sengkunang merupakan satu rumpun induk suku dayak peruan dan yang memisahkan
antara kabupaten sanggau dan kabupaten landak sejak dari zaman pemerintahan
Belanda. Pada jaman itu Anak suku dayak peruan pindah ke Sengkunang, berpisah
dengan induk sukunya dayak peruan. Adapun alasan nya berpisah dengan dayak
peruan karena batas antara kabupaten sangau dan landak dari aliran sungai.
Sejak di pisahkan nya pada zaman itu juga dayak sengkunang bergabung dengan
subsuku dayak rentawan karena kekuasaan ketemenggungan.
 
Adapun nenek moyang suku dayak Sengkunang adalah Buduh Ma Laut, Santap Ma gonong, Jago
Ma Linat,Palangok Patih Kaya, Singa Patih, dan Macan Kangkom. Inilah asal usul
pendiri nama penduduk dayak sengkunang dari enam bersaudara yang menetap di
Sembiu. Karena terlalu ramai jiwa penduduknya, Pati Kaya  pindah ke Manur (yang sekarang menjadi
tembawang yang ada di desa mandor kiru), Buduh Ma Laut pindah ke Tembuan
Bangan, Santap Ma gonong pindah ke bingkai, Jago Ma Linat pindah ke Semayang,
Singa Patih pindah ke Kalong, dan Macan Kangkom pindah ke Peluntan. Anak dari
panglima Singa Patih pindah ke bungkang.
 
Dari
anak cucu Pelangok Patih Kaya, yang tadinya hidup di kampung Manur pindah lagi
dan bikin kampung ke Mandor Kiru. Dari emam saudara pelanggok- pelanggok
tersebut terjadilah tujuh kampung satu Binua yang di sebut Binua Sengkunang.
Dari beberapa nenek moyang sengkunang yang paling kuat adalah Singa Patih sejak
zaman bakayo antar benua salah satu nya pernah bekayo dengan dayak jangkang
yang di bawa oleh Ma Tajin yang menikah di Jangkang dan pernah berperang
melawan belanda di maja yang ada di daerah Tembuan Bangan.
 
Yang
kini hanya meningalkan benteng bekas melawan Belanda dan pohon durian yang yang
di beri nama durian Patih ada di timbawang Tembuan Bangan dan yang menjadi
mesteri sampai sekarang makam Singa Patih tidak di temukan yang di makamkan di maja,
dari berapa orang hebat dulu untuk mencari nya tapi tidak di temukan.